Chapter 1 - A Boy On A Bike

216 24 12
                                    

"Kau ini bodoh, ya? Kenapa kau mau saja pergi ke belakang sekolah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau ini bodoh, ya? Kenapa kau mau saja pergi ke belakang sekolah?"

"Tentu saja aku mau. Siapa yang tidak mau diajak Lucas berdua saja?"

"Walaupun dia itu tampan, tetap saja dia senang mempermainkan hati wanita. Kalau aku tidak ada, kau pasti sudah habis olehnya. Artinya kau sama saja dengan 'boneka'-nya yang lain."

"Aku hanya penasaran bagaimana rasanya mendapatkan ciuman, Noah. Apa itu salah?"

"Dasar desperate virgin. Aku bisa mengajarimu."

Anak lelaki berusia 14 tahun itu langsung mendekatkan wajahnya kepada Jane, ketika gadis itu sontak memejamkan mata, ponsel flip Noah berbunyi. Ia pun segera mengangkatnya dan justru keluar ruangan meninggalkannya.

***

14 Februari, 2009

Jane mengambil langkah seribu. Wajahnya muram dan tampak menahan tangis. Hentakkan kakinya begitu kencang beradu dengan trotoar hingga ia dapat mendengarnya. Ia tidak memiliki acara apapun setelah pulang sekolah, tetapi ia memilih untuk cepat pulang. Tunggu, sepertinya rumah juga bukan tempat yang tepat untuk saat ini. Kalau begitu ia memilih kabur ke tempat lain saja.

"Jane! Tunggu aku!" Suara kayuh sepeda dapat terdengar di belakangnya.

Ya, ia memilih kabur ke tempat lain asalkan tak bertemu dengannya. Selama satu hari ini, ia menghindarinya. Jane tahu lelaki itu akan mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan seolah ia adalah anak paling terpuruk sedunia. Ia tidak mau dikasihani. Ia tidak mau terlihat terpuruk di hadapannya. Tidak menyempatkan melihat ke belakang, Jane mengarahkan dirinya berbelok ke arah kiri.

Gadis itu bisa merasakan Noah mempercepat laju sepedanya juga. Kemudian dalam hitungan detik, lelaki itu sudah mencegatnya dengan sepedanya, membuat Jane yang sedang berlari terlambat mengerem dirinya hingga menabrak tubuh Noah.

"Hei, ku bilang tunggu, Nona." Noah memegang tangannya agar tak jatuh.

Noah terlihat tampan seperti biasa. Ia masih memakai seragam olahraga, celana pendek, dan tas selempang yang dipendekkan di punggungnya. Rambutnya terlihat sedikit berantakkan karena ia baru saja selesai berlatih bola.

Jane menjauhkan dirinya. Ia bergeser untuk kembali pergi, namun tangan Noah menahannya dan menariknya mendekat. "Jane, kau menghindariku?"

Ya, batin Jane.

Namun begitu, ia tak menjawab pertanyaan itu dari mulutnya dan memilih untuk diam. Wajahnya berpaling ke arah lain karena ia tak mau Noah melihat matanya yang berkaca-kaca. Setelah beberapa lama gadis itu tak menjawab, Noah menghela napas pelan dan mengarahkan dagunya untuk menatapnya.

"Kau pasti berpikir aku akan bertanya hal-hal aneh? Nope, tidak akan. Aku juga tahu kau masih sedih dengan perceraian orangtuamu, untuk apa aku menanyakannya lagi? Aku justru cemas, aku tidak melihatmu di sekolah tadi. Ku kira kau tidak masuk." Noah melepas tas yang ia pakai, kemudian menyerahkannya pada Jane. "Ini, naiklah."

Soul ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang