PLAGUE : PROLOG

145 24 11
                                    

Time to say goodbye
Paesi che non ho mai
Veduto e vissuto con te
Adesso sì, li vivrò, con te partirò

Seorang wanita berusia dua puluh lima tahun berjalan pelan menyusuri pesisir pantai dengan riangnya. Diayun-ayunkan totebag di tangan kanannya sembari bersenandung pelan. Tiba-tiba dia menghentikan langkah, menatap sesuatu yang berada jauh di dekat bebatuan. Dipicingkan kedua mata untuk melihat benda itu lebih jelas. Betapa kagetnya dia setelah mengetahui bahwa disana ada seekor anjing yang sedang di rantai. Samar-samar wanita itu melihat ada borgol yang bertengger di keempat kakinya.

Siapa yang tega melakukan itu? Dia hampir terseret arus, pikirnya.

Wanita itu segera berlari menuju karang di tepian pantai.  Diangkat sedikit dress pantai yang menjuntai hingga ke bagian mata kaki, agar memudahkannya berlari. Rambut pirangnya melambai-lambai tertiup angin laut. Setelah sampai, dia terkejut dengan kondisi hewan kecil tersebut. Matanya tidak seperti anjing kebanyakan. Berwarna abu-abu seperti katarak, mungkin. Bulu halus di sekujur tubuhnya terkelupas, sedikit tersayat dan agak compang-camping. Otot kakinya kejang diikuti darahnya yang berwarna … hitam? Merasa tak yakin, diperhatikan lagi dengan saksama dari jarak dekat. Ternyata benar! Memang berwarna hitam. Dahi wanita itu berkerut.

Bagaimana bisa? Batinnya.

Walaupun ada sedikit keraguan, wanita itu memberanikan diri melangkah semakin dekat. Dia berusaha melepaskan rantai yang melingkari tubuh sang anjing. Jantungnya berdegup kencang. Perasaan khawatir pun perlahan mulai melingkupi. Apa tindakannya saat ini sudah benar? Atau malah akan mendatangkan malapetaka? Setelah rantai terlepas, wanita itu melangkahkan kaki sedikit menjauh. Dia tak langsung pergi, melainkan mengamati reaksi sang anjing. Hewan itu menatap si wanita dengan sorot memangsa. Merasa ada yang tak beres, dia melangkahkan kaki perlahan ke belakang, berusaha tidak menimbulkan gerakan yang bisa memicu serangan.

“AAAAAAAAA!”

Anjing itu tiba-tiba menyerangnya membabi buta. Harapan wanita itu musnah. Pasir pantai yang awalnya berwarna putih kecoklatan, mendadak berubah menjadi merah. Setelah kejadian naas itu, suasana kembali lengang. Hanya terdengar suara air laut yang menabrak karang. Tidak ada satupun orang yang melihatnya, mengingat tempat ini cukup jauh dari keramaian. Setelah menyerang wanita berdarah Indonesia-Perancis itu, si anjing langsung berjalan terseok-seok dan terlalu dekat dengan air laut. Tiba-tiba ombak datang dengan cepat, menggulung badan anjing itu. Membawanya terombang-ambing ke tengah laut selatan, dan seketika lenyap.

Selang beberapa waktu, wanita yang baru saja diserang tadi tiba-tiba menggerakkan tangannya. Mencoba untuk bangkit dengan badan yang hampir semuanya terkoyak. Namun, ada yang aneh dengan wanita itu. Mengapa matanya menjadi abu-abu? Mengapa bisa sama seperti anjing yang tenggelam tadi?

•••

Ada yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya?

Atau masih ada yang belum ngerti sebenarnya ini cerita apa? Wuahahahaha.

Yang paling penting, keep on reading and list on your library!

Jangan lupa like kalau kalian suka, dan jangan lupa komen kalau memang ada kritik dan saran.

Terima kasih semwahh 🥰🥰

A story written by :
Acrysta_

PLAGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang