Prolog

579 34 9
                                    

Add it to your library now.

Add it to your library now

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heathrow Airport

10 April, 2015

Bandara tampak sibuk pagi itu. Waktu belum genap menunjukkan pukul delapan tetapi suasana bandara sudah sangat ramai dengan para calon penumpang penerbangan internasional. Ada yang berjalan terburu-buru menggeret kopernya seakan takut ketinggalan pesawat, ada pula yang masih duduk santai memainkan ponsel sambil menunggu waktu keberangkatan. Baik karena liburan atau pekerjaan, mereka semua memiliki tujuan masing-masing berada di bandara ini.

Begitu pula dengan Noah dan sembilan orang lain yang berada dalam rombongan sama. Pagi ini, mereka semua akan berangkat menuju New York untuk melakukan pertukaran pelajar selama enam bulan. Jika dibandingkan dengan periode studi secara keseluruhan, enam bulan adalah waktu yang singkat untuk menuntut ilmu di negara lain. Apalagi setelah melewati seleksi ketat agar terpilih dan berkesempatan melakukan program ini, enam bulan tak akan terasa lama jika semuanya berjalan lancar.

Namun, enam bulan bagi Noah adalah waktu yang cukup lama jika ia melihat wajah gadis di hadapannya. Wajah Jane tampak muram karena ia harus berpisah dengannya untuk beberapa waktu. Ia bahkan merasa berat hati harus ikut mengantarkan Noah ke bandara. Lelaki itu untuk kesekian kalinya memeluk Jane erat. Ia tahu gadis itu akan sangat merindukannya. Noah dan Jane tak pernah berpisah selama ini sebelumnya. Mungkin enam bulan ke depan, Jane akan memakan lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas kuliahnya tanpa Noah yang biasanya membantu.

"Sudah ku bilang, kau tak perlu repot mengantarku ke bandara. Lihat, kau jadi sedih seperti ini." Noah menyeka beberapa helai rambut yang menghalangi kening Jane.

"Bagaimana bisa aku tak mengantarkanmu? Bahkan orang tuamu ikut mengantarmu."

"Kalau begitu selama aku pergi, kerjakan tugasmu dengan benar, okay? Jangan terlalu banyak belanja. Itu hanya menghabiskan uangmu sia-sia."

"Tidak sia-sia. Aku baru saja menukar tiga puluh sembilan pound dengan salah satu koleksi musim semi terbaik Topshop."

"Apa kau tahu Tesco punya replika yang tidak kalah bagus dengan harga rendah?"

"Maksudmu?!" Jane sengaja membenturkan keningnya dengan kening Noah, membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Argh, bisa-bisanya kau ini berwujud perempuan!"

Noah tak pernah mengerti dengan kebiasaan berbelanja Jane. Gadis itu selalu menghabiskan uangnya untuk potongan pakaian bermodel sederhana yang memiliki harga cukup tinggi.

Jane kembali memeluk Noah. Ia menempelkan kepalanya pada dada lelaki itu hingga ia bisa mendengar detak jantungnya. "Cepat pulang, ya?" Tangannya mengelus pipi kiri Noah.

"Tenang saja, aku akan pulang sebelum kau menyadari kepergianku." Lelaki itu menyeringai.

Jane hanya tertawa menanggapinya. Pelukan mereka berangsur lepas ketika Ramona menghampiri. Ramona tersenyum manis kepada mereka berdua, sebelum Noah beralih memeluknya erat hingga tubuh gadis pirang itu terangkat.

Noah lantas menghujani wajah kekasihnya,
Mona, dengan ciuman dan melambaikan tangan pada sahabatnya, Jane, sebelum kembali berkumpul dengan rombongannya.

***

New story! Sebenarnya cerita ini pernah di-post di tahun 2015 sebagai fanfic 1D (I still have the drafts)—and of course, ga selesai, tp skrng kembali di-post sebagai fiction biasa. xx

Soul ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang