Netizen sosial media sedang dihebohkan oleh sebuah cuplikan video amatir dari akun anonim yang bernama Gilzha. Di dalam video tersebut, terlihat seorang gadis berkewarganegaraan asing sedang menyerang petugas pantai secara brutal. Belum diketahui di mana lokasi pastinya. Namun, pihak berwajib sudah mulai mengusut pengunggah video tersebut.
“Ada berita apa, Frey?” tanya Marwah yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Ini aneh deh. Ada cewek gigit-gigit orang. Lagi mabok apa, ya?” ucap Freya sedikit memiringkan kepalanya.
“Ha? Gigit-gigit gimana?” tanya Marwah tidak mengerti sedangkan Freya hanya mengangkat bahunya.
Freya beranjak dari sofa dan melangkahkan kaki menuju tempat tidur. Diambilnya ponsel yang tergeletak di atas kasur. Gadis itu membuka aplikasi Twitter sembari berjalan kembali ke ruang tamu. Hotel yang mereka tempati memiliki dua kamar tidur dan ruang tamu terpisah. Hal itu membuat Freya dan Marwah sering bolak-balik kamar ke ruang tamu apabila ingin mengambil barang.
Marwah masih fokus dengan siaran berita sore yang sedang disiarkan di televisi. Dia belum begitu mengerti tentang operandi serangan wanita tersebut dan baru mendengarnya sekarang. Lagipula, untuk apa dia menggigit orang lain dengan brutal? Apa dia tidak merasa jijik karena telah menyentuh fisik orang lain dengan mulutnya? Marwah masih tidak bisa memikirkan kemungkinannya.
“Eh, Mar! Coba lihat ini,” panggil Freya sembari menunjukkan ponselnya pada Marwah.
“Astaghfirullah! Ini video yang dimaksud siaran itu, kan?” tanya Marwah.
“Kayaknya sih iya, Mar. Ini jadi trending loh di Twitter,” ucap Freya.
“Ini orang kenapa, sih? Kok kayak kerasukan gitu?” Tanpa sadar, Marwah menutup mulutnya dengan kedua tangan. Freya yang duduk di sebelahnya terdiam melihat adegan mengerikan tersebut.
Video itu menampilkan seorang wanita asing dengan dress panjang lusuh sedang menggigit tangan seorang petugas pantai hingga mengalami pendarahan hebat. Dari kulit hingga dagingnya terkoyak karena gigitan wanita itu. Freya dan Marwah bergidik bersamaan. Konten itu terlalu mengerikan untuk diunggah ke sosial media.
“Aduh! Settingan gak sih? Kok ngeri banget,” seru Marwah.
“Emang kalau settingan, ada yang mau jadi pemerannya? Kalau ada, gila banget. Gue aja gak bakal mau. Meskipun dibayar milyaran,” sahut Freya.
Mereka masih fokus dengan konten tersebut. Dilihatnya satu persatu komentar netizen yang tersemat di bawahnya. Namun, yang membuat Freya tidak habis pikir, masih ada netizen yang berkomentar konyol. Ada yang mengatakan bahwa konten tersebut adalah konten prank dengan hastag “tapi bo'ong”. Ada pula yang menuliskan bahwa wanita itu putus asa karena cintanya ditolak.
“Ih! Netizen ini apa deh! Pada komen gak penting!” omel Marwah.
“Ya … gimana ya? Otak netizen kan gak nyampe dengkul. Mana bisa paham yang beginian,” sahut Freya asal.
“Ha? Maksud lo otaknya di dengkul?” tanya Marwah.
“Bukan, Marpuah. Aku kasih tahu, nih. Manusia kalau otaknya di dengkul udah biasa. Tapi, kalau otaknya gak nyampe dengkul, itu yang bahaya. Bisa aja cuman sampai pusar doang abis itu ikut kebuang bareng kotoran,” jelas Freya panjang lebar. Marwah menghela napas untuk kesekian kalinya. Penjelasan Freya lebih tidak penting daripada komentar netizen.
Freya meninggalkan Marwah yang kembali berkutat dengan komentar-komentar netizen Twitter. Gadis itu berjalan menuju jendela kaca. Pemandangan pantai dengan langit jingga terpampang indah di hadapannya. Diam-diam Freya memikirkan kejadian heboh tersebut. Hal apalagi yang akan menimpa negaranya? Tidak bisakah negaranya menjadi negara yang aman dan tenteram?
“Frey! Nih, ponsel lo! Gue jadi parno sendiri,” seru Marwah sembari mengulurkan ponsel Freya dari sofa ruang tamu.
“Udah, taruh di meja aja. Ntar gue ambil,” jawab Freya.
Marwah langsung meletakkan ponsel Freya di meja sebelah. Dia kembali melihat acara televisi yang telah berubah menjadi acara komedi. Tidak lama kemudian, Marwah tertawa kencang mendengar lelucon dari para stand up komedian. Gadis itu mendadak lupa dengan kehebohan yang baru saja terjadi di jejaring sosial.
“Mar! Ntar malem jalan, yuk! Gue pengen keliling pantai,” celetuk Freya.
Marwah tidak mengeluarkan suara apapun. Gadis itu hanya menjawab dengan mengangkat jempol kirinya, sedangkan tangan sebelah kanan memasukkan camilan ke dalam mulutnya. Marwah masih bisa makan dengan enak setelah melihat video yang menjijikkan tadi. Kalau Freya malah sebaliknya, dia kehilangan nafsu makan. Malah rasanya ingin muntah.
***
Cakrawala sudah menghitam. Bertabur pasir angkasa yang tidak terhitung jumlahnya. Angin sepoi-sepoi yang berasal dari laut mengeluarkan aroma alami yang menenangkan. Freya dan Marwah duduk santai di pinggiran pantai sembari memakan jagung bakar hasil beli dari bapak tua yang ngetem di halaman hotel.
“Frey. Menurut lo, kita akan baik-baik saja?” tanya Marwah. Raut mukanya nampak cemas.
“Semoga,” jawab Freya singkat. Walaupun otak Freya hanya sebiji jagung, sebenarnya dia juga memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nantinya.
Melihat Freya terdiam dan memakan jagung bakar miliknya, Marwah juga ikut memakan jagung yang berada di tangan kanannya. Hari pertama mereka di pulau itu cukup mengesankan. Masih ada hari-hari berikutnya. Mereka hanya ingin bermain gembira tanpa dihantui oleh isu publik yang mengerikan.
Setelah jagung habis dimakan, Freya dan Marwah berjalan kembali ke hotel. Rencana untuk berkeliling pantai seketika surut. Entah mengapa, mata mereka sudah sayup-sayup, tidak kuat lagi menahan kantuk. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 23.30 WITA. Hampir tengah malam, akan tetapi wisatawan masih berlalu lalang di sekeliling hotel.
TINN! TIIINNN!
“MINGGIR WOY!!”
Freya dan Marwah yang tengah berjalan sembari bergurau di depan pintu masuk tiba-tiba menghentikan langkah. Serentak mereka menoleh ke arah sumber teriakan tersebut. Freya kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Sedangkan Marwah tetap diam di tempat, takut alih-alih terjadi pertengkaran yang cukup hebat.
Freya ikut membaur bersama wisatawan yang berdiri memenuhi trotoar jalan. Gadis itu menyelip di celah-celah kecil yang di sana. Dilihatnya seorang warga lokal yang dipenuhi amarah karena melihat seorang pemuda membawa botol minuman keras. Para wisatawan ikut meneriaki pemuda itu karena telah menghalangi jalannya. Namun, ada yang aneh menurut pandangan Freya. Sepertinya lelaki itu tidak sedang mabuk.
Setelah memastikan bahwa matanya tidak salah lihat, Freya segera berlari meninggalkan kerumunan. Dia harus segera kembali ke Marwah. Semua semakin tidak logis. Walaupun logika dan kenyataan sedang tidak berjalan semestinya. Namun, inilah yang terjadi. Mau tidak mau, dia harus lari dan menyelamatkan sahabatnya.
***
Halo semuanyaa.
Ada yang kangen sama Freya gak? :'(Maaf yaa. Minggu kemarin Plague tidak update dikarenakan author ada sesuatu yang perlu diurus hehe.
Tapi untuk menebusnya, hari ini author langsung double update dong. Yaayy!!
Yuk! Read, vote, and comment! ^•^
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAGUE
Fantasy[Update Setiap Minggu] Liburan akhir semester seharusnya adalah momen yang menyenangkan bagi Freya dan Marwah. Namun, semua berubah menjadi mimpi buruk dalam semalam. Serangan zombie yang membabi buta tiba-tiba menghancurkan seluruh kota. Mereka har...