the deal

20 1 0
                                    

Dunia bawah tidak berubah, dan cara memasukinya juga masih sama, yaitu dengan melewati kedalaman sungai dan pas sekali aku sudah berada di dekat sungai.

Hanya perlu menenggelamkan diri kedalam sungai dan menyerukan nama Dewa Hades dan...

Slapp

...Kau akan sampai di depan pintu gerbang kerajaan dunia bawah dengan cerberus sebagai penjaganya.

Setelah kedatanganku, awalnya para cerberus menggeram marah karena menganggap ada makhluk asing menjamah wilayah tuannya, tetapi saat melihat Gideon mereka akhirnya mundur dan membiarkan kami masuk, "Melihat bagaimana mereka lupa padaku, memangnya aku tidur berapa lama?" Aku bersuara tanpa repot-repot menoleh menatap Gideon.

"1 abad nona" Gideon berujar sopan, "What the hell?! 1 abad?! Sudah selama itu dan kau baru menemukanku sekarang?" Aku meninggikan suaraku marah, bukannya berlebihan maksudku 1 abad itu tidak sebentar.

"Maafkan aku nona, aku tidak mengira kau akan di lahirkan kembali sebagai manusia"

Cih alasan yang bagus gagak.

Aku mendengus tidak suka, walaupun akhirnya aku tidak memedulikannya karena yang terpenting sekarang aku sudah ditemukan dan hidup kembali. Berjalan cepat sampai pada pintu utama kerajaan aku menggunakan teleportasi untuk mencapai aula tempat Sang Dewa duduk manis di singgasananya.

"Sudah lama ya? Jika aku tidak salah hitung sekitar 1 abad, hm?" Seperti dugaan, Sang Dewa tau jika aku yang datang padahal aku baru sampai pada pintu aula dan aku sudah menutupi auraku. Dia, Dewa Hades duduk seraya memainkan cangkir yang ada di tangannya, seolah tidak perduli dengan kehadiranku ia sama sekali tidak menolehkan wajahnya, jangankan untuk menoleh melirik saja tidak.

"Melihat kau yang semakin tua kukira begitu, yang mulia" Aku menjawab dengan nada sopan seraya memberikan senyuman termanisku walaupun terdapat perkataan bahwa aku mengejek Sang Dewa tua.

Sebenarnya Dewa Hades tetap sama, tidak bertambah tua sama sekali. Dia tetap Dewa berjanggut gelap yang terlihat agung.

Ia masih tidak beralih dari cangkir itu saat menjawab, "Hm, kau benar. Jika di lihat-lihat aku bertambah tua dan seharusnya kau menghormati orang yang lebih tua Evilyn atau Violet?"

Aku berjalan seraya mendekat ke arahnya dan langsung berlutut, "Walaupun aku tidak mau, tapi aku harus memberi penghormatan kepada Dewa Kematian dari dunia bawah, benar begitu Gideon? Dan panggil aku sesukamu mau itu Violet atau Evilyn mereka orang yang sama"

Gideon sudah berada di belakangku dan sudah berlutut sebelum aku melakukannya, dan saat aku bertanya padanya ia menjawab dengan nada sopan, "Benar, nona" Aku bangkit menatap tajam Sang Dewa yang masih tidak tertarik akan kehadiranku.

"Jangan mempermainkanku yang mulia, aku tebak kau memanggilku kesini karena ingin menghukumku kan?" Masih dengan nada yang tenang aku kembali bertanya dan itu sukses membuat Sang Dewa akhirnya menolehkan wajahnya padaku.

"Tebakanmu salah, kau berfikir aku memanggilmu kesini karena aku akan menghukummu?" Aku menurunkan pandanganku sesaat setelah Dewa Hades bertanya dengan suara yang lembut, "Itu tidak benar Evilyn, aku tidak akan menghukummu" Sang Dewa turun dari atas singgasananya dan menghampiriku, ia berhenti tepat selangkah di depanku, "Aku memanggilmu ke sini hanya untuk menanyakan sesuatu, apa boleh?"

"Tentu saja boleh, kau tidak perlu meminta persetujuanku, yang mulia" Kukira ia akan menanyakan sesuatu yang sangat penting jadi aku memasang kuping baik-baik.

"Aku masih tidak percaya bahwa 1 abad yang lalu kau mati dan jujur itu melukai hatiku..." Aku semakin menunduk entah mengapa terasa sesak dengan perkataan yang dipaparkan Sang Dewa, "...dan aku tidak menyangka bahkan tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang penyihir kuat yang dipercaya menjadi perisai dunia bawah mati dan itu karena di bunuh oleh demon? Bukankah itu sangat memalukan?"

Buru-buru aku mendongak menatap tajam Dewa Hades atas pertanyaan yang dilontarkan, "Itu...itu karena mereka menipuku!" Dengan nada yang sedikit ditahan karena kesal aku mencoba membela diri, "Kalau saja mereka tidak menipuku sudah ku habisi mereka sampai benar-benar tidak tersisa"

Dewa Hades balas menatapku dengan sorot serius seraya berkata, "Itu karena kau bodoh, evilyn. Jika saja kau tidak menurunkan kewaspadaanmu dan tidak jatuh cinta pada salah satu dari mereka hal itu tidak akan terjadi dan kau tidak akan mati konyol"

Aku terbelalak mendengar perkataan Dewa Hades, "Kau bilang apa?! Mati konyol?! Jadi kau menganggap kematianku konyol?! Hei, Dewa tua. Kau tidak ada di posisiku saat itu! Yang kau lakukan hanya menitah bawahanmu saja, kau bahkan tidak pernah keluar dari dunia bawah, ah, bukan hanya dunia bawah kau bahkan tidak pernah keluar dari kerajaan sampahmu ini! Dan asal kau tau, aku tidak pernah mencintainya!" Aku menunjuknya marah, sangat marah.

Bagaimana bisa Dewa tua itu mengatakan bahwa aku mati konyol? Bahkan aku masih ingat dengan jelas rasa sakit saat mereka menancapkapkan belati tepat pada jantungku.

Aku berbalik ingin pergi, tetapi ucapan Sang Dewa sukses menghentikan langkahku, "Buktikan" Jeda, kurasa ia sedang memikirkan kata-kata yang pas untuk di ucapkan padaku,"Buktikan jika kau tidak pernah mencintainya evilyn, tunjukan padaku dengan merebut kembali immortal dan membunuh semua demon tanpa terkecuali, bagaimana?" Ah, dia membuat kesepakatan denganku rupanya, "Tunggu dan lihat saja, bagaimana aku akan mengambil kerajaanku dan membunuh mereka semua tanpa terkecuali"

Dan setelah mengucapkan sumpahku pada Sang Dewa, dengan cepat aku kembali ke dunia immortal tempat pertama saat aku membuka mata.

---

Aku search tentang dewa hades, dia emang orangnya anak rumahan banget gak pernah keluar rumah mungkin karena dia anak komplek *plak

Jangan lupa tinggalin jejak^^~

VIOLET : Rencarnation Of EvilynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang