Chapter - 1

41 8 0
                                    

Author POV

"Selamat Pagi. Ayo bangun nak" Suara lembut wanita paruh baya dengan nampan berisi sarapan kesukaan anaknya, sandwich keju dan juga susu strawberry sebagai pelengkapnya.

Sedangkan dihadapannya seseorang yang masih setia dengan guling dan selimut kesayangannya.

"Mmhhhmmm.. Pagi, bun.. pliss I need five minutes again" Suara serak khas bangun tidur menjawab sapaan Maya.

Masih saja tak rubah kebiasaannya sejak kecil membuat Maya geleng geleng kepala melihat kelakuan anaknya.

"Ayo bangun Rachel, sudah waktnya kamu sarapan dan kamu harus bersiap, hari ini adalah masa orientasimu di SMA bukan? Ayahmu sudah menunggumu dibawah. Jangan sampai kamu terlambat, ini sudah pukul 06.15" Tegas Maya lalu menyimpan nampan diatas nakas. *buset, kebo banget emg ya lu, ra.. ra (hehe maap mak)

'Astaga!!' Umpatnya dalam hati. Kenapa ia harus bangun terlambat seperti ini.

Rachel menyibakkan selimutnya dan langsung berdiri dihadapan bundanya.

"Kenapa bunda tidak membangunkanku lebih awal??" Tanyanya memasang wajah tanpa dosa.

Pertanyaan Rachel membuat Maya geleng-geleng kepala. *Nak jadi macam apa kau ini huhh!

"Bunda tunggu dibawah, setelah itu jangan lupa ambil bekal mu didapur. Bunda akan menyiapkannya terlebih dahulu" Ucap Maya.

"Baik bunda" Jawab Rachel

Gawattt, Rachel mengerutuki dirinya sendiri karna kecerobohannya, mana mungkin dalam waktu sesingkat ini ia bisa bersiap siap dengan cepat agar bisa sampai tepat waktu datang ke sekolah, sedangkan jarak perjalanan ke Sekolahnya cukup jauh.

Yapp, ini adalah hari pertama Rachel sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Jakarta. Ia bertekad akan menjadi wanita sukses yang ingin membahagiakan kedua Orang Tuanya.

Dan ia ingin melanjutkan jenjang pendidikannya ke luar negeri. Standford University, impiannya sejak ia SMP. Tapi bagaimana mungkin, kebiasaan nya bangun terlambat seperti ini pun tidak ia binasakan. Siapa suruh ia berbincang di telefon dengan Gavin kakak laki-lakinya hingga lupa waktu sampai larut malam.

Ia pun melesat pergi kedalam kamar mandi dengan handuk yang sudah tersedia pinggir ranjang, tentunya sudah disiapkan oleh bundanya. Dasar tidak mandiri!! Apapun selalu dimanjakan oleh sang bunda. Walaupun ia sudah beranjak kelas 1 SMA. Namun , sifat kekanak-kanakannya belum musnah dalam dirinya.

********

Dibawah sana, seseorang sudah beberapa kali melirik jam tangan yang bertengger di tangannya sambil mondar-mandir juga hampir sepuluh kali telefon dari Sekretaris nya ia matikan.

"Raraaaa!!!!! Kau lambat sekali. Ayah ada rapat penting pagi ini. Sekretaris Ayah sudah menelefon beberapa kali. Ayah akan terlambat jika seperti ini!!" Suara lantang menggema di penjuru lantai satu rumah itu.

Dan pemilik suara tersebut tak lain adalan ayah Rachel, Mr Wijaya.

"Tunggu sebentar, Yah. Mungkin dua menit lagi, ia sedang menyelesaikan sarapannya atau mengikat tali sepatu nya" Jawab seseorang berlalu turun dari tangga menuju dapur

"Itu anakmu Maya! Selalu saja seperti itu. Dari dulu kebiasaannya tidak rubah" Ketus Wijaya marah

Maya hanya menggeleng gelengkan kepala untuk keduakalinya. Ada apa dengan hari ini?

'Anak dan Bapa memiliki sifat yang sama' gumam Maya sedikit heran, sambil mengaduk masakannya, kegiatan yang sempat tertunda oleh celotehan suami nya.
(tunggu bukannya Itu anaknya dia juga, ya kan mak author?) *iyee bunda masa anak nya mamak sih, bunda pinter deh. (hehe iya sih mak)

Tak butuh beberapa menit hingga Rachel turun sedikit berlari dari arah tangga. Sebelum pergi ia menyempatkan ke dapur membawa bekal makan yang sudah disiapkan Ibunya lalu berpamitan.

============

#makk binggung same keluarga ini semuanya gada yang waras, ingin ku menangis huaaaaa.

*INI SEMUA JUGA KARNA KAMU MAK! (serempak keluarga kusumah)

#waduhh kok mak di salahin juga sih. mana diserbu lagih, kaburrrrr....

Jikalau menemukan kesalahan atau typo langsung saja tulis di kolom komentar. Thanks

Jangan lupa klik ⭐ yaaa hehe

To Be a Continue...

THE MISTAKE (HIATUS SEMENTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang