Enam

1.1K 118 54
                                    

Ada yang baca ataupun nggak? Lanjut saja ... hanya menuangkan ide yang mengumpul di otak:)

~Nahla~

Ada banyak hal yang Nahla tidak mengerti di dunia ini termasuk dirinya sendiri. Anak itu sama sekali tidak mengerti dengan takdir yang seperti mempermainkannya. Nahla menghela napas panjang. Ia sedang duduk di salah satu kafe favoritnya, sedang menunggu Aidan dan Fahri.

Sejak bertemu orang aneh di gedung kosong tadi, Nahla belum pulang sama sekali ke rumah.

Mata Nahla menerawang ke jalanan yang begitu ramai dilalui orang. Wajar saja, hari sudah sore, dan banyak orang pulang dari kegiatannya.

"Nahla," Nahla mendongak lalu tersenyum tipis melihat Aidan dan Fahri.

"Lu tadi ke mana?" tanya Aidan. "Nggak, ke mana-mana," jawab Nahla singkat.

Aidan berdecih tidak puas dengan jawaban Nahla. "Terus, kenapa lu bolos tadi?" tanya Aidan masih penasaran. "Apa ada masalah?" Aidan menatap manik mata Nahla.

Nahla menaikkan kedua alisnya. "Penting banget sampai gue harus kasih tau?!" Fahri tersenyum tipis sudah biasa dengan respon Nahla yang seperti itu.

Berteman sejak masuk sekolah menengah atas tak membuat Nahla terbuka dengan Fahri dan Aidan. Fahri maklumi, karena Nahla bukan tipe orang yang suka bercerita tentang kehidupannya.

Berbeda dengan Aidan yang menatap Nahla sinis. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. "Ya udah, teserah lu," ucap Aidan, "berteman sama lu rasanya itu nggak pernah dianggap. Setiap gue tanya pasti jawabannya nggak pernah benar." Lanjut Aidan.

Nahla tersenyum tipis. "Kalau lu lelah buat temanan sama gue. Silahkan pergi Gue ngga ngelarang, kok." Fahri menghela napas panjang. Lalu bergantian menatap Nahla dan Aidan. "Udah deh," lerai Fahri lelah.

"Dari awal gue udah kasih tau kalian berdua kan, kalau gue nggak suka sama orang yang maksa gue buat cerita, dan gue nggak suka orang yang suka kepo sama urusan gue." Nahla memang tidak suka dengan orang yang selalu mencampuri urusannya.

"Udah deh, nggak usah berantem," ucap Fahri menengahi meraka. "Pesan makan aja hayu." Fahri memanggil salah satu pelayan Kafe. Fahri menyebutkan beberapa pesanan yang ia inginkan. Tak lupa juga Aidan dan Nahla ia pesankan.

Nahla memang belum sempat pesan makanan sejak ia di sini hanya minuman saja yang ia pesan.

"Ini kunci motor lu. Btw tasnya gue masukin ke dalam jok motor yah," kata Fahri menyodorkan kunci motor milik Nahla. Nahla menerimanya lalu mengagukkan kepalanya.

"Gue pulang dulu. Thanks yah," ucap Nahla. Fahri dan Aidan menyrengit bingung. "La, makanan lu kan belum datang," ucap Fahri. "Buat lu aja, ini uangnya gue bayar. Gue pergi bye," kata Nahla lalu berjalan ke luar kafe. Aidan hanya mendengus. Fahri terdiam anak itu tidak berkata apa-apa lagi.

👐

"Aska makan dulu yah." Nahla anak itu menaikkan kedua alisnya saat melihat Elvan dan Aska yang sedang di ruang keluarga. Aska yang sedang berbaring di sofa menggelengkan kepalanya. Elvan menghela napas. Aska susah sekali dibujuk untuk makan.

"Aska, satu suap aja yah, dari tadi belum makan lho. Abis itu minum obat dan istirahat," kata Elvan yang masih berusaha membujuk Aska. Aska tetap menggelengkan kepala lagi. Aska tidak nafsu untuk makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang