Tiga

898 94 26
                                    


~Nahla~

Lelaki itu berjalan pelan di trotoar jalan. Jalanan yang ia lewati sedikit becek. Tadi siang hujan deras mengguyur ibu kota. Masih tersisa tetesan air embun yang menetes di setiap celah daun-daun.

Sepatu yang ia kenakan sedikit basah karena terkena cipratan air. Lelaki itu terdiam saat telah sampai di tempat tujuannya. Sebuah pemakaman umum besar. Menghela napas kasar sebelum masuk ke dalam.

Melewati deretan makam dengan batu nisan yang tertulis nama orang-orang yang telah kembali kepada pangkuan sang pencipta. Lelaki itu berhenti saat melihat batu nisan yang tertulis nama seseorang yang ia sangat sayangi.


Raka Abinazy Keanu, mahasiswa semester empat. Mahasiswa jurusan teknologi itu berjongkok lalu mengusap batu nisan yang basah.

Airin Putri

Istri pertama dari Wisnu Pertama Keanu itu meninggal tepat tujuh tahun yang lalu.
Airin kecelakaan saat pulang dari rumah kedua orang tuanya. Setelah pisah dengan Wisnu Airin memang tidak tinggal Kembali dengan kedua orang tuanya. Airin pun tidak menikah lagi dan lebih memilih untuk hidup sendiri dulu.

Raka dan Elvan tentu sangat terpukul saat pihak keluarga dari sang Mama memberitahu Airin meninggal dunia di rumah sakit saat kecelakaan itu.

Raka mengeluarkan satu botol air mineral dari tas ransel nya lalu menyiram makam sang Mama dan berdoa untuk Mamanya.

"Mama Raka kangen, Mama...," Raka berucap. Dia yakin mamanya dapet mendengarkan nya.

"Ma, apapun yang akan terjadi nanti Raka harap mamah selalu jagain Raka sama Bang Elvan diatas sana." Mata Raka terasa memanas. Setelah itu buliran air mata membasahi pipinya. Raka mengusap kasar sang air mata. "Mama Raka pamit dulu yaah ... nanti Raka ke sini lagi sama Papa, Bang Elvan dan adik-adik Raka." Cowok itu melangkah pergi dari makam sang Mama setelah mengucapkan salam.

👐

"Hasil tes kali ini baik Aska. Semoga tetap seperti ini kedepannya yah, Aska...." Aska tersenyum kecut ke arah dokter yang sudah menjadi dokter pribadi Aska sejak dulu.

"Tapi kamu ingat. Jangan melakukan Aktivitas yang berat-berat. Selalu ingin nasehat saya yah." Dokter Andi memberi Aska resep obat yang harus Aska tebus. Aska mengagukkan kepalanya dengan cepat. Dirinya jengah mendengar Dokter Andi mengoceh sedari tadi tentang kesehatan tubuhnya.

Lima jam berada di dalam ruangan Dokter Andi sudah membuat nya mati kebosanan ditambah lagi dengan omelan dan ocehan Dokter Andi yang membuat kepalanya pusing.

Aska lelah dirinya ingin sekali pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya dikasur empuknya.

Intinya Aska bosen berada di sini jika bukan karena kesehatannya Aska malas sekali untuk ke sini.

"Nah ... sekarang kamu boleh pulang setelah kamu dapat tebus obat itu ...." ucap Dokter Andi membuat Aska tersenyum sumringah.

"Makasih, Dokter." Aska Menjabat tangan dokternya. Aska Menyrengit bingung saat melihat Dokter Andi yang menatap nya dengan tatap yang tidak bisa Aska artikan.

"Dokter kenapa? Aska makin ganteng yah?" Dengan pede nya Aska bertanya. Andi hanya mendengus kesal. "Nggak." Aska hanya tersenyum geli. " Waah, Dokter ngga mau ditinggal Aska yah. Tenang kok Dok nanti Aska kesini lagi. Makanya, Dok cari pasangan biar ngga kesepian." Andi menatap jengah pada Aska yang selalu meledeknya. Andi tau dirinya memang lemah untuk mendapatkan pasangan. Padahal teman-teman sebayanya sudah banyak yang menikah dan memiliki anak. Andi hanya belum menemukan pasangan yang pas saja. Karena Andi juga tau merajut rumah tangga itu tidak semudah yang ia lihat.

NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang