Gue tersenyum sinis, gue enggak pernah peduli tentang mereka.
Kaki gue melangkah dengan cepat menuju Ruang OSIS yang terlihat ada beberapa pengurus disana. Saat sampai disana, orang-orang itu menatap gue heran. Mungkin karena pipi gue yang membiru dan sudut bibir yang berdarah.
Gue terduduk di bangku-bangku yang biasa digunakan untuk rapat dengan terus mengelap sudut bibir dengan tisu yang di dapat dari atas meja milik pembina, sialan rasanya sakit dan perih bercampur menjadi satu.
Seseorang menghampiri gue, "lo kenapa lagi sih Lay?" tanya nya lalu berusaha menyentuh luka yang ada disudut bibir yang nampak berdarah. Tapi tentu saja dengan cepat gue kibas.
Gue menghela nafas, "seperti yang lo lihat," kesal gue.
Dia nyengir mata bulat nya sedikit menyipit, kata cewek-cewek yang satu sekbid sama gue sih, dia manis. Tapi bagi gue biasa aja. Lebih manis mas-mas kasir minimarket kemarin.
"Dibully lagi sama si Kaisha dan dayang-dayang nya?" Dia bertanya dengan nada bodoh. Sudah tahu, tapi masih saja nanya. Kurang kerjaan memang.
Mata gue berotasi mendengarnya. Lagi-lagi itu membuat dia nyengir. Gue kesal saat melihat cengiranya, sungguh.
"Gak usah cengar-cengir lo Nayaga," ucap gue dengan nada judes yang ketara.
Nayaga adalah koordinator sekbid gue, sekbid tujuh tepatnya. Seksi bidang tujuh adalah mengenai pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga, sekbid yang kedengaran nya cowok banget, padahal si Nayaga kelakuan nya agak banci menurut gue. Buktinya dia sudah menggebet cewek selama tujuh bulan, tapi sampai sekarang belum dia tembak-tembak juga. Banci.
Kalau buat kalian yang belum tahu, gue adalah salah satu pengurus OSIS disekolah ini. Anggota sekbid tujuh tepatnya. Nah memang kepengurusan di OSIS itu terbagi-bagi menjadi beberapa sekbid atau seksi bidang dan pejabat teras. Pejabat teras atau yang kami singkat jatras hanya berisi enam orang yaitu, ketua dan wakil, sekretaris satu dan dua yang terakhir ada bendahara satu dan dua. Sedangkan sekbid terbagi menjadi sepuluh bidang, dimulai dari sekbid satu bidang ketuhanan sampai sekbid sepuluh bidang komunikasi Bahasa Inggis.
Tapi walaupun gue masuk kepengurusan OSIS, itu bukan berarti gue manusia yang baik-baik, menjaga lingkungan, menjunjung tinggi gotong royong, apalagi pintar. Gue adalah manusia yang hidup diatas garis penuh ke-rata-rata an, menurut gue kecuali di beberapa hal ada yang mempunyai poin plus tapi kebanyakan minus sih.
"Lo gak lupa buat beresin absensi murid baru kan?" tiba-tiba seseorang bertanya dibelakang gue, itu ketua osis kami sekaligus kakak kelas yang baru naik ke-kelas dua belas. Sebentar lagi lengser dari jabatan. Gue juga baru satu hari sih merasakan jadi siswa kelas sebelas.
Oh iya ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas, ini juga berarti hari pertama MOS atau yang sekarang sudah berganti nama menjadi MPLS yaitu Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah.
Iya baru hari pertama dan gue udah mendapatkann sebuah tamparan di pipi mulus ini.
Gue berdecak, "udah."
Dia mengangguk-anggukan kepalanya. Kedua alis tebalnya terangkat. Dasar berlebihan.
"Oh iya Lay gue lupa! Besok lo pindah ngementorinya bukan dikelas RPL, tapi lo ke kelas Akutansi," ucapnya kembali membuat gue memasang ekspresi sedikit tidak terima.
Jadi begini teorinya teman-teman. Kelas RPL atau Rekayasa perangkat Lunak itu mayoritas yang ikut cowok sedangkan di kelas Akutansi itu mayoritas cewek di sekolah gue, mayoritas ya gak semuanya. Lo paham kan maksud gue?
Bayangkan aja nih, kelas RPL itu udah pasti banyak dedek gemes cowoknya.
"Kok gitu? Gak bisa dong kak! Ini juga cuman Lay aja yang dipindahin nya?" gue protes enggak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAY
Novela JuvenilHyara Layvattra selalu mempunyai banyak pilihan dalam hidupnya, tapi tenang semua pilihan itu menyenangkan. Semuanya lurus dan terlihat baik-baik saja. Satu hal buruk mengenainya hanya tentang perasaan, dia mempunyai banyak hati yang selalu menjadi...