7. Ulang Tahun?

3 0 0
                                    

"YAELAH."

"Lo ke parkiran cuma buat ginian doang?"

"Kelainan pasti."

Kira-kira begitulah reaksi yang Jun dapatkan ketika kembali ke kelas dengan helm fullface hitam di kepalanya. Jun nyengir di balik helm, kemudian duduk di samping Aaron hati-hati.

"Kan gue mengurangi resiko telinga lepas," kata Jun samar, menyindir Aaron. Empunya melirik kecil, namun tak ambil pusing dan justru sibuk dengan ponselnya.

"Kai ulang tahun?" Tanya Aaron yang justru lebih terdengar seperti gumaman.

Kinan tampak terkejut. "Ngestalk?! Ron, lo suka sama Kai?!"

"Enggak," sahutnya pendek.

"Lupa sih gue dia ulang tahun tanggal berapa, yang jelas bulan Januari. Di antara tanggal empat belas atau enam belas," Geri yang menjawab sambil bertopang dagu.

"Di sini ada yang ngucapin," Aaron menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan story Instagram seseorang dengan tulisan "Happy Bornday Kai!" yang memenuhi layar.

Geri melongo, kemudian diam beberapa saat. "Gue mau ke rumahnya. Lo ikut gak, Ron?"

Aaron tak memberi jawaban, justru mengangkat sebelah alisnya seolah-olah balik bertanya; 'memang dirinya siapa?'

Tak mendengar jawaban, justru Jun yang menyambar. "Abang aja, ah, yang ke sana. Siapa tau direstuin sama mama mertua. Iya gak, Ron?"

Hening, tak ada yang menyahut.

"Ron, kok gak jawab?"

Gulungan buku paket matematika tebal mendarat telak di kepala--helm-- Jun. Cowok itu terlonjak kaget, tak menyadari bahwa sedari tadi pria paruh baya itu telah tiba di kelas, menghampiri Jun tanpa suara.

"Geri, keluar kamu dari pelajaran saya," suara berat itu terdengar bergema, sementara yang dipanggil namanya melongo.

"Lah, kok saya, pak?" Geri protes, tak terima namanya disebut. Sementara guru tersebut--Pak Imam-- melongo.

"Terus ini siapa?" Tanya Pak Imam polos.

"J--"

"Ardan, pak," Jun lebih dulu memotong jawaban Kinan dengan suara yang dibuat-buat.

Pak Imam berkacak pinggang. "Waktu itu saya sudah pernah peringatkan tentang memakai helm di dalam kelas. Kamu mau membersihkan seluruh kelas sebelas seperti Jun, atau menyikat lantai kamar mandi anak laki-laki?" Tanya Pak Imam, alisnya menukik tajam.

"Dua-duanya, pak." Gema dan Geri sudah siap menyemburkan tawanya.

"Sekarang keluar. Ini peringatan ke dua untuk kelas sebelas C."

Tanpa ada penolakan, Jun bangkit dari bangkunya.

"Kaila sama Junaidi kemana?"

"Kaila demam, pak, gak masuk. Kalau Junaidi sakit lagi di UKS," sambar Jun cepat. Pak Imam manggut-manggut, melirik kecil dengan ujung matanya hingga Jun menghilang di balik pintu.

Jun diam beberapa saat di depan kelas, melongo, sebelum akhirnya memutuskan untuk ke kantin. Tepat enam langkah meninggalkan kelas, Jun berpapasan dengan Ardan yang sedang haha hihi dengan seorang siswi kelas sepuluh.

"Ada guru?" Tanpa basa-basi, Ardan bertanya. Jun menggeleng cepat, kemudian menggamit lengan Ardan--mengambil alih secara tak langsung. Siswi di sebelahnya menatap Jun tak suka.

"Ke kantin yok, laper."

"Kok gue gak liat Geri, ya?"

"Gatau, tuh, gue juga gak liat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INSIEME (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang