[2] Sekar

289 21 1
                                    

Maaf ya kalau semisal ada kesamaan nama, tempat, ataupun kejadian.

Ini hanya khayalan belaka. Semoga suka dengan ceritaku <3

Btw, ini cerita yang udah dirombak, sedikit ada perombakan/revisi

Semoga sukaa Okeyyy

Jangan lupa untuk komen dan vote yang banyakk <3

_______________________________________________

Perempuan yang telah memakai seragam sekolahnya berdiri didepan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perempuan yang telah memakai seragam sekolahnya berdiri didepan cermin. Sambil bergumam sendiri melihat penampilan. Ia adalah Felicia Sekar Laurel, rutinitas paginya yang selalu bercermin setelah ia selesai menggunakan seragamnya itu agar penampilannya terlihat perfect.

"Perfect buat hari ini" gumamnya seraya masih bercermin dan menata rambutnya yang hitam legam itu.

Setelah selesai, ia pun segera turun kebawah untuk sarapan pagi bersama keluarganya. Disana sudah terkumpul ayah, ibu, dan adiknya yang tengah melahap sarapannya masing masing.

"Pagi" dengan nada dingin dan terkesan datar Sekar menyapa keluarganya yang sedang sarapan.

"Bisa gak tuh muka engga datar kayak triplek" sindir Sean. Ya memang Sean ini jengah dengan kakaknya setiap hari hanya bermuka datar terus tidak ada ceria cerianya. Adik Sekar yang hanya terpaut satu tahun dengannya. Rafael Sean Belden lengkapnya sang most wanted Altar. Sifatnya kebalikan dengan Sekar, Sean lebih cerewet dan jail.

"Udah udah, Sean jangan usik kakakmu terus. Cepat habiskan makanannya" kata Ana mama Sekar. Sedangkan Sekar yang disindir adiknya bersikap acuh dan langsung memakan makanan yang dibuat ibunya.

Tanpa perlu berlama lama lagi, Sekar segera berangkat ke sekolah menggunakan angkot. Bukannya Sekar tidak mempunyai mobil, bahkan ia mempunyai satu mobil dan satu motor matic nya pribadi. Sekar adalah anak dari pengusaha terkenal di Bandung bernama Belden's Group. Bahkan sudah bercabang hingga keluar kota. Tak diragukan lagi ia memang sangat kaya.

"Sekar berangkat dulu ma, pa" pamitnya seraya menyalami mama dan papanya. Tentunya tanpa melirik adiknya itu. Sudah dipastikan adiknya akan mengoceh lagi kepadanya.

"Eh lo gak mau pamit sama gue?" tanya nya dengan setengah emosi. Seraya mengambil tasnya yang berada dikursi dan ditentengnya ke pundak.

"Gak penting. Satu sekolah juga" katanya sambil melenggang cepat menuju pintu. Ia tidak mau terlambat di hari pertamanya sekolah.

"Oh iya gue lupa kalo satu sekolah" cengirnya kepada ayah dan ibunya. Dengan cepat ia menyalami ayah ibunya dan berjalan cepat menyusul kakaknya.

"Hati hati nak" ucap Ana kepada kedua anaknya.

Aiden (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang