2006 and I Move

3 0 0
                                    

Sara terus meminta maaf hingga dia memutuskan pulang dan tidak jadi hadir di acara Summer Breeze. Aku pun mengantarnya sampai ke rumah.

"Don't cry, Sara. I will stand for you. You have to move on." pesanku kepada Sara sebelum Sara turun.

"Thank you so much for helping me Jimmy."

Sara masuk ke dalam halaman rumahnya dan sesekali melihat ke arahku. Mengucapkan terima kasih dan maaf berulang kali. Sampai aku lupa memasukkan gigi satu mobilku untuk berjalan meninggalkan rumah Sara. Aku melihat Sara menangis, tapi ini indah. Kini Sara sendiri dan bukan pacar Steven lagi. Aku juga tidak lagi menemukan bayang-bayang Nina. Tapi aku tetap sedih.

Aku masih memikirkan, lalu jika Sara tahu aku masih mencintainya sampai sekarang, apa yang selanjutnya akan dia lakukan? Ah, mungkin Sara masih terlalu kalut dengan perasaannya dan mau membicarakan hal ini nanti saja. Aku mengerti

Aku berhenti sejenak di pom bensin dan melihat ponselku. Ponselku berdering. Telfon dari Kak Anna.

"Ayahku sekarat, Jim. Sakit jantungnya semakin parah. Dan kamu harus pulang ke London."

Aku terkejut. Om Gary sakit lagi dan kini semakin parah. Tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali pulang saat ini. Aku tau aku harus pulang tapi bagaimana dengan urusanku yang belum selesai di sini? Ah entahlah. Aku tidak ingin membuat Om Gary menungguku lebih lama.

Aku memacu mobilku lebih cepat dari biasanya menuju ke apartemen sesegera mungkin. Sampai di sana aku segera mengemasi barang-barangku dan memesan tiket pesawat. Kak Anna meneleponku lagi.

"Kamu bisa kan datang malam ini Jimmy? Ayahku mencarimu terus menerus. aku takut sesuatu terjadi, Jim. " Kak Anna terus menangis. Aku tau bagaimana perasaannya saat ini.

"Aku sedang memesan tiket pesawat. Tunggulah, katakan kepada Om Gary aku akan segera pulang." jawabku.

Aku bertemu dengan Andrew di lorong. Dan dia mengantarkan aku ke bandara secepat mungkin. Aku memburu waktu agar cepat sampai di London dan tidak membuat Om Gary menungguku. Aku takut ketika beliau cemas, dadanya akaj semakin sakit lagi. Tunggu aku Om Gary.

"Send my greetings for Uncle G, Jim.." kata Andrew sebelum aku masuk ke pintu keberangkatan. Aku mengangguk. Rasanya berat meninggalkan New York. Dan meninggal kan Sara dalam waktu yang secepat ini. Aku masih ingin berbicara banyak dengannya. Tapi Om Gary lebih penting dari itu.

Pukul 8.00 malam, pesawatku terbang menuju London.

###

Kak Anna menjemputku di bandara bersama pacarnya, Nicho. Mereka terlihat sedih sekali. Aku belum mampir ke rumah, dan aku langsung ikut mereka ke rumah sakit. Aku melihat Om Gary dari luar ruangan. Dengan kondisi yang memprihatinkan. Selang oksigen terpasang di sana. Monitor memantau kondisi tubuhnya 24 jam.

Perawat mempersilakan aku masuk. Hanya aku dan Kak Anna.

"Om.. " Aku menatap Om Gary yang sedang terbaring lemah. Aku tidak mampu berkata-kata lagi.

"Akhirnya kamu pulang Jimmy. Om rindu. Maaf merepotkan kamu."

Aku menangis di lengan Om Gary. Melihatnya teebaring tak berdaya membuatku ingat betapa aku dulu adalah anak yang sangat nakal. Yang selalu bermusuhan dengannya setiap saat. Om Gary begitu menyayangiku dengan segala aturannya. Tapi aku selalu membangkang. Ingin sekali aku mengucap maafku kepada Om Gary, tapi tidak mungkin aku lakukan saat ini. Aku takut menangis.

Kak Anna dan Nicho meminta aku pulang dan tidur di rumah saja. Tapi aku tidak mau, aku ingin menjaga Om Gary. Nicho bersamaku malam itu. Dan Kak Anna yang pulang. Saat Om Gary sudah tidur, aku keluar bersama Nicho untuk minum kopi.

The Love JudgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang