Bab 7

19 3 0
                                    


"Perumpamaanku untukmu itu satu, Hujan. Sesuatu yang datang tanpa permisi lalu pergi tanpa tahu malu,"

***

"Re, tante minta tolong kamu buat jagain Kyungsoo ya, Tante harus lembur di butik. Kasihan Kyungsoo kalo nggak ada yang jaga, lagian dia juga masih susah jalan," tutur Ibu Kyungsoo.

Kemarin, Kyungsoo telah diizinkan dokter untuk pulang kerumah, lebih tepatnya ia boleh menjalani rawat jalan. Ketika diminta Ibu Kyungsoo untuk menjaga anaknya, Rere langsung menyetujui. Ia menganggukkan kepala. Ini merupakan salah satu cara untuk membalas budi Kyungsoo beberapa hari lalu karena telah menyelamatkannya. Jika disuruh menjawab dengan jujur, Rere pasti keberatan dengan permintaan ini. Sejak insiden antara dirinya dan Kyungsoo kemarin, ia masih kesal dengan cowok itu. Walaupun Kyungsoo telah meminta maaf entah dengan tulus atau tidak, tapi tetap saja Rere belum benar-benar melupakan kejadian kemarin. Rere bukan orang yang sulit memaafkan kesalahan orang lain, hanya saja ia sungguh kecewa ketika usahanya sama sekali tak dihargai. Coba bayangkan jika kalian jadi Rere, ketika kalian bersusah payah mendapatkan sesuatu untuk seseorang namun orang tersebut sama sekali tidak menghargai usaha kalian, apakah kalian bisa memaafkan orang tersebut tanpa rasa kesal sedikitpun?

"Makasih ya sayang, kalo kamu butuh apa-apa kamu bisa telfon Tante," tambah Ibu Kyungsoo sebelum masuk ke dalam mobil putih miliknya.

"Iya, Tante sama-sama,'' jawab Rere.

Setelah mobil yang dikendarai Ibu Kyungsoo meninggalkan pekarangan rumah, Rere segera masuk ke dalam rumah bercat merah muda itu. Ibu Kyungsoo memang menyukai warna merah muda, hampir semua ruangan di rumah ini dicat dengan warna merah muda, tak terkecuali kamar milik Kyungsoo. Awalnya, Kyungsoo sempat memprotes tindakan sang Ibu yang menurutnya diskriminatif itu. Sebagai seorang cowok, Kyungsoo tentu merasa malu mempunyai kamar berwarna merah muda. Pernah suatu ketika, teman-teman Kyungsoo datang kerumahnya. Waktu itu, mereka masuk ke kamar Kyungsoo tanpa sepengetahuan sang pemilik kamar. Alhasil, Kyungsoo harus rela menjadi bahan ejekan teman-temannya selama hampir seminggu. Semenjak saat itu, Kyungsoo selalu menolak permintaan teman-temannya untuk berkunjung ke rumahnya, ia selalu beralasan kalau banyak ibu-ibu komplek yang berkumpul dirumahnya untuk mengobrol. Karena alasan itulah, teman-teman Kyungsoo tidak pernah lagi pergi kerumah itu.

Setelah menutup pintu utama, Rere bergegas menuju kamar Kyungsoo. Rere sudah hafal betul letak setiap ruangan di rumah ini. Rere mengetuk pintu kamar Kyungsoo begitu sampai di depan kamar tersebut. Tak ada jawaban, Rere pun memutuskan memutar knop pintu yang kebetulan tidak dikunci.

Kriet...

Suara pintu yang berdecit seolah menjadi ucapan selamat datang. Rere segera masuk ke dalam kamar dan menemukan Kyungsoo tengah kesulitan melepaskan diri dari selimut yang membungkus tubuhnya. Rere refleks mendekat guna membantu cowok itu.

"Anjing, ngapain lo disini?" Ucap Kyungsoo. Ia tersentak menemukan Rere telah berada di dalam kamarnya. Bukannya mengucap astaghfirullah layaknya orang beragama lainnya, sebuah umpatan meluncur bebas dari bibir ranumnya. Kebiasaan jadi badboy memang sulit di hilangkan.

"Kalo kaget itu nyebut astaghfirullah," nasehat Rere.

Kyungsoo tersenyum miring. "Kaya lo bener aja, pake nasehatin orang"

"Gausah banyak bicara. Lo mau kemana? Gue bantuin," tawar Rere. Selesai melepaskan diri dari lilitan selimutnya sendiri, Kyungsoo lantas bangun tanpa mengindahkan tawaran Rere.

"Gue bisa sendiri,"

"Oke," balas Rere lalu menjauh dari Kyungsoo yang mulai berusaha berdiri. Cowok itu melangkahkan kakinya pelan. Belum sampai dua langkah, tubuhnya tiba-tiba oleng. Beruntung, Rere cukup siaga untuk menopang tubuh Kyungsoo sehingga tubuh cowok itu tidak berakhir di lantai.

"Udah, gue bisa kok," kekeuh Kyungsoo. Ia menegakkan tubuhnya lagi dan gagal. Kakinya belum sepenuhnya sembuh. Akibat berjalan mencari Rere kemarin, kondisi kaki Kyungsoo yang semula mulai membaik malah makin memprihatinkan. Luka yang masih basah ditambah terlalu banyak digerakkan, membuat lukanya makin melebar. Dan sekarang, untuk sekedar di gerakkan saja kakinya benar-benar terasa sakit.

"Nurut aja kenapa sih, gue nggak bakal bikin kaki lo makin sakit kok," timpal Rere sembari menuntun Kyungsoo kembali berbaring di kasur. Rere berjongkok untuk mengamati kaki Kyungsoo yang tampak membengkak.

"Perbannya ditaruh dimana? Kayaknya perlu diganti deh,"

"Di laci nakas,"

Rere bangkit kemudian berjalan ke arah nakas. Tidak butuh waktu lama, ia berhasil menemukan perban yang dimaksud. Ia kembali berjongkok. Dibukanya lilitan perban di kaki Kyungsoo untuk diganti dengan yang baru. Dengan telaten, Rere melilitkan perban yang baru pada kaki Kyungsoo. Terlalu sibuk dengan kegiatannya membuat Rere tidak sadar jika Kyungsoo memperhatikan cewek itu sedaritadi. Sebuah lengkungan tercipta di bibir Kyungsoo.

"Beres," ujar Rere, ia merekatkan perban dengan plester dan mengembalikannya ke tempat semula.

***

Jarum panjang jam dinding bergerak mendekat pada angka sembilan. Belum terlalu malam untuk ukuran kota Jakarta. Kota yang terkenal dengan sebutan kota yang tidak pernah tidur ini, belum menunjukkan tanda-tanda untuk undur diri dari keramaian. Di jalanan, kendaraan masih berhilir mudik melintas kesana kemari sama halnya dengan lampu rumah penduduk yang belum juga padam, menandakan bahwa penghuninya masih terjaga. Bulan yang menggantung angkuh diangkasa tampaknya akan marah karena tidak diperhatikan semalaman. Bintang yang bertaburan pasti akan menangis, karena kerlap-kerlipnya tertandingi oleh gemerlap cahaya kota. Sang awan pun berjalan beriringan guna menutup paras sang bulan yang mulai kesal. Setidaknya malam kelabu tidak menurunkan hujannya.

Dua jam berlalu dan kedua makhluk yang kini berada di tempat yang sama ini masih berdiam diri. Selesai meminta izin kepada Bunda untuk menjaga Kyungsoo, baik Rere maupun Kyungsoo belum sedikitpun berniat melunturkan egonya masing-masing untuk membuka topik pembicaraan terlebih dahulu. Kyungsoo yang berbaring di ranjangnya asik memainkan ponselnya, sedangkan Rere sibuk menuliskan sesuatu di meja belajar yang ada di kamar Kyungsoo. Bukan sesuatu yang penting, cewek itu hanya mencoret coret kertas putih tidak berdosa guna mengusir rasa bosannya. Beralih pada kertas ketiga yang akan menjadi santapan penanya, Rere sedikit mengerling pada Kyungsoo yang masih diam. Suasana menjadi cukup canggung, karena tak ada satupun percakapan.

Rere menghela nafas, ia benci suasana seperti ini. Rere meremas dua lembar kertas penuh coretan lalu membuangnya ke tempat sampah. Ia mendekat pada Kyungsoo. "Gue duduk di sofa ruang keluarga aja deh, kalo perlu apa-apa panggil aja gue," pamit Rere pada Kyungsoo. Kyungsoo yang juga merasakan hawa canggung hanya mengangguk. Ia jadi penurut pada Rere seharian ini. Ketika Rere membalikkan tubuhnya, mendadak ruangan menjadi gelap. Semua lampu padam, sepertinya sedang mati listrik. Rere yang takut gelap langsung menjerit kala matanya tak mendapat pasokan cahaya. Ia berlari ke arah Kyungsoo, dan memeluk tubuh Kyungsoo. Kyungsoo terkejut, untuk beberapa saat ia membeku ditempat. Dadanya bergemuruh hebat. Kikuk, Kyungsoo memegangi dadanya sendiri tanpa balik merengkuh tubuh Rere yang ketakutan.

"Gue takut..." kata Rere dengan suara terbata-bata. Cewek itu terisak. Masih sambil memeluk Kyungsoo, Rere membenamkan kepalanya pada dada bidang milik Kyungsoo dan mulai menangis disana. Kyungsoo bingung harus berbuat bagaimana, ia tidak tahu jika Rere takut gelap. Memberanikan diri, Kyungsoo membalas pelukan Rere. Cewek itu terus menangis sambil mengulang kalimatnya barusan berkali-kali. Guna memberi ketenangan, Kyungsoo membelai surai Rere. Beruntung, sepuluh menit kemudian lampu kembali menyala bersamaan dengan suara tangis Rere yang reda. Ia spontan bangkit menguraikan pelukan Kyungsoo. Kyungsoo terkekeh mengamati gerak-gerik Rere yang sedang malu.

"Cemen, masa badgirl takut gelap," ejek Kyungsoo. Semburat merah di pipi Rere memudar, tergantikan oleh amarahnya yang berada di puncak. Ia menatap tajam Kyungsoo yang tengah tertawa puas.

"Lo tuh nyebelin," tandas Rere. Cewek itu menghentak-hentakkan kakinya kesal sebelum meninggalkan Kyungsoo menuju ruang keluarga.

Kyungsoo memegangi dadanya lagi, "Masa jantung gue deg-degan karena pelukan lo?" tanyanya pada diri sendiri.

To Be Continued...

Bad Boy VS Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang