~31 Maret 2016~

373 44 2
                                    

Sudah seminggu ini Yeji tak bertemu dengan pemuda asing itu dan ia bersyukur akan hal itu. Ia menjadi tenang dan kembali menjalankan rutinitas sehari-harinya yang tampak monoton. Tapi sepertinya ekspetasinya untuk tak pernah bertemu dengan pemuda itu untuk selamanya ternyata hanyalah wacana semata. Yang Maha Kuasa sedang menyiapkan skenerio untuknya entah akan berakhir baik atau sebaliknya.

"hei, gadis biru" sapa pemuda itu berusaha akrab dengannya.

"sudah aku bilang jangan berbicara ataupun akrab dengan ku. Enyalah" usir Yeji dengan nada suara dingin.

"tidak bisa, kau membuatku penasaran"

Yeji tetap diam tak merespon, tapi samar-samar ia merasa aneh. Untuk pertama kalinya ada orang yang bertahan dengan ucapan penyusirannya yang dingin di kesan pertamanya. Tapi tak apalah, toh seiring waktu pemuda itu pasti akan bosan dengannya dan pergi meninggalkannya, pikirnya.

"namaku Choi Yeonjun dari fakultas psikologi" kata pemuda itu mengangkat tangannya mengajak Yeji untuk berjabat tangan.

Yeji tak memberikan responnya dan justru mengacuhkannya. Yeonjun mengepalkan tangannya dan menurunkannya lalu tersenyum menanggapi tingkah Yeji.

"aku mengajakmu berkenalan, tidak baik loh kalau kau tak menanggapinya" ujarnya tapi Yeji tetap acuh.

"baiklah kalau kau tak mau, aku tak akan memaksamu. Lagipula aku sudah tahu namamu. Namamu pasti Hwang Yeji kan? Mahasiswa semester 3 fakultas social politik. Berarti kita seangkatan karena aku juga semester 3"

"itu kau sudah tahu. Tapi darimana dia tahu namaku? Persetan dia tahu dari mana, aku tak peduli"

"maaf aku sudah lancang mencari tahu tentang dirimu, tapi aku sudah penasaran sejak pertama kita bertemu di perpustakaan seminggu yang lalu"

"blak-blakan sekali dia jadi orang"

"katakan apa maumu mendekatiku? Ingin membuktikan pada teman-temanmu? Mendekatiku karena aku bahan taruhan kalian? Atau kau mendapat tugas mengamati salah satu mahasiswa universitas ini?" akhirnya Yeji bersuara, tapi ucapannya itu sangat kasar untuk ukuran orang yang bernyali ciut, mudah terpancing emosi, atau sensitive. Tapi Yeonjun tidak seperti itu, ia tampak begitu tenang setelah mendengar ucapan Yeji barusan.

Tiba-tiba sekelebat bayangan masa lalunya melintas di memorinya.

"terlalu sering bersikap masa bodo akan mempengaruhi kehidupanmu di masa yang akan datang. Jadi aku sarankan agar kau bersikap lebih ramah dan buang jauh-jauh sikap sok dinginmu itu"

"berhenti menceramahiku, dasar psikiater abal-abalan. Kau lebih baik jadi pebisnis saja, urusi berhektar-hektar tanah milik appa sana"

✔✔Trauma || YeonJi (YeonjunxYeji)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang