Gama sedang tertawa-tawa di atas kasurnya sambil membalasi chatt dari Jasmin. Namun panggilan dari Dika muncul di layar ponselnya membuat Gama berdecak kesal.
"Ngapain sih bang Dika ganggu aja," ucap Gama sambil mengangkat telponnya.
"Halo Bang, kenapa?"
"Halo Gam. Gam gue liat Melo nih sama cowok kayak berantem gitu di parkiran cafe. Melo kayak risih banget gitu deh mana dia ditarik sama itu-"
Gama langsung teringat pada Leo, apa yang pria itu lakukan pada Melo. "Lo dimana Bang?" potong Gama saat Dika masih berbicara.
"Di Cafe deket kampus gue. Eh Gam si Melo dibawa sama cowok itu, gimana nih gue ikutin gak? Gue kayak punya bad feelings gitu ke Melo," ucap Dika.
"Ikutin Bang, shere location ya. Gue berangkat," ucap Gama dan dia langsung keluar dari kamarnya dan melupakan chatt Jasmin untuk sesaat.
Gama pergi dengan motornya. Dalam hatinya jika Leo sampai melakukan hal yang buruk pada Melo dia tidak akan memaafkan pria itu. Gama sudah cukup menahan sabarnya untuk tidak memukuli Leo saat pria itu membuat Melo menangis.
Tak lama dari itu ponsel Gama bergetar kemudian muncul notifikasi pesan dari Dika. Gama menepikan motornya sebelum dia membuka pesan dari Dika, pria itu mengirimkan lokasi terkininya pada Gama. Gama langsung mengecek lokasi Dika dan kemudian tampak bingung.
Lalu kecurigaan hingga pikiran-pikiran negatif mulai muncul di dalam kepala Gama. Pria itu langsung kembali menjalankan motornya menuju lokasi yang Dika kirimkan. Jika dugaannya benar, maka habislah Leo hari ini.
Melo tampak bingung saat Leo membawanya ke tempat yang terlihat cukup aneh buat Melo. Melo tak tahu tempat macam apa itu, dia mulai khawatir. Dirinya yang sedari tadi sudah takut jadi tambah takut karena hal ini.
"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Melo.
Leo hanya diam tak menjawab ucapan Melo.
"Leo! Ini dimana?" Melo mulai panik karena daerahnya sangat sepi dan asing buat Melo.
"Gue udah bilang kan kalau lo gak boleh pergi dari gue," ucap Leo dengan tatapan yang tak bisa Melo artikan.
Mereka berhenti disebuah bangunan tersembunyi yang berada di tempat yang sepi itu. Melo melihat ada beberapa pria bertato yang masuk kedalam sana. Walaupun Melo belum pernah masuk kedalam sana Melo yakin di dalam bangunan itu sangatlah menyeramkan.
Tanpa Melo sadari Leo sudah turun sedari tadi. Dia menarik tangan Melo untuk turun dan mengikutinya. Melo menolak dengan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Leo.
"Leo lepas gak!"
"IKUT GUE!" Bentak Leo.
"Gak mau! Lepas gak! Atau gak aku teriak," ucap Melo yang membuat Leo kembali kesal.
Dia mendorong Melo hingga tubuh gadis itu menumbur dinding bangunan itu. Dengan matanya yang memerah Leo menatap Melo yang terlihat takut.
"Aku mau pulang Le," bisik Melo sambil memejamkan matanya takut.
Nafas Leo terdengar memburu kedua tangannya menghimpit tubuh Melo agar gadis itu tidak dapat pergi. Perlahan tangannya mengelus wajah Melo hingga gadis itu menangis.
"Sttt jangan nangis Melody," ucap Leo yang membuat Melo membuka matanya.
Leo mencengkram rahang Melo dan membawanya mendekati wajahnya. Melo menahannya namun cengkraman Leo semakin menguat.
"Leo please jangan," ucap Melo dengan cukup sulit karena rahangnya yang dicengkram oleh Leo.
Melo takut, dia tahu Leo akan melakukan hal gila padanya. Melo benar-benar tak bisa bergerak. Tubuhnya terasa membeku, Melo hanya bisa menangis berharap Leo mengasihani dirinya.