03

30 3 41
                                    

"Disini, disini dan disini," ucap gadis bersurai dark brown sembari menunjuk-nunjuk peta, yang dilukis dengan amatir oleh tangan, diatas meja.

Disekeliling meja tersebut, terdapat sekumpulan tubuh remaja yang menatap peta dengan seksama. Satu-satunya lelaki disitu mengambil sebuah batu kecil dan mencelupkannya kedalam bak tinta. Ia menarik batu kecil itu kembali, lalu menandai tempat-tempat yang ditunjuk oleh Tiffany tadi.

Sebuah tangan putih pucat menyentuh salah satu titik yang sudah ditandai tinta dengan telunjuknya. Tangan itu bergerak membentuk sebuah garis menuju titik lain disebrangnya, menghubungkan kedua titik tersebut. Tinta yang masih basah itu membuat terlukisnya jalur yang menghubungkan kedua titik bersebrangan tersebut.

Orang-orang yang tadinya menatap peta kini mengalihkan pandangan mereka kepada pemilik tangan putih pucat tersebut dengan pandangan bingung. Mencoba menerka-nerka apa yang akan diperbuat Rose, pemilik lengan putih pucat tadi.

Tak menghiraukan tatapan-tatapan dari yang lebih tua, Rose melanjutkan kegiatan menghubungkan titiknya. Dari titik tadi, ia menarik telunjuknya ke titik lainnya.

"Apa yang kau lakukan?!" Natania mendelik kepada Rose. Mencoba menghentikan aksi yang dilakukan gadis tersebut. Natania menggenggam pergelangan Rose, hendak menariknya. Namun tangan Natania dengan cepat ditepis oleh Rose.

Rose masih bersikeras menghubungkan titik-titik tersebut. Hingga ketika jemari Rose berhenti bergerak, ia memberi titik ditengah-tengah maha karyanya.

Perlahan, satu persatu dari mereka mengangkat kepala dan saling menatap satu sama lain. Seolah memiliki satu pikiran yang sama, mereka menatap satu sama lain dengan pandangan yakin.

"Bukankah itu tempat dimana kalian pertama kali menemukanku?" tanya Rose yang ingin memastikan tebakannya.

Pertanyaan Rose dibalas anggukan oleh teman-temannya. "Kita semua pertama kali ditemukan ditempat itu oleh Evan, Reva dan Annie," ujar Zara.

"Lalu apa maksud dari gambar yang kau buat?" Natania bertanya penuh keheranan sembari memperhatikan gambar yang dibuat oleh Rose.

Gambar tersebut terlihat seperti gambar bintang dengan sebuah titik tepat ditengahnya. Garis-garis yang membentuk bintang tersebut juga menghubungkan kelima titik yang menunjukkan tempat-tempat yang telah dipasang jebakan.

"Aku tidak tau pasti, tapi ini terasa begitu familiar bagiku,"

"Ini logo AIS. Tentu saja kau familiar dengannya," Annie mengoreksi ucapan Rose.

"Apa itu AIS?" Rose kebingungan. Ia sepertinya baru kali ini mendengar nama itu. Tidak dengan yang lainnya, sepertinya mereka sudah lebih dahulu diberi tahu mengenai AIS ini. Ya memang, mereka juga sudah lebih lama tinggal bersama daripada Rose.

Menghela napas, itulah yang Annie lakukan sebelum menjawab, "Asosiasi Ilmuwan Serthania atau AIS ialah organisasi yang menyebabkan kita berada disini."

"Aku dulu merupakan warga Serthania biasa yang bekerja kepada mereka. Saat itu aku bekerja sebagai asisten dari salah satu anggota AIS. Pada awalnya, AIS hanyalah perkumpulan ilmuwan-ilmuwan yang haus akan penemuan-penemuan baru."

"Sampai suatu ketika, Alberto, anggota AIS yang merupakan seorang profesor dari universitas ternama di Serthania, menemukan serum yang dapat membuat seorang manusia dapat hidup abadi. Setelah melakukan pembuktian, AIS berusaha mengajukan serum ini kepada pemerintah Serthania agar dapat disosialisasikan kepada penduduk Serthania. Namun, pengajuan tersebut ditolak mentah-mentah oleh pemerintah dengan alasan kurangnya bukti yang meyakinkan. Atas dasar itulah akhirnya AIS memutuskan untuk meningkatkan serum tersebut dan mulai melakukan percobaan secara tersembunyi."

OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang