2. Kerja Kelompok

36 7 0
                                    

"HAH APA?! GAK KEDENGERAN!"

"GUE BILANG, KALAU LO GAK IKUTAN KERKOM, GUE CEPU!"

"APA?! ULANGIN, GAK KEDENGER!"

Para murid yang berada di dalam kelas hanya bisa geleng-geleng, mengelus dada atas tingkah Kinan dan Kai yang berteriak-teriak di dalam kelas meskipun jarak mereka berdua hanya satu meja.

Mungkin hanya Geri yang tak peduli. Siswa itu hanya duduk di pojok kelas, memasang earphone dan menonton sesuatu di ponselnya dengan serius dan telinga yang memerah.

Sedangkan Aaron--si topik utama yang dibicarakan Kinan dan teriakannya-- menatap polos mereka berdua silih berganti. Aaron tak mengerti memang, apa yang dibicarakan Kinan. Namun ia yakin bahwa Kai sama tak mengertinya.

Kai mereda, tak berteriak seperti tadi. "Lagian ngapain kerkom Geografi di rumahlo, Nan? Tugasnya aja disuruh observasi alam," katanya sebelum menempelkan punggung pada sandaran bangku. "Oh, lo tinggal di goa, ya?" Lanjutnya.

Kinan melongo, juga Jun dan Gema sebelum ber-oh panjang. Baru tau.

Gadis itu bersyukur, setidaknya ia bukan yang paling bodoh di kelompoknya.

"Jadinya kerkom di rumah siapa?"

🍁🍁🍁

"ARGGH.. BABI!" Maki Kai setelah tiba di rumah Kinan. Heran berkepanjangan mengapa ia berteman dengan manusia berotak dangkal seperti Gema, Jun, dan Kinan.

Meskipun masih ada Sekar yang mendekati normal, tetap saja ia berakhir di sini. Tak ada yang mendukung argumennya. Kinan, Jun, dan Gema hanya bisa melongo atau mengucapkan 'oh' panjang, seolah mengerti, namun dengan berakhirnya ia dan teman sekelompoknya di rumah megah Kinan, membuktikan bahwa mereka hanya sekumpulan orang dengan otak ala kadarnya yang sedang di turn off- kan untuk menghemat baterai. Kalau sudah begini, siapa yang bodoh?

Ah, iya. Tentu saja Kai yang bodoh karena mau mau saja dengan para jelmaan udang ini.

Apalagi Sekar, yang sebenarnya mengerti namun memilih mengikuti suara terbanyak. Kai tak bisa menjamin Sekar tetap hidup setelah tersasar ke rombongan 'lompat ke jurang' atau 'masuk ke mulut cacing besar alaska'.

"Kar, coba liat Kegiatan 3.2 kita harus ngapain," mulai Gema sok peduli dengan tugas. Tentu saja mengobservasi alam! Kai mengatakan itu nyaris beberapa menit sekali sepanjang perjalanan.

Sekar membuka bukunya, mengamati dengan serius--membuat Kai jengah-- sebelum mengangguk-angguk paham.

"Jadi di sini kita harus observasi lingkungan," kata Sekar setelah lama menatap buku.

Jun tampak kaget. "Tugasnya observasi lingkungan?"

"Lah perasaan kata Pak Solih ke kolam renang," kata Kinan.

"Emang di rumahlu ada kolam, Nan?" Tanya Gema. Hmm.. mulai.

"Ada. Mau renang?" Tanya Kinan, matanya berbinar seolah ingin berenang juga.

"Gass, lah," kata Gema sembari bangkit, diikuti Kinan sebelum Jun yang ikut menyusul langkahnya.

Kai menoleh ke arah Sekar yang juga tengah menatapnya. "Sekar, karena di sini tinggal kita yang waras, ayo--"

"Lo mau ikut berenang gak, Kai? Gue mau ikut nyelup-nyelup kaki, ah," potong Sekar sebelum bangkit juga, kemudian berlari kecil menyusul Jun, Kinan, dan Gema.

Lama, Kai melongo parah, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue gak mau jadi orang pinter," katanya sebelum menyusul langkah mereka.

Setelah sampai, gadis itu harus dibuat takjub akan keindahan kolam renang outdoor pribadi milik Kinan. Di batasan area kolam, terdapat sedikit lahan untuk menumbuhkan berbagai macam tanaman hias.

Bukan main.

Kini Kai beralih menatap ketiga cowok yang sedang berenang dengan khidmat, tanpa acara ciprat-cipratan air ataupun tertawa-tawa, sementara Sekar duduk di pinggirannya sembari memasukkan kakinya ke dalam air hingga menenggelamkan separuh betisnya.

"Nan!"

"Yo?!" Balas Kinan, kepalanya menyembul dari permukaan air.

"Mereka berdua renang pake apaan?" Tanya Kai dengan volume yang sama, merujuk pada Jun dan Gema.

"Minjem kolor gue," sahut Kinan tak kalah kencang. Kai mengernyit jijik.

"Kenapa? Lo juga mau minjem?" Tanya Kinan, setia di tempatnya.

Kai tak menjawab, merasa tak perlu menjawab pertanyaan bodoh tersebut. Gadis itu berbalik, memutuskan membawa saja lembar laporan tugasnya untuk mulai mengobservasi. Masa bodoh, ini kali pertama ia tak hanya sekedar menumpang nama, dan ia bangga akan hal itu.

Gadis itu mengernyit, merasa bahwa ia salah jalan menuju ruang tamu. Kai berusaha mengingat, sesekali mencoba jalan lain menuju ruang tamu, hingga akhirnya sampai.

Tak habis pikir, ternyata begini rumah konglomerat, seperti labirin saja.

Kai merajut langkahnya kembali ke kolam, kali ini mengingat-ngingat tempat yang ia lewati. Entah berapa lama ia terjebak dalam 'labirin' menuju ruang tamu, teman-temannya justru telah mengakhiri sesi berenangnya. Juga ketiga cowok itu, semuanya telah terbalut handuk.

Namun ada satu hal yang membuat Kai lagi-lagi mengernyit jijik. Jun, cowok itu memakai handuk dari bagian ketiak, membuat dirinya sendiri terlihat seperti gadis dengan kemben atau nenek-nenek dengan kemben-- entahlah. Lebih serupa dengan banci.

Kai berusaha tak peduli, langkah kaki membawanya menuju pembatas area kolam sebelum berjongkok dan mulai menulis.

Jun, Kinan, Gema, dan Sekar tanpa sadar sudah ada di belakangnya, menunggu giliran menulis, hingga tak terasa tugas tersebut selesai dengan seadanya.

Setelah membereskan dirinya, Jun dan Gema kembali dengan seragam lengkap, sedangkan Kinan kembali dengan pakaian kasualnya, ala ala anak rumahan.

"Masih banyak waktu. Sekarang mau ngapain?" Gema melirik sekilas ke arah ponselnya, sekedar memeriksa waktu.

"Main petak umpet," kata Kinan sebelum disetujui oleh yang lain. Kai bingung, mulai berpikir bahwa mungkin mereka semua hanyalah anak sekolah dasar yang terjebak dalam tubuh anak SMA. Petak umpet? Pfft. Ide yang buruk.

"Kai?"

"Paan?"

"Ikut main, gak? Ikut, dong. Kai, kan jantan," Jun dengan mulut sampahnya berulah.

Gadis itu menggeleng. "Gw claustrophobia," sahut Kai.

"Claustrophobia apaan?" Tanya Gema polos.

"Itu artinya dia takut Santa Claus," Kinan menjawab dengan percaya diri.

"Ooh, tenang Kai, di sini gak ada Santa Claus. Gue udah berkali-kali ke rumah Kinan, gak ada Santa Claus. Iya, kan, Nan?" Sambar Jun, dan dengan bodohnya di sahuti anggukan yakin Kinan.

Kai kini benar-benar sadar, bahwa mereka hanyalah anak sekolah dasar yang terjebak di dalam tubuh siswa SMA.

Sekar tiba-tiba bersuara. "Gue juga takut Santa Claus, berarti gue juga claustrophobia, ya?"

Siapapun tolong selamatkan Kai.

🍁🍁🍁

Agh tolong.

Oiya vote woi

-SleepyHead
26 Maret 2020

INSIEME (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang