"Kak Syer, dicariin kak Jaemin"
Terdengar suara adik perempuanku, Syefa, dari luar kamarku. Nahkan, Jaemin tiba-tiba kesini. Pasti alasannya bakal nggak jelas.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, dia pernah ke rumahku cuman buat minta garam gara-gara dia lupa kalau disuruh mama beli. Pernah juga dia ke rumahku, numpang mandi, soalnya kamar mandinya lagi dikuras sama sepupunya, Minhee.
Terus sekarang dia bakal ngapain kira-kira?
Aku cepat-cepat turun setelah Syefa balik lagi ke kamarnya. Disana ada Jaemin yang duduk disofa sambil main ponsel. Wajahnya serius, sampai-sampai alisnya saling bertautan.
"Jaem, ngapain?"
"main game" katanya, masih berkutat dengan layar ponsel. Sesekali jemari lentiknya bergerak lincah, beneran main game.
Mendengus kesal, aku duduk disebelahnya. Jadi, ini maksudnya dia ke rumah cuman buat main game gitu?
Seolah peka, dia bilang, "habis ini temenin aku ya, disuruh beli saos tomat sama bumbu nasi goreng".
"beli dideket rumah bisa kali, Jaem" kataku bingung.
Dia geleng, "aku mau ke suatu tempat juga" lanjutnya.
°°°
"ini ngapain muter-muter sih, Jaem!" seruku kesal.
Kira-kira sudah 10 menit, setelah beli saos tomat di depan gang rumahku dan sekarang, di atas motor Jaemin, kami keliling nggak jelas. Jaemin juga cuman diem aja waktu ditanyain.
Aku menghela nafas panjang, memang lebih baik diem ya. Nggak lama, Jaemin berhenti disalah satu kafe kopi yang lumayan rame.
Dia turun, nggak banyak omong dan nggak ngajak aku. Jadinya aku ragu buat ikut dia. Tapi akhirnya aku tetep ikutin dia, penasaran sama orang yang dia temui.
Begitu masuk ke dalam, aku tercekat. Seorang gadis cantik berhidung mancung dengan rambut panjangnya yang diurai sedemikian rapi. Yiren, orang yang ditemui Jaemin tanpa bicara sepotong kata pun.
Aku diam di depan pintu yang sudah tertutup lagi. Memperhatikan kedua insan yang kini mulai saling menunjukkan senyum. Namun nggak lama, Jaemin berbalik, dia lihat aku. Selanjutnya bikin aku deg-deg an.
Dia melambaikan tangan, isyarat buat aku mendekat. Iya, gitu aja aku gugup. Tapi aku tetep nurut.
Yiren senyumnya makin lebar, makin cantik. Mungkin nggak kalau Jaemin suka dia?
"h-hai" sapaku canggung.
"hai Syeril" balasnya masih dengan senyum indah yang menghias wajah cantiknya. "darimana?" yang ini pertanyaan bukan ditujukan untukku, tapi untuk Jaemin.
"nih" jawab Jaemin sambil mengangkat kresek kecil ditangannya. "sama dari rumahnya Syeril, jemput dia" katanya.
"oh? Mau jalan? Maaf deh kalau gitu, jadinya ganggu" kata Yiren dengan nada yang sedikit merasa tidak enak.
"emang. Makanya cepetan"
Aku terbelalak mendengar balasan Jaemin. Sarkas sekali. Yiren nya senyum masam, mungkin nggak nyangka bakal dapat jawaban sebegitunya.
"yaudah, nih. Cuman tinggal kasih penjelasan lebih lanjutnya buat sub-bab terakhir. Terus buat kesimpulan dari bab ini semua". Yiren menyodorkan sebuah flashdisk dengan gantungan kuda poni lucu.
"oke" balas Jaemin singkat, seraya berbalik dengan tangannya menggenggam tanganku.
Setelah di luar, aku berhenti. Jaemin juga ikut berhenti sambil memberi tatapan bingung.
"nyolot banget tadi ke Yiren nya"
Jaemin menautkan alis, "aku liat ekspresi wajahmu kayak nggal enak. Aku kira kamu nggak suka sama Yiren, makanya aku nyolot aja ke dia, biar kamu seneng"
Ya Tuhan, ini Jaemin-ku.
"enggak. Kata siapa aku nggak suka sama Yiren. Nggak ada alasan buat bisa benci dia, Jaemin. Dia baik, cantik, kamu suka nggak?"
Jaemin geleng, "kalau aku suka dia, kamu udah aku tinggal kali" jawabnya seraya menaiki motornya lagi.
"ayo, aku ajak lagi" katanya sambil senyum ganteng.
Semuanya, itu Jaemin-ku.