"Sampai kapan elo akan tenggelam begini Ga?" Suara Lukas memukul lamunan Giga. Dia adalah vocalis 7'sband. Dia satu-satunya yang paham bagaimana terlenanya Giga pada Lunaya. Bagaimana mereka berdua saling mencintai hingga berjanji akan terus bersama apapun yang terjadi. Bahkan hari dimana Luna menyerahkan mahkotanya adalah di apartemen Lukas. Meski setelahnya Lukas menghajar Giga habis-habisan karena dianggap menodai adik bungsu tersayang yang dijaga semua member dan kru 7'sband.
Lukas yang paling tau Luna akan jadi dirinya sendiri di depan Giga. Lunaya mencintai Giga tanpa syarat meski tau Giga, tepatnya semua para personil 7'sband dikelilingi para gadis cantik yang bahkan rela telanjang di depan mereka. Lukas pula satu-satunya yang tau Giga tak pernah bisa kembali karena mengalami kebutaan setelah kecelakaan maut itu.
"Gue baik-baik saja bang"
"Cari gadis lain, Ga. Luna udah lupa elo, dia udah melupakan kalian" Luna-ku hanya amnesia, dia tak sengaja melupakanku bang.
"Lagi pula apa elo tega ngeliat Johan, Ga" harusnya aku tega bang, tapi siapapun tau aku tidak."Kenapa elo nggak mau cerita sejak awal bang?" Lukas berdecak, berkali Giga tanyakan kenapa dia harus merahasiakan keadaan Luna. Berkali juga jawaban yang sama Giga terima dari sang mantan vocalis.
"Menurut mu Ga, apakah saat itu kamu mau bertahan hidup. Sementara menerima keadaanmu sendiri saja kamu sulit." Benar sekali yang dikatakan Lukas. Giga hampir pernah meminta suntik mati di awal-awal kebutaannya. Giga hanya beruntung karena dilahirkan dari ayah dan ibu seorang dokter. Yang mana papa dan mamanya mempergunakan seluruh kemampuan mereka baik itu biaya dan koneksi demi agar Giga mampu melihat dunia lagi, melihat Luna lagi.
Giga pernah menolak makan. Menolak menggunakan tongkat, menolak pulang ke Indonesia hanya karena takut fans 7'sband pergi karenanya. Parahnya Giga takut kondisinya membuat Luna semakin sedih. Sedangkan dia tau keadaanya saat kecelakaan itu sama parah dengan Giga.
Giga tak mau mendengar suara tangisnya, takut mendengar isakkan gadis kecintaannya. Tak kuat mendengar dia terluka melihatnya begini. Karena Giga tau Luna-nya tak pernah bisa melihat Giga sakit sedikit saja.
Bahkan, Giga harus bisa terima ketika mama papa menyembunyikan keadaan Luna, menyembunyikan kematian Om Hardi manager 7'sband, ayah Luna, 6 bulan setelah kecelakaan maut yang ia alami, karena serangan jantung. Bahkan Lukas melakukan hal yang sama, merahasiakan semua. Dia hanya bilang 7'sband terpaksa mencari penggantinya untuk sementara. Nyatanya Giga tak pernah kembali lagi setelah itu, hingga band yang mereka besarkan tersebut mundur dari blantika musik.
Hanya Lukas yang wira-wiri di layar kaca karena sering menjadi juri ajang pencarian bakat. Andra masih mencipta lagu-lagu cinta untuk banyak penyanyi, dimana hasilnya selalu meledak dipasaran. Genta yang memegang melodi mendirikan label musiknya sendiri. Dan kini setelah belasan tahun berlalu, mereka semua telah menikah. Dikaruniai anak-anak lucu dan istri cantik. Tinggal Giga sendiri yang setia hidup dalam masa lalu. Hidup untuk Luv-nya dan mungkin selamanya akan begitu.
Lunaya Larasati, Luna-nya, Luv-nya adalah salah satu alasan Giga bertahan dalam kegelapan sampai dua tahun. Luv-nya menjadi alasan Giga bersabar menunggu pendonor yang cocok untuk matanya. Luna-nya juga alasan dia cepat pulih dan segera menemuinya tanpa pulang dulu ke kediaman keluarganya. Di hari yang sama Luna-nya lah membuatnya memilih sakit sendiri. Mendapati jejak senyum di bibirnya kala bermanja dengan Bang Johan dalam kondisi perut membuncit. Kalau dulu Lunaya mencintainya tanpa syarat, kini saatnya Giga yang akan mencintainya tanpa syarat. Tak peduli Luna bukan bahagia bersamanya, tak terkecuali Luna-nya tersenyum bukan karenanya. Selamanya Giga akan mencintai sang dewi dengan segenap cinta yang ia bisa.
"Buang foto usang itu Ga" reflek Giga sangat bagus, ia terbiasa memegang pisau bedah. Jadi ia tak mempedulikan wajah kesal Lukas ketika tak berhasil meraih foto kecil di tangan Giga. Foto hitam putih yang memantulkan wajah Lunaya Larasati.
"Oh, ada tamu bang?" Suara itu, tak akan pernah Giga lupakan, selamanya terpatri di setiap sel-sel tubuhnya. Itu suara milik cintanya, pemilik rindu-rindunya.
"Lun, sama siapa?" Lukas melirik Giga sekilas setelah memastikan wajah Giga yang entah, Lukas bingung mendeskripsikan.
"Sendirilah bang, kenapa sih bang Luk, nggak boleh aku kesini ya?" Luna berjalan santai kearah Lukas dan Giga duduk. Luna tau mungkin kedatangannya menganggu pembicaraan serius antar dua orang itu. Tapi toh Luna kesini ingin bertemu Mona istri Lukas. Ada sedikit urusan yang perlu ia bicarakan dengan Mona.
"Mana kak Momon? Loh Mas, ehm Giga" ah sial sekali, pikir Giga, dulu Luna tidak pernah merasa kesulitan menyebut namanya. Luna tak pernah malu-malu berada di dekatnya. Luna akan selalu menjadi dirinya sendiri di depannya. Bukan jenis yang sangat sopan seperti di depannya sekarang. Bahkan Luna masih mengikutinya memanggil Mona, Momon.
"Masih nina boboin si kecil. Naik aja" Lukas menunjuk lantai dua kediamannya.
"Oke" Luna-nya mengangguk kemudian memilih berlalu. Tinggal Giga yang masih setia memandang punggung gadis itu. Bukan, sekarang dia berubah jadi wanita dewasa yang sayangnya masih mampu membuat Giga blingsatan.
Tanpa diduga Lukas, bahkan Giga, Luna menoleh, tepat ke mata coklat Giga.
"Seingatku, warna irismu bukan cokalat deh Gie" mereka berdua, Lukas dan Giga melotot dengan ucapan spontan Luna, tak terkecuali Luna sendiri. Memori itu mungkin berasal dari alam bawah sadar Luna yang tak perlahan terbit karena kedatangan Giga.
"Lun... Kamu.... Ingat?" Lukas shock bahkan Luna merasakan perasaan yang yang sama dengan yang dirasa si mantan vocalis.
Luna memegang wajahnya yang memerah. "Koq aku bilang gitu ya?" Luna heran sendiri, wajah cantiknya tampak bingung, tangannya memijit ujung hidung kecilnya.
"Maaf ya pak dokter, aku kayaknya pernah sering ngeliat kamu, dulu. Atau itu cuma perasaanku saja" Luna merasa malu dan memilih berlari menaiki tangga. Tanpa perlu menoleh lagi. Tanpa sempat melihat wajah Giga yang luar biasa terharu. Gadisnya, cintanya, Luv-nya masih mengingatnya meskipun samar."Pulang deh Elo Ga" Lukas mengusir Giga. Giga tampak secerah matahari. Padahal beberapa menit lalu dia seperti mayat hidup.
"Gila elo bang, gue masih nunggu Momon" wajah tolol Giga membuat Lukas bergidik. Harusnya siapapun tahu betapa besar cinta Giga untuk Lunaya. Bahkan ia tak habis pikir, Luna yang tak pernah lagi sedikitpun mengungkit amnesianya setelah Om Hardi meninggal, kini malah mengingat Giga.
"Elo yang gila, besok aja gue bawa Mona ke rumah elo. Sekalian ketemu Tante dan Om"
"Mona sepupu gue bang, salah ya gue bertamu ke rumah kalian" Lukas meringsek rambutnya jadi berantakan. Bukannya dia melarang dua saudara bertemu, ia hanya sedang menjaga ketiga sahabatnya dari masalah pelik yang disebut cinta. Karena kini ada si kembar di tengah mereka bertiga sekarang. Jadi Lukas tak akan membiarkan Giga gegabah dan memenangkan egonya. Padahal tanpa Lukas tau, Giga telah bersedia menjalani cinta tak berbalasnya. Jujur Giga mengharapkan Luna kembali mengingatnya, kembali ke pelukannya.
Luna, Lunaya, Luna-nya, Luv-nya, cinta dalam hidupnya. Giga memang gila karena terus merapalkan mantera itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIGANTARA
Romance"Katakan siapa pemilik hatimu sekarang, Ga" Kembali Johan tertarik dari lamunan singkat. Suara Johan kembali santai seperti biasa. Hanya dia sejak dulu, sekarang dan selamanya, Bang. Giga hanya mengucap jawaban sentimentil itu dalam benak. "Tidak a...