Kai sengaja datang terlambat hari ini. Dengan tampang tak berdosanya ia celingak-celinguk, mencari keberadaan Aaron yang sudah pasti duduk sendiri--jika tak bersama Ardan.
Rautnya terlihat sumringah ketika menemukan seseorang yang ia cari dengan buku Sosiologi yang terbuka di atas meja, juga sepasang earphone yang tersumpal di kedua telinganya. Langkahnya benar-benar bersemangat mendekati Aaron, menarik bangku dan duduk di sana.
Cowok itu menoleh singkat sebelum kembali fokus dengan bukunya, seolah terbiasa diganggu Kai--meskipun nyatanya baru satu hari. Kai menarik salah satu earphone Aaron sebelum memasangkan di sebelah telinganya, sebuah kebiasaan baru yang kini takkan ia hiraukan.
"Baru tau lo suka musik indie," ujar Kai. Aaron tak tahu kalimat itu ditujukan kepada siapa, dan jika itu ditujukan kepada dirinya, ia tak harus menjawab bukan?
"Hmm," sahut Aaron sekenanya, sebelum membalik lembar buku ke halaman selanjutnya.
Entah sugesti atau bukan, Aaron mendengar suara ritsleting ransel di belakangnya sebanyak dua kali. Siswa itu memutuskan untuk tak menghiraukannya, toh, tak ada barang berharga di dalam tasnya. Setelah itu tak ada suara, mungkin Kai tertidur atau entah melakukan apa, yang jelas kini dirinya tak terganggu.
Tak sampai satu menit ia larut dalam bukunya, bahunya menegang, merasakan seseorang tengah bersandar di sana. Aaron berniat menoleh untuk mencari tahu siapa seseorang yang ia maksud, namun tentu jawabannya sudah jelas.
"Lo gak bosen belajar terus?" Kai, si dalangnya bertanya dengan suara pelan, sedikit menutup matanya--entah mengantuk atau merasa nyaman, Aaron tak yakin.
Siswa itu diam sejenak. "Enggak," sahutnya.
Aaron benar-benar berharap dalam hati, bahwa Kai adalah orang yang tidak peka-an. Bukannya apa-apa, dirinya hanyalah sebatas lelaki normal yang jantungnya kini tak bisa di ajak kompromi, Aaron tak bisa menyangkal hal itu. Ia harap hidungnya tak memerah saat ini.
Dirinya diam-diam mengucap syukur dan tanpa sadar menghela napas lega tatkala Kai mengangkat kepala dari bahunya, melepas earphone yang masih tersumpal di telinga gadis itu, kemudian bangkit dari bangkunya.
"Ca, kamar mandi, yok," seru Kai kepada seorang siswi kuncir kuda yang duduk tak jauh darinya, membuat Caca--gadis yang dimaksud-- mengangguk dan bangkit dari kursinya, merajut langkah menuju luar kelas bersama Kai.
Setelah Kai dan Caca menghilang di balik pintu, Aaron memegangi dada kirinya yang masih berdetak cepat.
Sialan.
🍁🍁🍁
Guru lagi-lagi tak masuk kelas, menitah Kinan selaku Ketua Murid untuk mengerjakan latihan soal. Namun, gelar 'bandel' dari para guru kepada kelas ini tak mungkin disematkan tanpa alasan, bukan?
Aaron yang tak ada kerjaan seperti biasa membuka bukunya, membalik lembar demi lembar dengan iringan musik dari earphone yang tersumpal di sepasang telinganya sebelum bosan dan mengantuk. Siswa itu meraih jaketnya, melipatnya asal untuk menjadikannya bantal, kebiasaan Aaron.
Kai sendiri sudah ke kantin, sempat mengajak Aaron dan putus asa setelah mendapat tolakan mentah-mentah dari empunya.
Bangku di sebelahnya bergeser, menimbulkan suara yang cukup nyaring di pendengaran Aaron. Namun cowok itu tak terlalu ambil pusing, lebih memilih mencari posisi nyamannya.
Telinga lebarnya terasa dingin. Aaron bangkit dengan mata yang menyipit, mendapati dalangnya yang sedang nyengir tak berdosa, menyodorkan kaleng minuman cincau, lengkap dengan sedotannya. Aaron menatap kaleng dan Kai bergantian. Cewek itu mengangkat-ngangkat alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIEME (Hiatus)
Teen FictionINSIEME {Italian} (n) together. "When problem can solved alone, why must solve it together?" ©SleepyHead Bandung, 24 Maret 2020