Jemari lentik itu bergerak dengan lihai menekan tiap tuts piano menciptakan melodi yang indah. Suasana ruangan di sekitarnya cukup ramai namun tidak dengan hatinya. Meski kesepian, gadis itu mencoba menghibur para pengunjung restoran dengan permainannya. Banyak pasang mata yang memandang ke arahnya namun dia hanya tertunduk diam menatap jemarinya yang terus menari memainkan salah satu nada Symphony, sesekali memejamkan mata menikmati nada indah yang menyiratkan luka, nada yang diciptakan oleh seorang komposer legendaris asal Jerman bernama Ludwig van Beethoven. Sang maestro menciptakan nada itu untuk perempuan yang dicintainya namun kisah percintaannya tak seindah dengan karyanya.
Gadis itu memainkannya dengan penuh penghayatan, seolah nada yang dimainkannya mewakili perasaannya, hingga pada akhir nada memberikan sentuhan lembut yang mengundang riuh tepuk tangan. Lalu gadis itu berdiri membungkuk hormat memberikan senyuman tipis, hingga tatapannya ke arah seseorang yang sudah beberapa kali berkunjung melihat permainannya. Seorang lelaki yang tidak memiliki ekspresi apa pun di wajahnya, tampak selalu datar meski ikut bertepuk tangan bersama yang lain. Gadis itu pun memalingkan wajahnya dari lelaki itu kemudian bergegas meninggalkan panggung.
Dia berdiam di toilet, menatap pantulan wajahnya di cermin. Melihat betapa menyedihkan dirinya di sana. Cahaya di kedua matanya telah hilang, hanya ada kesenduan yang begitu kentara. Entah sudah berapa kali dia menangis, bahkan merasakan kesakitan yang menyedihkan. Tidak hanya hatinya saja yang terluka, tetapi juga dengan fisiknya. Oh gadis yang malang, betapa banyak luka di sekujur tubuhnya, bahkan rasa perih di punggung akibat hukuman cambuk masih begitu terasa. Entah sampai kapan dia akan menerima semua itu.
Tidak lama kemudian gadis itu memutuskan pergi, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri menghalangi jalannya. Seseorang yang selalu mengamatinya bermain piano itu kini ada di hadapannya. Gadis itu hanya diam menatapnya dingin, lalu mendekat berharap lelaki itu melipir membiarkannya melewati jalannya, namun lelaki itu hanya diam seolah tidak membiarkannya pergi dari sana.
"Permisi, bisakah kau tidak menghalangi jalanku?" gadis itu bertanya dengan lembut sambil memegangi sisi rok gaunnya. Gaun yang dikenakannya berwarna merah muda nyaris putih dengan rok yang melambai-lambai indah ketika dia melangkah. Gadis itu terlihat sangat anggun.
Dan suaranya itu membuat rasa bahagia hadir dalam hati lelaki di hadapannya. Lelaki itu memberikan senyuman yang tidak pernah gadis itu lihat sebelumnya. Senyum tipis namun seperti air yang menenangkan.
"Aku tidak akan menghalangi jalanmu untuk selalu membuatku kagum dengan permainan pianomu, gadis kecil."
Ucapan lelaki itu membuat gadis itu memalingkan wajahnya. "I'm not a child. Maaf, aku tidak memiliki waktu untuk berbicara denganmu." nada bicaranya berubah ketus. Apa yang lelaki itu katakan? Gadis kecil? Pikirnya. Meskipun dia hanya setinggi dada lelaki itu dan memiliki tubuh yang mungil, tetapi bukan berarti dia adalah gadis kecil. Usianya sudah 23 tahun.
"Ya sepertinya kau memang bukan gadis kecil, mengingat kau sangat ahli bermain piano yang mungkin saja tidak bisa dilakukan oleh seorang anak-anak." lelaki itu tampaknya menyesal telah menyebutnya gadis kecil.
"Apa yang kau mau? Aku tidak memiliki waktu untuk berbicara denganmu." gadis itu terus berusaha untuk menjauh dari lelaki itu.
"Tidak ada, hanya saja... aku ingin sekali mengenalmu karena kau mengingatkanku dengan seseorang."
"Maaf, aku harus pergi."
Lelaki itu menahan langkahnya, "Kau tidak ingin memberitahuku siapa namamu dulu?"
Gadis itu hanya diam sambil menatapnya dengan marah. Jika terus menanggapi ucapan lelaki itu dia akan mendapatkan hukuman karena tidak pulang tepat waktu.
"Sepertinya kau memang sedang buru-buru, baiklah lain kali saja." akhirnya lelaki itu membiarkan gadis itu pergi dengan melipir tak lagi menghalangi jalannya.
"Kelak kau tidak akan bersikap seperti itu kepadaku. Aku yakin itu kau... Melody."
Bersambung part 1
***
Hai! Panggil aja Nada!
Bismillah...
Semoga suka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
RomanceKetika nada yang dimainkan mewakili perasaan dan orang lain mampu memahaminya. ________________________________________ [27 Februari 2020] Cerita yang dibuat murni hasil pemikiran penulis yang penuh akan imajinasi namun sedikit mengalami kesulitan k...