Ini musim dingin, dan salju lembut turun di sekitar London. Sudah tiga tahun sejak aku memutuskan untuk berhenti sekolah di Juilliard dan kembali ke London. Tiga tahun juga tidak ada yang bisa menghubungiku sejak tragedi pengeroyokan itu. Aku masih bekerja di kedai Papa Gabbato dan kini naik jabatan menjadi Co Manager Marketing. Aku senang sekarang kedai Papa Gabbato perlahan meluas dan hampir menjadi sebuah restoran. Di sela waktu kosongku, aku menghibur pengunjung dengan nyanyianku. Ada sebuah band sekolah yang direkrut dan menjadi pengiringku setiap aku bernyanyi. Kini aku lebih percaya diri menyanyi.
Om Gary, beliau masih sehat tapi sudah tidak mampu bekerja lagi. Aku yang menghidupi nya sekarang. Dan aku bangga dengan pencapaianku.
Anyway, semalam aku melihat Sara di televisi. Dia menjadi peserta ajang pencarian bakat menyanyi bernama X-Factor. Sudah dua tahun lamanya aku tidak bertemu Sara dan aku sangat merindukannya. Dia tampil sangat cantik semalam. Suaranya indah. Dan malam tadi, pertama kalinya aku melihat Sara dikomentari oleh juri. That lovely judge, sekarang sedang berjuang untuk memenangkan lomba itu.
Bagaimana ya kabar dia sekarang? Apa dia sudah punya pacar, atau belum? Ataukah mungkin Sara ada perasaan padaku? Ah yang terakhir sepertinya tidak mungkin, deh. Jika iya, mungkin Sara sudah menyatakannya saat di mobil pada momen terakhir kali aku bertemu dengannya. Atau mungkin dia dengan segala cara berusaha mencariku. Tapi tidak. Entahlah aku tidak tau. Dalam tiga tahun, semuanya bisa saja terjadi.
###
Sore hari jam 17.00 di kedai Pizza Papa Gabbato, kami melakukan konser mini untuk amal. Aku mengusulkannya kepada Papa Gabbato untuk memberikan sedikit santunan kepada anak-anak di panti asuhan. Mereka tidak memiliki orangtua, sama seperti aku. Acara sore ini berjalan lancar. Band mengiringi aku menyanyi, semua bertepuk tangan. Dan hasil dari konser mini itu cukup banyak. Mencapai 150 pence. Kami berencana melakukan konser mini seperti ini pada setiap hari rabu dimana banyak pelanggan yang datang untuk makan di sini.
"You did it great, Jimmy. Thank you for every idea that you give to this restaurant." kata Papa Gabbato sambil menepuk pundakku. Ya aku menyadari bahwa selama dua tahun ini aku cukup berdedikasi pada Kedai Pizza Papa Gabbato. Aku merasa ikut memiliki kedai ini.
Tiba-tiba datang seorang pria seusiaku yang duduk di sebelahku. Dia memakai topi dan mantel bulu yang cukup tebal, dan meminta aku untuk memberikannya segelas butterbeer. Bagaimana dia bisa tau bahwa aku adalah salah satu pegawai di cafe ini ya? Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya.
"This is your butterbeer." kataku padanya.
"Thanks." Dia meminum butterbeernya. "Could you sitting here for a while?" Pria itu memintaku duduk di sebelahnya. Aku menurutinya. Aku memperhatikan pria itu dari bawah hingga ke atas, dan dia membuka topinya. Seorang yang aku kenal telah berdiri di depanku.
"Andrew!!!!!"
Aku berteriak dan memeluknya.
Dalam tiga tahun, Andrew tampil berbeda. Andrew menumbuhkan kumisnya dan dia terlihat keren sekali."How do you do, Jimmy? What are you doing in three years, huh?"
"Ha! Look at me!"
Kami bercengkrama dan tertawa lepas hingga malam tiba. Andrew pergi ke London karena menjenguk neneknya yang sakit. Aku juga tau bahwa Andrew ingin menikah muda. Kami terus tertawa, menceritakan apapun. Bercerita tentang masa lalu kami semasa SMA yang begitu konyol dan menyebalkan. Juga mengenang masa-masa ketika kami berada di New York untuk sekolah. Membicarakan tentang Nina, Steven. Dan juga, Sara. Oh gadis itu, aku sangat merindukannya. Banyak gadis cantik di London, tapi hingga detik ini aku masih sangat mencintainya.
"I don't know about Sara anymore. After you leave New York that time, i just once met her. And we don't talk anything about you. Just ask where are you now. After i tell her, she leave. I never met her again."
" I know, she's in talent show. X-Factor. I watch the tv last night."
" Really? Oh boy, that girl."
Kami terus membicarakan Sara hingga larut malam. Aku masih sangat merindukannya. Kini dia menjadi bintang. Siapapun tau siapa Sara Barlow, dan aku hanya seorang penjaga Kedai Pizza. Siapalah aku. Walaupun rindu ini sangat besar, aku tidak berharap banyak.
Semalaman membicarakan Sara bersama Andrew, aku jadi ingin tau perasaan Sara yang sesungguhnya kepadaku. Ah, tidak jadi. Nanti aku kecewa.Aku dan Andrew pulang. Kami menutup Kedai Pizza itu. Aku berjalan pulang sendiri, ada seikit trauma untuk bertemu berandal dan kemungkinan besar aku akan dihajar mereka. Itu menakutkan. Sepertinya aku perlu belajar karate.
###
Aku mampir ke sebuah cafe bernama Tech Coffee. Mereka menyewakan laptop untuk pelanggan yang datang. Pelanggan di sini rata-rata adalah pekerja yang ingin menyelesaikan pekerjaannya sambil ngopi. Setelah menyewa laptop, aku memesan segelas espresso. Aku duduk di meja 21, kemudian membuka laptop dan mencoba mencari tau tentang perguruan karate untuk itu. Oh tidak sebenarnya aku hanya ingin mencoba cafe baru ini. Katanya terkenal san konsepnya unik.
Aku membuka emailku yang lama. Sebuah email masuk dari
SARA CLAIRE BARLOW
E-mail ini dikirimkan tahun 2007. Oh tidak, itu tahun di mana aku sudah pindah ke London.
"Hi Jimmy, It's Sara. How are you? I really miss you as a friend. I don't know what your reason for leaving your school and move back to London, but I wanna tell you something important. Thank you for everything, for treat me goodly. Look, I know that you are in love with me. You help me when I needed you most. But sorry Jimmy, I can't accepted your feeling to me. It's still as same reason. I'm not going date with guys at my age. That's a principe, Jimmy. I hope you know it. I'm dating Steven and i get hit So sorry for tell you it. You have to face your own world. So sorry Jimmy"
Ya. Aku tau jawabannya. Aku sangat terpukul membaca email itu. Ya. Aku terima. Ya. Tidak ada satupun rasa yang dimiliki oleh Sara kepadaku. Ya. Sungguh aku tau. Alasannya masih sama, karena aku tidak memenuhi kriteria pria idamannya. Kalau begitu, sampai kapanpun tidak akan bisa. Aku dan Sara tunbuh bersama. Saat dia 25, aku juga 25. Saat dia 40, aku juga 40. Bahkan saat dia 75, aku juga. Tidakkah ada kesempatan untuk aku?
Aku tau Sara tidak ingin memiliki seorang pacar yang seusia karena dia takut pria itu tidak dewasa. Ya, yasudah aku menerimanya. Dalam sebuah hubungan, kamu tidak bisa memaksakan orang jika dia tidak mencintaimu. Di sini, Sara bertindak sebagai jurinya. Dia memutuskan untuk tidak menerimaku karena aku tidak memenuhi syarat yang dia berikan.
Baiklah, semua sudah dia putuskan. Aku dapat jawaban dan aku tidak memerlukan lagi apa itu rasa rindu, apa itu rasa cinta dan apa itu memendam rasa. Tidak ada yang perlu aku risaukan lagi tentang perasaan. Sara sudah menjadi bintang sekarang, dan aku bukan siapa-siapa. Setidaknya itu yang aku tau saat ini.
###
Aku tidak jadi mencintai Sara. Sebenarnya, karena aku tau aku tidak mungkin jadi bagian dari hidupnya. Semua karena prinsipnya tentang usia pasangan tidak bisa diubah. Aku juga tidak mengerti mengapa dia begitu mempertahankan prinsipnya itu. Aku tau sebagian dari orang lain mungkin punya prinsip yang sama, tapi Sara benar-benar menolakku. Sara menerima Steven sebagai pacarnya, aku tau Steven satu tahun di atasku. Tapi bukankah itu sama saja? Usia 20 dan 21 bukan jarak yang jauh.
Ah, aku masih terus berusaha menolak keadaan. Bahkan saat aku tau bahwa keadaan ini tidak bisa diubah. Jika saja aku tau bahwa aku akan mencintai Sara saat remaja, aku ingin kembali ke masa lalu dan dilahirkan sebagai pria yang lebih tua setidaknya lima tahun dari usiaku sekarang. Ini sungguh menyiksaku.
"Ok. Sara... I'm gonna stop to loving you. Thank you."
Setidaknya aku membalas email Sara yang dia kirim dua tahun lalu. Dan dengan kalimat itu. Aku berharap bisa mengakhiri semua kenangan dan harapanku bersama Sara.
"Goodbye Sara Barlow.
I'm leaving"kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Judges
RomanceVersi Lengkap Sudah Terbit!! www.guepedia.com Jimmy pindah ke London dan ikut pamannya setelah kedua orangtuanya meninggal dunia. Di London Jimmy bertemu dengan Sara Barlow, salah seorang temannya yang sangat berbakat dalam bermain musik. Mereka ber...