PLAGUE 3 : JANGAN KELUAR!

46 14 6
                                    

Tetaplah berada di tempatmu
Karena kau takkan pernah tahu
Kapan mereka akan menghampirimu

***

"Frey! Ada apa? Ada tawuran kah? Siapa sama siapa?" Marwah langsung menyodori Freya dengan pertanyaan beruntun.

"Udah! Jangan banyak tanya! Ayo lari!" seru Freya sembari menarik tangan Marwah.

Marwah yang tidak mengerti situasi hanya ikut berlari mengikuti Freya. Napasnya sudah terengah-engah meskipun baru berlari sebentar. Sedangkan Freya, dia tidak kelelahan sedikitpun. Bahkan bisa dibilang napasnya sangat stabil, mengingat dia adalah atlet maraton kampus. Marwah berusaha mengimbangi langkah kaki Freya.

Freya memahami sekali bahwa sahabatnya ini sangat lambat. Maka dari itu, dia berlari sembari menggandeng tangan Marwah. Marwah hanya diam dan memilih mengikuti Freya. Kelebihan yang Marwah miliki adalah dia tidak pernah penasaran walaupun pertanyaannya tidak dijawab. Dia memilih untuk diam dan menanyakannya di waktu yang tepat.

Sesampainya di kamar inap, Freya langsung mengunci pintu dan jendela. Ditutupnya tirai yang tadi dia biarkan terbuka. Freya memastikan semua terkunci rapat. Dikeluarkannya koper-koper yang mereka bawa. Dimasukkannya baju-baju dan perlengkapan mereka berdua ke dalam koper. Sedangkan Marwah hanya bingung melihat kegaduhan Freya.

"Frey! Tenang! Ada apa? Kenapa barang kita lo beresin semua?" tanya Marwah pada akhirnya.

"Kita harus meninggalkan pulau ini secepat mungkin, Mar. Kita harus balik ke Jakarta segera," ucap Freya sedikit gemetar.

"Frey. Gue masih gak paham. Jangan bikin gue takut, dong." Suara Marwah ikut bergetar melihat Freya yang dilanda kepanikan hebat.

"Asal lo tahu, Mar. Video itu ternyata di pulau ini. Menurut gue itu bukan penyerangan biasa," sahut Freya.

"Video? Bukan penyerangan biasa gimana?" tanya Marwah yang semakin tidak mengerti.

"Gue tahu, lo pasti bilang gue gila. Tapi gue yakin, dia pasti akan jadi zombie," jelas Freya. Marwah menautkan alisnya, pertanda bahwa gadis itu semakin bingung.

"Wait! Zombie itu cuma di film doang, Freya. Gak mungkin ada beneran. Apalagi di Indonesia," ucap Marwah.

"Tuh kan! Gue udah ngira lo gak bakal percaya sama gue," gerutu Freya sembari tetap memasukkan barang-barang keperluan mereka.

"Kapan gue gak pernah percaya sama lo, Frey? Masalahnya, lo tahu dia zombie dari mana?" tanya Marwah.

"Tadi waktu gue nyelip di kerumunan itu, gue kira dia orang mabok biasa yang bikin rusuh. Tapi gak sesederhana itu, Mar. Gue liat matanya kelabu, udah dipenuhi selaput putih. Tengkuk kepalanya juga ada bekas gigitan. Parahnya, manusia mana yang bisa tahan dengan kondisi daging tengkuk mengelupas seperti itu. Nonsense, Marwah!" jelas Freya sembari menahan tangisnya.

"Astaghfirullah! Gini deh, Frey. Biar gue yang cari tiket buat balik Jakarta," sahut Marwah pada akhirnya.

Beberapa menit kemudian, mereka selesai mengemas barang bawaan mereka. Freya dan Marwah pun sudah mengganti baju untuk penerbangan malam itu juga. Walaupun pada awalnya Marwah sedikit ragu, karena tiket yang tersisa hanyalah tiket kelas satu. Namun, Freya mendesak untuk membelinya, dengan alasan keselamatan mereka di atas segalanya.

"Yuk, Mar! Bismillah," ucap Freya. Dibukanya kunci pintu dengan perlahan, bahkan hampir tidak menimbulkan suara.

DUARR!!

Freya dan Marwah yang akan melangkahkan kaki untuk keluar seketika berhenti akibat suara dentuman tersebut. Mereka saling berpandangan. Sekarang ini, mereka memikirkan hal yang sama. Dari mana asal dentuman tersebut? Mengapa kencang sekali suaranya?

PLAGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang