Ucapan yang buruk memang selalu meninggalkan penyesalan bagi yang mengucapkannya. Disadari atau tidak, selama masih ada kebaikan dalam hati, pasti akan lebih memilih untuk mengucapkan kata-kata yang baik.
Ya itulah mengapa aku dan Jin kekasihku, Sekarang diam satu sama lain. Dia berbicara kasar yang membuatku tidak ingin berbicara dengannya dan dia lelah karena terus membuatku untuk bicara tapi aku diam saja.
Aku dan Jin sudah bersama sejak enam bulan yang lalu, tapi tetap saja hubungan kami tidak stabil. Jin yang ke kanak-kanakan dan aku yang egois, sepertinya bukan egois aku hanya ingin perhatian darinya.
Dia tidak ada waktu untukku dan hanya main game di ponselnya.
Dan saat aku mengambil ponselnya dan mematikan gamenya, di situlah dia marah dan mengatakan kata-kata kasar itu."Sayang.... Sampai kapan kau akan marah." Katanya ketika dia duduk di sampingku.
Aku diam dan memilih untuk menggeser tubuhku kesamping sementara tanganku memegang control tv. Aku teringat kata-katanya. Kata-katanya seperti sebuah perasan dimana aku lupa mematikan kran air yang menyala saat aku pergi. Kata-katanya seperti memenuhi bak mandi, dan aku tenggelam di dalamnya.
"Aku sudah lelah menjalani semua ini. Aku lelah terus menghadapi kata-kata jahatmu dan berpura-pura baik-baik saja agar hubungan kita terus membaik." Aku mematikan tv dan menatapnya.
Jin tampak terkejut dan menatapku. Dia berdiri dan melangkah mendekat, duduk di sampingku.
"Kupikir itu adalah tabiatku. Semuanya terucap begitu saja. Kupikir aku harus mencuci mulutku, dengan sabun agar bersih tak ternoda oleh ucapan burukku. Kuharap aku lebih baik tak pernah bisa bicara, daripada yang keluar dari mulutku hanya yang jahat saja."
Segera aku menyesal mengatakan itu, kata-katanya seperti sebuah tikaman dan aku hanya bisa diam tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Maafkan aku." Jin memegang tanganku.
Aku mengangguk dan segera mendapatkan pelukan dari pria yang ada di sampingku.
🌸🌸🌸🌸
Bulan-bulan berlalu dan aku bisa melihat perubahan besar dari kekasihku, dia lebih sering menemuiku dan tak pernah bermain game saat bersamaku. Aku merasa lega dan berharap dia benar-benar berubah sepenuhnya.
"Bagaimana kuliahmu?" Katanya ketika dia memelukku dari belakang.
"Baik. Berhenti memelukku, kalau tidak aku akan menumpahkan coklat panas ini." Aku sedikit terkikik.
"Baik... baik." Katanya ketika Jin menciumku dan kembali duduk di sofa.
Aku membawa coklat panas itu di tanganku lalu memberikannya kepada Jin dan mendapatkan ucapan terimakasih serta senyum yang manis darinya.
"Apa kau sudah makan?" Tanyanya ketika dia meniup gelasnya dan meminum coklatnya.
"Belum"
"Apa kau lapar? Aku akan memesan pizza untukmu." Jin mengambil handphonenya di meja dan meletakan gelasnya.
"Boleh saja." Aku tersenyum.
Tiba-tiba Jin membaringkan tubuhnya di pahaku ketika dia menelpon untuk memesan pizza, aku dengan cepat mengusap rambutnya dan mengelus wajahnya yang tampan tanpa noda. Begitu kagum dengan wajah tampan ini.
"Sayang, cium aku!" Katanya ketika dia selaesai menelpon.
Tanpa basa-basi aku menunduk ingin mencium pipinya, dengan cepat Jin menutup matanya dan membuatku terkekeh.
![](https://img.wattpad.com/cover/208961213-288-k919228.jpg)