One-sided love ♡ Jimin

63 8 0
                                    







       "Dia tampan dan manis." Aku bergumam kepada teman yang ada di sebelahku Irene.

"Siapa?" Katanya.

Aku tersenyum dan melihat ke arah pria yang sedang menari di tempat dance sekolah kami.

"Apakah kau benar-benar masih menyukai Jimin? Hentikan ini sudah hampir satu setengah tahun." Irene menatapku dengan kesal.

Ya. Aku sudah menyukai Jimin sejak aku masuk sekolah menengah. Tepatnya satu setengah tahun yang lalu, aku menyukai semua tentangnya aku selalu menatapnya diam-diam, bahkan aku selalu ingin tahu tentangnya. Ya, meskipun dia sudah memiliki kekasih tentunya. Tapi aku tidak peduli, aku akan menikungnya dengan do'a, setidaknya seperti itu.

Jimin adalah cinta pertamaku dan menurutku tidak apa-apa jika kita tidak bersama, aku pikir cinta bertepuk sebelah tangan juga adalah cinta, cinta yang lebih besar daripada memiliki orang itu.

Cinta pertama menurutku

1. Karena itu kali pertama kau mengenal rasanya jatuh cinta. Dengan polosnya kau tersenyum mengingat dia yang kau suka, rasa senang ketika berpapasan di lorong sekolah. Hal sederhana itu sangat membuatku bahagia.

2. Pertama kalinya kau melakukan hal-hal bodoh karena untuk mendapatkan perhatian seseorang.
Berpura-pura bahwa kau tidak membawa pena agar sengaja bisa meminjam penanya dan berbicara dengannya. Sangat terdengar bodoh.

3. Cinta pertama adalah cinta yang murni, sederhana dan tanpa paksaan. Yang aku tahu, aku suka melihatnya, senang mendengar suaranya, bahagia jika bisa berinteraksi dengannya, sesederhana itu rasa dari cinta pertama. Bahkan jika temanmu mengatakan dia tidak menawan, kurang menarik. Tapi di mataku dia terlihat sempurna dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

4. Disaat itu juga kau merasakan bagaimana sakitnya patah hati. Cinta pertama juga tidak harus bersatu ya seperti yang ku rasakan, cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta pertama datang sepaket dengan rasa patah hati yang begitu menyiksa untuk pertama kalinya. Cinta pertamaku tidak seindah yang aku bayangkan.

Seperti itu perasaanku untuk Jimin.

"Ayo cepat pulang bel sudah berbunyi!" Irene sudah berdiri.

Aku menghela nafas menatapnya, dia lagi-lagi mengganggu ke haluanku. Kami akhirnya memutuskan pergi ke kelas dan mengambil tas kami.

"Irene kita pulang bersama kan?" Aku menatapnya.

"Aku ada les. Kau mau menungguku?" Irene tersenyum jahil.

Aku menghela nafas, aku tidak ingin menunggunya. Sungguh menunggu itu sangat menjengkelkan, apalagi dia les selama dua jam, menjengkelkan. Dengan cepat aku menggelengkan kepala.

"Aku akan pulang sendiri, hati-hati Irene." Aku mengusap rambutnya dengan kasar sebelum berlari keluar, samar-samar aku mendengar Irene berteriak memakiku.

Tidak masalah dia adalah sahabat baikku.

Sialnya aku menabrak seseorang karena aku berlari dan tidak melihat jalan, aku akan jatuh jika saja dia tidak menangkapku.

"Kau tidak apa-apa?" Katanya saat aku masih di dekapannya.

Sebenarnya aku sangat ingin berteriak, jantungku juga hampir meledak. Kebetulan yang sangat istimewa.

"Aku tidak apa-apa. Maafkan aku." Kataku malu dan segera melepaskan diri dari dekapannya.

"Tidak apa-apa." Jimin tersenyum lalu berjalan pergi ke kelas.

Diam-diam aku tersenyum dan merasakan jantungku yang berdebar, rasanya hampir meledak.

🌿🌿

You're Love Became My Life √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang