1. One, before another weird day

45 7 1
                                    

"Apa, Kai?" Aaron jengah, gadis itu menguntitnya sejak tadi. Kai nyengir, menunjukkan dua gingsul dan satu lesung pipinya, menimbulkan kesan manis kepada lawan bicaranya.

Namun tidak setelah mengetahui sifatnya.

"Ikut ke kantin, gak ada temen soalnya," gadis itu menarik lengan baju Aaron, membuat cowok itu menukik sebelah alisnya.

"Kan ada Geri," sahut Aaron, tetap menolak jika Kai mengikutinya. Kai sejak dulu memang melakukan ini--menguntit dan menerror--, namun itu hanya saat ulangan sudah dekat. Ia datang untuk sekedar meminta jawaban dari bocoran soal yang sudah ia dapatkan atau istilahnya contekan. Tapi sekarang? Mengapa Kai mendadak jadi seperti kucing liar yang kelaparan?

Demi apapun, Aaron benar-benar meminta maaf pada Tuhan, atas segala macam dosa yang ia lakukan hingga Kai menerornya sekarang. Ini mengerikan!

"Geri lagi ngegay sama Kinan. Ogah gue jadi pelakor," kata Kai ngegas, kukuh pada pendiriannya--mengikuti Aaron--.

Aaron menyerah, melanjutkan langkahnya menuju kantin, membiarkan Kai membuntutinya, memesan makanan yang sama dengannya, bahkan duduk di hadapannya dengan tampang tak berdosa.

Seingatnya Kai tidak seperti ini. Kemarin ia masih berkumpul di meja pojok kantin bersama kawanannya--Geri, Kinan, dan Caca. Aaron menoleh ke tempat itu, kosong, bahkan meski keadaan kantin ramai sekalipun. Tak sedikit siswa yang memilih membawa makanannya ke pinggir lapangan dibanding mengisi tempat kosong itu.

Aaron menghela napas ketika menyadari bahwa dirinya dan Kai kini menjadi pusat perhatian. Beberapa siswa menatap asing ke arahnya, dan menatap takut ke arah Kai.

Baik, ini salahnya.

Ia tak begitu mengetahui alasan tatapan itu dilemparkan kepada Kai, tepatnya ia tak begitu peduli.

Aaron sadar dari lamunannya ketika menangkap tangan Kai yang menyambar siomay miliknya. Sendoknya terangkat, mendaratkan benda logam tersebut ke punggung tangan Kai hingga empunya meringis dan memasang tampang jelek.

"Ih lucu banget!"

"Itu pacarnya kak Kai?"

Samar, Aaron mendengar kalimat itu tersembur dari siswi yang berjarak dua meja dari tempatnya sekarang. Ia bertindak seolah tuli, namun setia menjadi pendengar, memasang telinganya baik-baik.

"Anak baru, ya? Kok baru liat?"

"Ganteng, tau, kalau diliat dari sini,"

Aaron dengan sengaja menoleh ke arah para siswi itu, membuat keduanya pucat pasi dan salah tingkah hingga mengalihkan pandangannya ke arah lain. Cowok itu terkekeh dalam hati. Ia memang tampan.

Jika dipikir-pikir, mungkin ini adalah salahnya yang terlalu sering menyendiri, berusaha menghilangkan keberadaan dengan diam, berada di tempat yang tak awam, hingga tak di kenali oleh siswa-siswi SMAnya sendiri.

Miris.

Ia baru akan menyuap makanannya lagi ketika menyadari bahwa mangkuk bening itu kosong. Aaron mendongak, mendapati satu-satunya tersangka yang sedang curi-curi pandang ke arahnya, dengan mulut penuh dan menahan tawanya.

Kai-- ah.. ia tak bisa mengumpat pada lawan jenis.

Pandangan Aaron berpindah ke atas meja, mendapati botol dengan kemasan bertuliskan 'milk tea' di hadapan Kai. Gadis itu ikut melirik ke arah pandang Aaron, sebelum mereka berdua berebut benda kemasan plastik tersebut. Begitu sengit, hingga mereka menjadi pusat perhatian murid yang duduk tak jauh dari meja yang mereka tempati.

Kai kalah, Aaron berhasil mendapatkan minuman dingin itu dengan tangan kanannya yang mengangkat tinggi-tinggi benda tersebut.

Pfft. Tentu saja Kai kalah. Tingginya tak seberapa dengan Aaron. Mungkin se-dagunya pun tak sampai.

Aaron menenggak minuman manis tersebut hingga tak bersisa, membuat Kai membelalak, menyaksikan minuman favoritnya ditelan habis oleh cowok sok cool di depannya ini.

Cowok itu tersenyum penuh kemenangan, mengangkat-ngangkat alisnya, membuktikan bahwa tak hanya Kai yang bisa melakukan perbuatan keji itu padanya.

Sialan. Dasar cowok pendendam.

🍁🍁🍁

"Ga."

"Kai, please--"

"Ga," ucapan gadis itu seolah final, menolak tanpa ganggu gugat ajakan untuk kerja kelompok di rumah Kinan. Siswa itu sendiri sudah frustasi, mengacak-acak rambut hitamnya hingga tak berbentuk.

Kai melirik kecil. "Kutuan lo?"

Kinan seolah ingin meledak, hingga satu tepukan mendarat di bahunya, menampilkan Jun, Si Seksi Olahraga dengan tampang sok- nya.

"Biar sama abang Jun aja," katanya percaya diri sambil menepuk-nepuk dadanya.

Jun maju beberapa langkah mendekati Kai yang tengah menatapnya ingin tahu. Begitu juga Kinan, tentunya ingin tahu seberapa besar kemampuannya untuk mengajak Kai mengikuti kerja kelompok kelas Geografi.

"Kai, kerja kelompok yu--"

"Ga," potong Kai.

Jun berbalik, mendekati Kinan dengan wajah pasrah. "Gue udah berusaha semampu gue."

Ketua Murid itu menghela napas panjang, mengambil botol air mineralnya sebelum menenggak dengan ganas.

"Junaidi balik dulu," gidik Jun kemudian berlalu sambil berpura-pura tak melihat.

Seluruh anak kelas pun tahu, bahwa Kinan yang banyol akan benar-benar menyeramkan ketika sedang marah. Danang dan bangku yang di tempati Aurel jadi korbannya. Kelas menjadi saksi bisu saat bangku tak bersayap itu bisa terbang dan hinggap di tubuh Danang.

Mengerikan.

"Kai--" ucapan Kinan terputus, mengikuti arah pandang gadis itu yang tak lepas dari salah satu siswa.

Aaron?

Kinan memandangi mereka bergantian. Cowok itu tampak sedang membagi-bagi tugas kepada anggota kelompoknya, sedangkan Kai tampak sibuk memperhatikannya, seolah Aaron akan hilang jika ia mengalihkan pandangannya.

"HATCHEM!" Kinan bersin sembari menggebrak meja dengan kuat, membuat Kai hampir terlonjak dari tempatnya, tak sedikit siswa yang latah akibat melamun.

Siswa itu tanpa sadar tertawa dalam hati.

Menarik.

🍁🍁🍁

Amnjoi apdet malem malem gini siapa yang baca coba.

Gajel pula.

P.s: silahkan cuci tangan setelah klik vote

-SleepyHead
25 Maret 2020

INSIEME (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang