Berubah

15 4 0
                                    

Hari-hariku terasa membosankan. Tubuhku kian hari kian mengurus karena aku tidak selera lagi makan apapun. Padahal ketika bekerja dulu, aku adalah pemakan segala. Semua sisa makanan temanku akupun mau menghabiskan, mubadzir kalau tidak dihabiskan. Tapi kini aku berubah. Kehidupanku berubah. Lingkunganku berubah. Semuanya berubah.

Semenjak sakit, aku mulai tidak menyukai siang. Tak ada lagi kawan yang setia mendengarkan keluh kesahku seperti dulu. Ya, hanya malam yang menjadi sahabatku. Sesekali kawan semasa sekolahku dulu datang menjenguk untuk melihat keadaanku. Tapi aku tak pernah mau menemui mereka. aku tau, mereka hanya kasihan pada tubuhku yang mulai habis ini. Mereka tak benar-benar perhatian padaku. Aku juga tahu, mereka selalu membicarakan tentang malangnya nasibku ini menjadi cerita hangat yang tak akan habis diceritakan.

Semenjak aku sakit aku kurang sosialisasi dengan orang-orang sekitarku. Bahkan terhadap kedua orangtuaku. Aku sering menyendiri di malam hari. Ayah ibuku bekerja sepanjang siang mencari uang untuk kesembuhan yang tak ingin kudapatkan. Sudah kukatakan pada mereka, aku hanya akan pasrah dan siap kapanpun aku dipanggil Tuhan pulang. Aku tak ingin melihat mereka menderita karena aku. Biarkan aku saja yang menanggung semua penderitaan ini. Tetapi mereka tetap saja bekerja banting tulang hanya demi diriku yang tak berguna ini. Aku tak pernah meminta apapun dari mereka selain kembang api yang selalu kunyalakan disetiap malam - malamku. Cukup kembang api sudah membuatku bahagia. Kembang api yang memercikkan cahaya-cahaya indah untuk orang lain meskipun dirinya sendiri terbakar habis dan dibuang nantinya. 

AKU MENTARIWhere stories live. Discover now