duapuluhtiga

1.4K 123 3
                                    

Gama baru saja bangun ketika sudah banyak suara bising dari luar tendanya. Dia melihat ke tenda Melo, gadis itu terlihat baru saja selesai mandi. Dia melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 08.30 AM.

Gama langsung bergegas mengambil alat mandinya dan membersihkan dirinya. Setelah selesai dia langsung bergabung bersama yang lainnya untuk sarapan.

Melo duduk bersama Kak Yusi dan teman-temannya, ada Raga juga disana yang terlihat mengobrol dengan Melo. Bang Dika menghampiri Gama yang baru saja datang. "Sarapan dulu Gam, abis itu kita siap-siap buat lampion, " ucap Bang Dika.

"Lampion apaan?" tanya Gama bingung.

"Masa lo gak tau lampion sih?" tanya Dika.

"Ya tau, tapi buat apa?" tanya Gama lagi.

"Ya buat di terbangin lah," jawab Dika.

Gama menggelengkan kepalanya kecil. "Ih gak ngerti gue kelakuan anak kampus sumpah random banget," ucap Gama yang mendapat jitakan dari Dika.

"Raga kayaknya lagi ngincer Melo tuh," tunjuk Dika dengan menggunakan lirikan matanya.

Gama hanya menatap kearah Melo sekalilas lalu dia mendengus sambil berbisik. "Nyesel gue ngajak Melo kesini," bisik Gama yang masih mampu di dengar oleh Dika.

Dika hanya tertawa kecil sambil meninggalkan Gama untuk menghampiri teman-temannya.

Gama menyelesaikan sarapannya tanpa mengobrol dengan Melo. Dia hanya memperhatikan Melo dari kejauhan yang saat ini masih mengobrol dengan Raga tanpa menyadari keberadaan Gama disana.

Saat pembuatan lampion Melo menghampiri Gama yang sedang melipat kertas-kertas. "Mau di bantuin gak?" tanya Melo.

Gama hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari Melo.

Melo berjongkok di samping Gama sambil tersenyum menatap pria itu. "Kenapa sih Gam? Diem aja kayak patung pancoran," canda Melo yang masih saja tidak di sahuti oleh Gama.

"Melo, mau gue ajarain buat lampion gak?" tanya Raga dari kejauhan.

"Gak usah Melo sama gue," ucap Gama yang membuat Raga mengedikkan bahunya.

Melo tertawa kecil sambil menatap wajah Gama yang datar. "Sensi banget lo sama Bang Raga. Heran," kata Melo sambil membantu Gama melipat kertas untuk membuat lampion.

"Lo seneng tapi kan di deketin sama dia?" kata Gama setelah sesi bungkamnya.

"Ih siapa bilang," jawab Melo tanpa menatap Gama.

"Bagus deh kalau lo gak seneng, tampang fuckboy tuh keliatan."

Melo hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya kecil. Melo menatap kearah Raga yang juga sedang membuat lampion bersama Kak Eca dan Salsa.

"Ngapain sih masih lo liatin, mending liatin gue aja nih," ucap Gama sambil mengapit wajah Melo dengan tangannya.

Melo menarik tangan Gama agar melepaskannya. "Gak mau lo jelek," kata Melo sambil melanjutkan kegiatannya.

"Sembarangan kalau ngomong," kata Gama tidak terima.

Melo hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Gama.

Malam hari setelah selesai makan malam baru lah mereka bersiap untuk menerbangkan lampion mereka. Sedari tadi Gama tidak membiarkan Melo jauh-jauh darinya juga memastikan bahwa Raga tidak berkeliaran di dekat Melo.

Saat melepaskan lampion mereka Gama bertanya pada Melo. "Apa harapan lo?" tanya Gama.

Melo menggelengkan kepalanya. "Gak boleh di kasih tau dong, nanti gak terkabul."

Gama terkekeh mendengar jawaban Melo. "Mau denger harapan gue gak?" tanya Gama.

"Enggak, nanti harapan lo gak terkabul," ucap Melo. "Gue pengen apapun yang lo harapin itu terkabul sama kayak harapan gue."

Gama hanya memganggukkan kepalanya sambil kembali menatap lampion yang terbang menerangi gelapnya langit malam. "Gue mengharapkan lo Melo," ucap Gama dalam hati.

***

Keesokan harinya mereka bersiap untuk pulang dan membereskan semua barang-barang mereka. Gama membantu Dika melipat tenda dan juga membersihkan sisa-sisa sampah mereka kemarin.

Setelah selesai dan saling berpamitan mereka pun pulang. Melo tertidur selama diperjalanan begitu pula dengan Kak Yusi yang ikut pulang bersama Dika.

"Gue sama Yusi jadian," bisik Dika yang membuat Gama terkejut.

"Yang bener lo?" tanya Gama.

Dika hanya menganggukkan kepalanya pelan. "Jangan kuat-kuat nanti mereka bangun," bisik Bang Dika lagi.

"Lo sama Melo gimana?" tanya Bang Dika.

"Gimana apanya?" tanya Gama sambil memalingkan wajahnya dari Bang Dika.

Bang Dika tertawa kecil. "Udah deh Gam, gak usah muna. Keburu dia di ambil yang lain," kata Dika memperingati Gama.

Gama hanya diam sambil menatap keluar jendela.

***

Seminggu setelah acara camping Gama dan Melo baru kembali bertemu saat Gama mengajak Melo keluar. Mereka sekarang ada di sebuah taman yang tak jauh dari rumah Melo. Sedari tadi mereka membicarakan persiapan ujian tes masuk universitas hingga keheningan menghampiri mereka.

Gama tiba-tiba teringat dengan ucapan Dika saat mereka pulang Camping waktu itu. Apa sebaiknya dia mengutarakan dengan jelas perasaannya pada Melo sekarang? Tapi Gama takut Melo tak merasakan hal yang sama padanya. Tapi bagaimana Gama bisa tahu kalau dia belum mencobanya.

"Oy diem aja," ucap Melo yang menyadarkan Gama dari lamunannya.

"Kenapa sih?" tanya Melo.

Gama hanya menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan napasnya pelan.

"Mel seandainya Raga kemarin nembak lo gimana?" tanya Gama.

Melo tertawa mendengar pertanyaan Gama. "Apaan coba gak ada angin gak ada ujan lo nanya kayak gitu."

"Ya penasaran aja, kayaknya dia suka sama lo deh," ucap Gama.

"Emmm gimana ya? Enggak deh, gue baru kenal dia soalnya," kata Melo.

"Kalau gue?" tanya Gama.

Melo menatap Gama bingung. "Kalau lo apaan?" tanya Melo.

"Kalau gue yang nembak lo?"

Lagi-lagi Melo tertawa mendengar pertanyaan Gama. "Ya gak mungkin lah, lo kan sahabat gue. Emang lo mau sama gue?" tanya Melo masih sambil tertawa.

Gama terkekeh mendengar jawaban Melo. "Ya sahabat," bisik Gama. "Lo bakal jawab apa?" tanya Gama.

Melo menatap menerawang kelangit cerah diatasnya. "I don't know, lo tau Gam bahkan gue gak pernah kepikiran untuk jatuh cinta saat ini. Rasa takut gue lebih besar dari pada keinginan gue untuk kembali jatuh cinta," ucap Melo jujur.

"Itu berarti gak ada kesempatan buat gue kan Mel?" tanya Gama dalam hatinya.

"Ah gue jadi sedih gini, lo sih ngasih pertanyaan ada-ada aja," ucap Melo.

Gama hanya menatap Melo dan kali ini dengan tatapan yang berbeda. Melo menyadari itu, tapi tidak pandai menerjemahkan artinya.

***

Almost (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang