Namaku Mentari, usiaku 28 tahun. Entah aku ini pengkhianat atau apa. Namaku berarti matahari, tetapi aku benci kehidupan dimana ada matahari. Ya, kehidupan siang hari. Kejadian 1 tahun lalu membuatku seperti ini. Ketika tiba-tiba aku pingsan di lobi kantor tempatku bekerja. Saat membuka mata, tubuhku kaku dan sangat tidak berdaya. Berbagai peralatan medis menempel di tubuhku. Aku sendiri bingung dengan keadaan ini. Kulihat ayah dan ibuku sedang menangis di sisiku.
"Bu, aku dimana?" tanyaku dengan suara terbata-bata.
Belum sempat menjawab, ibuku langsung memelukku seolah tak mau melepaskannya. Kulihat ayah yang biasanya bermuka garang juga nampak sendu mungkin karena banyak menangis.
"Sudahlah Tar, kamu istirahat saja. Jangan pikirkan apapun," ucap ibuku di tengah-tengah tangisannya.
Aku yang masih belum mengerti keadaannya merasa bingung. Yang kuingat, sebelum aku di ruangan ini aku akan meeting dengan client dari kantor pusat. Dan ketika terbangun aku sudah di tempat yang tidak kuketahui sebelumnya. Satu ruangan berisi 6 orang. Dari keenam orang itu hanya aku saja yang tidak memiliki wajah etnis Tionghoa.
Hari-hari berjalan begitu lambat. Aku hanya menghabiskan waktu di tempat tidur dan selalu menerima banyak suntikan di tubuhku. Dan sampai sejauh ini aku sendiri belum mengerti sebenarnya aku ini kenapa. Makanku sangat diatur dan ini membuatku tidak suka. Sebelumnya aku makan apapun yang kumau dan membuat tubuhku memang agak gemuk jika dibanding dengan masa kuliah dulu.
Kurang lebih satu bulan kuhabiskan waktu di rumah sakit. Teman silih berganti datang mengunjungi. Ada wajah yang kuingat dan ada beberapa wajah temanku yang tidak kuingat. Namun aku berusaha ramah kepada setiap yang datang mengunjungiku. Aneh memang, aku merasa pernah melihat beberapa teman yang mengunjungiku. Tetapi aku tidak bisa mengingat nama. Seberapa keras aku mencoba mengingat alhasil kepalaku menjadi sakit dan pening.
"Ibu, tadi yang memakai jilbab hitam namanya siapa Bu?" tanyaku penasaran.
"Itu kan mbak Ratna, masa kamu lupa Tar. Teman kantor yang sering membawakanmu makanan itu."
Akupun hanya tertawa kecil mendengar jawaban ibu. Aku masih tidak bisa mengingatnya. Banyak yang ingin kutanyakan kepada ibu, tetapi aku takut membuatnya khawatir. Baiklah aku hanya menyimpan ratusan pertanyaan di benakku untuk tidak membuat orang tuaku khawatir.

YOU ARE READING
AKU MENTARI
Krótkie OpowiadaniaPerjalanan hidup seorang gadis bernama Mentari. Perjalanan mencari jati diri dan menemukan arti hidup. Berbagai rintangan datang menghampiri. Apakah dia berhasil melewatinya?