Drap drap drap
Terdengar suara langkah kaki seseorang yang sepertinya sedang berlari. Suara tersebut terdengar sangat nyaring di hutan yang sangat sunyi itu. Di hutan itu hanya terdengar suara angin bersemilir yang disertai dengan suara jangkrik.
"Kemari, harimau manis." ucap seorang gadis yang sedang berlari tadi sembari menoleh sedikit ke belakang tanpa memberhentikan langkahnya. Dibelakangnya, ada seekor harimau, dengan corak hitam yang khas di bulu-bulu jingganya, berlari mengejar gadi tersebut.
Mungkin bila orang lain yang berada di situasi gadis itu, mereka akan ketakutan setengah mati. Namun tidak dengan gadis berbalut pakaian putih panjang yang terlihat seperti gaun itu. Ia malah tersenyum dan menjulurkan tangannya kepada harimau yang mengejarnya. Nampak seperti sepasang teman yang sedang bermain kejar-kejaran.
Harimau itu menggeram. Namun gadis yang masih berlari itu tetap tidak ketakutan sama sekali. "Ayolah, Nasya hanya ingin bermain." Gadis yang menyebut dirinya sebagai Nasya itu mulai berhenti berlari.
Nasya menegakkan dirinya. Mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Harimau itu perlahan-lahan berhenti menggeram. Gadis yang memiliki keberanian tak main-main itu pun berjalan mendekat ke harimau tersebut. Tangannya ia julurkan ke kepala harimau itu. Diusapnya pucuk kepala sang harimau. Membuat pemilik kepala yang diusap itu mulai mendengkur pelan.
"Harimau pintar. Siapa namamu?" Nasya tersenyum sembari menatap harimau itu. Seolah mengerti akan ucapan Nasya, harimau itu menggeram pelan. Nasya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah Norman, apa kau—" ucapan Nasya terhenti kala sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan mata tiba-tiba saja muncul dari langit-langit. Nasya dan Norman pun menoleh ke sumber cahaya dengan mata yang setengah terbuka, menahan silaunya cahaya tersebut. Norman sudah melakukan ancang-ancang, khawatir bahwa itu adalah suatu bahaya yang mengancam.
"Apa itu? Tunggu, apa jangan-jangan...?" Nasya berjalan mendekati semak belukar, memasukkan dirinya diantara dedaunan hijau. Ia mengintip setelah cahaya tersebut menghilang. "Norman, kemari. Pelan-pelan dan jangan bersuara." Nasya melambai kepada Norman, menyuruhnya mendekat.
Gadis yang memiliki keahlian berbicara pada binatang itu pun menggigit jari telunjuknya hingga mengularkan cairan berwarna merah berbau anyir. Kemudian, ia mengambil selembar daun kering yang berserakan di tanah. Menggunakan darah yang keluar dari jari telunjuknya, Nasya pun menuliskan beberapa simbol dan kemudian menghisap jari telunjuknya agar darahnya berhenti.
"Norman, kau tahu letak bunker kan? Berikan ini kepada orang-orang yang ada di bunker dan pastikan kamera-kamera itu tak melihatmu membawa ini," ucap Nasya seraya menggulung daun yang ia ambil tadi. Nasya mencabut beberapa helai rambutnya, lalu menggunakannya sebagai pengikat agar gulungan daun itu tak terbuka. Memberi gulungan daun itu kepada Norman. "Sekarang, pergilah."
Norman berlari secepat yang ia bisa. Sementara itu, Nasya yang masih bersembunyi di antara dedaunan, memperhatikan sosok gadis, yang entah darimana munculnya, terkulai di tanah tak berdaya. Menarik nafas sedalam-dalamnya, Nasya mencoba memberanikan diri untuk berjalan mendekati orang tersebut. Ia berjalan perlahan.
Sampailah ia tepat di samping orang yang terkulai lemas di tanah itu. Memperhatikannya dengan seksama. Tak lama, matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Di lengan orang itu terdapat bekas luka bakar yang terlihat masih baru. Bukan karena rasa iba yang membuat Nasya memperhatikan bekas luka bakar tersebut, tetapi karena bekas luka bakar tersebut mirip sekali dengan tanda yang dimiliki oleh orang-orang pertama yang dikirim ke tempat ini.
"Ini aneh, dia tentu saja bukan orang-orang pertama. Tetapi kenapa dia mendapatkan tanda ini?" Nasya memperhatikan luka bakar di tangan orang itu dengan seksama. Ia sampai tak sadar bahwa pemilik tangan yang sedari tadi ia perhatikan sudah mulai sadar. Orang itu melenguh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUT
AdventureBerkisah tentang sekumpulan manusia-manusia istimewa, manusia setengah hewan, dan penyihir, yang terisolasi di dalam sebuah hutan buatan. Aku ga bisa bikin summary tulung :(