Chapter 4 - The Forgotten

152 17 3
                                    

14 Februari, 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14 Februari, 2015

"Noah, tebaklah hari ini hari apa?"

"Hari Jumat? Kau benar, T.G.I.F."

"Bukan itu maksudku."

"Jadi?"

"Hari ini tanggal 14 Februari!"

"Ah, kau benar!" Noah menepuk keningnya. "Thanks, Jane. Bagaimana bisa aku lupa janji makan malamku dengan Mona nanti?"

Noah segera berlenggang keluar dari ruangan untuk mereservasi tempat di restoran, meninggalkan Jane sendirian yang tak berkutik di tempatnya. Jane menatap kepergian Noah dengan sendu, memikirkan bagaimana ia tak peka sama sekali dengan apa yang Jane maksud.

Hari ini adalah hari Valentine, and she used to be his Valentine.

***

17 April, 2015

Suara derap langkah kaki menggema di lorong rumah sakit. Napas yang terengah-engah dapat terdengar di suasana yang sepi ini. Kedua matanya menatap tak terarah pada pintu-pintu di sampingnya, mencari nomor ruangan yang tepat di tengah keadaannya yang hampir kehilangan akal. Kakinya ia paksakan terus melangkah, menghadapi kenyataan buruk yang baru saja ia dapatkan. Tubuhnya tak lagi merasa jetlag, ketakutan bercampur cemas adalah satu-satunya yang ia rasakan saat ini.

Di tengah-tengah ketegangan itu, ia melihat sesosok wanita paruh baya berambut cokelat terduduk sendirian tak jauh darinya. Saat itu ia tahu, di sanalah ruangan yang ia cari berada. Maka, langkahnya ia percepat untuk menghampiri wanita itu. Sang tujuan mengangkat kepalanya merasakan seseorang tengah datang menghampiri. Wajahnya yang tadi muram berubah berbinar melihat kedatangan lelaki itu.

"Noah!" Ia bangkit, mengambil beberapa langkah maju untuk membawa Noah ke pelukannya.

Noah segera memeluknya erat. Saat itulah ia dapat mendengar tangisan wanita itu. Tangan Noah bergerak mengusap punggungnya. Ia sudah sangat dekat dengannya layaknya ibu sendiri, jadi itu kenapa wanita itu nyaman-nyaman saja menangis di pelukannya. Namun, tak ia sangka hanya dengan mendengar tangisan pilu wanita itu, Noah merasa apa yang sedari tadi ia rasakan kini kembali memuncak. Dirinya merasa emosional. Kedua matanya perlahan memanas seiring dengan air mata yang membuatnya berkaca-kaca. Pada akhirnya, tangisannya pun ikut pecah.

Lelaki itu mempererat pelukannya. Ia belum tahu seperti apa detail kejadian itu, namun hanya dengan mendengar informasi tersebut dari Leo di telepon, ia berharap semuanya hanya mimpi. Rasanya saat itu, ia ingin bertukar nyawa dengan dua gadis yang menjadi bagian dari hidupnya itu. "How could this happen?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Sopir truk yang menabrak mereka rupanya sedang dalam keadaan mabuk. Kecelakaan itu tak dapat dihindari. Semua terjadi begitu saja layaknya mimpi siang bolong yang berubah menjadi nyata. Begitu aku mendapat kabar buruk itu, aku hampir saja pingsan. Kau pasti mengerti seberapa hancurnya perasaanku, bukan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soul ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang