Chapter 2 - How He Met The Girl

104 18 3
                                    

16 Juli, 2014

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16 Juli, 2014

Senyuman tak henti menghiasi wajah Noah. Ia berjalan di lorong yang sesak menuju gedung jurusan ilmu politik dan sosiologi yang memang sedikit jauh dari fakultasnya. Berkali-kali Noah mengelus paper bag beserta bunga yang ia bawa seakan itu adalah barangnya yang paling berharga. Padahal kedua barang itu akan ia serahkan kepada orang lain setelah ini.

Hari ini kampusnya memang ramai. Yang ia dengar, ada suatu pemotretan majalah yang mengambil latar tempat di kampusnya. Itu kenapa banyak mahasiswa yang tampaknya menontoni pemotretan tersebut. Tapi Noah tak memedulikan hal itu karena tujuannya saat ini hanya satu.

"Aahh!!"

"Astaga!"

Terlalu fokus dengan tujuannya, Noah sampai tak sengaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari kafeteria kampusnya. Seorang gadis jatuh dan pakaiannya basah tersiram minumannya yang tumpah.

"Gosh!" Noah cepat-cepat membantunya berdiri. "Maafkan aku, Nona! Apa kau baik-baik saja?"

"Tidak apa-apa," ucapnya pelan. "Aku yang tidak hati-hati."

"Tidak, aku yang tidak hati-hati." Noah menggeleng pelan. "Ini salahku."

Gadis berambut pirang itu tampak membersihkan bajunya yang kotor akibat minumannya, kemudian mendongak melihat Noah.

Dahi Noah yang awalnya mengernyit, kini mengendur melihat wajah gadis itu. Gadis itu memakai riasan wajah yang sedikit lebih tebal dari para mahasiswa di sini. Rambutnya yang tergerai juga sangat tertata seolah dilakukan oleh penata rambut. Bibirnya melengkungkan senyuman manis yang tak bosan untuk dilihat.

Apakah dia model pemotretan itu?

Menyadari bahwa ia tak mengedip, Noah segera mengalihkan wajahnya ke arah lain dan mengerjap beberapa kali.

"Tidak apa-apa, sungguh." Gadis itu berucap lagi. Meski terlihat samar bahwa ia sedikit cemas dengan keadaan pakaiannya.

"Apa... kau salah satu model pemotretan di sini?" Noah memberanikan diri untuk bertanya.

Lagi, gadis itu tersenyum, kali ini karena Noah menyadari hal itu. "Hanya salah satunya."

Noah memerhatikannya masih berusaha membersihkan pakaiannya yang terlihat mahal. Jika dilihat-lihat, merek pakaian itu sama seperti merek paper bag yang ia bawa saat ini. Noah dapat menebak pakaian itu adalah salah satu pakaian yang digunakan untuk pemotretan. Jika benar, maka gadis itu bisa berada dalam masalah besar karena telah mengotorinya.

Atas inisiatifnya, ia mengulurkan paper bag tersebut kepada sang gadis, memutuskan untuk menyerahkan barang yang sedari tadi ia jaga tersebut kepada orang yang berbeda.

"Ini, untukmu saja."

Gadis itu mengernyit heran atas tawaran yang tiba-tiba. "Apa?"

"Baju ini untukmu saja, kau pasti harus melakukan pemotretan dengan baju itu, bukan? Tapi sekarang bajumu sudah kotor karena aku. Jadi sebagai gantinya, aku memberikanmu baju ini saja. Bagaimana?"

Soul ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang