Motor yang Gama kendarai melaju begitu cepat membelah kemacetan jalanan kota. Melo tertawa di belakang Gama sambil memegang jaket Gama dengan kuat.
Gama memberhentikan motornya tepat di depan rumah Melo.
"Delapan belas menit, tiga puluh dua detik," ucap Melo sambil menunjukkan ponselnya yang menampilkan stopwatch.
Gama membuka helm yang masih Melo gunakan. "Cuma beda dikit. Besok gue bawa lo lebih kebut lagi," kata Gama yang mendapat jitakan dari Melo.
"Lo mau ngajak gue mati bareng?" tanya Melo galak.
Sebelum mereka pulang tadi, tepatnya di parkiran sekolah Gama menantang Melo untuk menebak waktu yang akan mereka tempuh untuk sampai di rumah. Melo menebak dengan waktu 20 menit sedangkan Gama dengan waktu 17 menit.
"Nanti anterin gue nonton Leo tanding ya," pinta Melo dengan wajah memohonnya.
"Idih Males, sayang bensin gue," ucap Gama sambil menaruh helm yang tadi Melo pakai kedalam jok motornya.
Melo menekuk wajahnya sebal sambil menarik jaket Gama agar pria itu tidak bisa pergi. "Anterin, anterin, anterin," kata Melo memaksa.
Gama hanya diam tanpa mau menyahuti perkataan Melo. Sampai akhirnya Melo memukul helm yang masih Gama kenakan.
"Gama nyebelin," kata Melo sambil menghentakkan kaki dan meninggalkan Gama yang masih berada di depan rumahnya.
Gama tampak acuh sambil kembali menghidupkan motornya dan melanjutkan perjalanannya. Satu-satunya alasan Gama tak mau mengantar Melo untuk menemui Leo adalah kebodohan Melo. Kebodohan Melo yang terus saja bertahan dengan pria yang bahkan tidak tahu bagaimana cara memperlakukan wanitanya dengan baik.
Entah sudah berapa kali Gama menemukan Melo bersembunyi sambil menangis setelah menemui Leo. Tapi tetap saja pada akhirnya Melo akan tetap kembali pada Leo entah seberap buruk perlakuan pria itu padanya. Dan Gama muak akan hal itu.
Gama memberhentikan motornya di depan sebuah rumah. Bukan rumah Gama tentunya, rumah itu adalah rumah Jasmin. Atau lebih tepatnya dulu itu rumah Jasmin. Jasmin adalah teman Gama di sekolah menengah pertama. Jasmin cantik, suka membaca buku, sama seperti Gama. Gama sering menghabiskan waktunya bersama Jasmin, dia gadis yang sangat periang. Tawa Jasmin selalu mampu membius Gama untuk ikut tersenyum.
Ya, Gama menyukainya. Sangat. Tapi rasa itu tak pernah tersampaikan, hingga Jasmin pergi. Sampai saat ini Gama masih menunggu Jasmin kembali, untuk menyampaikan rasanya, untuk mengetahui balasannya.
***
Karena Gama tak mau mengantarnya akhirnya Melo datang sendiri ke pertandingan futsal yang diikuti Leo dan timnya. Melo duduk di tribun paling depan agar dia bisa menonton Leo lebih dekat.
Leo dan timnya masih berada di pinggir lapangan. Melo melambaikan tangannya pada Leo dengan semangat tapi Leo hanya meresponnya dengan wajah datar dan berpaling menatap teman-temannya. Melo menurunkan tangannya, mungkin tadi Leo tak melihatnya, ya Leo tak melihatnya. Melo mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Setelah beberapa menit menunggu Pertandingan akhirnya dimulai. Melo mulai meneriaki nama Leo sambil memberi semangat. Leo selalu berkarisma saat berada di lapangan. Walau Melo sedikit cemburu saat banyak wanita lain meneriaki nama Leo dengan hebohnya.
"Leoooo semangat!" teriak Melo kuat hingga Leo menoleh kearah gadis itu.
Melo tersenyum manis sambil melambaikan tangannya kearah Leo. Karena perhatian Leo yang terfokus pada Melo bola yang seharusnya diterima oleh Leo direbut oleh tim lawan. Leo berdecak kesal sambil kembali berlari menjauhi tribun Melo.