Melo sedang duduk di depan kaca kamarnya saat motor Gama terlihat memasuki halaman rumah Melo. Gadis itu tampak bingung dan sesekali mengucek matanya memastikan bahwa dia tidak salah lihat.
Melo masih diam dikamarnya betanya-tanya sendiri kenapa Gama menghampirinya setelah selama ini mendiaminya. Lalu dari pintu kamar Melo Mamanya muncul, Melo tahu tujuannya untuk memberi tahu bahwa Gama datang.
Melo menghampiri Gama yang sudah duduk di ruang tamu rumahnya. Melo hanya diam berdiri menatap Gama yang menyadari kehadirannya.
"Hai," kata Gama dengan begitu canggung hingga Melo menaikkan satu alisnya mewakilkan kebingungannya.
Gama berdeham sambil membenarkan posisi duduknya. Seakan baru mengenal Melo beberapa waktu lalu, pria itu tampak begitu canggung.
Masih di posisi yang sama Melo berkata. "Ada perlu apa?" tanya Melo to the point tanpa wajah ramahnya tentunya.
Gama menghela napasnya pelan. Lalu menatap Melo dan berkata. "Maaf," ucap Gama dengan suara kecilnya.
Melo masih menatap Gama dengan wajah dinginnya. Padahal dalam hatinya Melo tertawa melihat betapa awkwardnya sikap Gama.
"Maaf ya," ucap Gama sekali lagi.
"Udah gitu aja?" tanya Melo.
Gama lagi-lagi menghela napasnya dan menundukkan wajahnya. Melo benar-benar merasa gemas hingga dia menyerah dan menghampiri Gama sambil merangkul bahunya dari samping. Sekesal apapun Melo pada Gama dia benar-benar tidak bisa tidak memaafkan sahabatnya itu.
"Lo itu manusia termenyebalkan yang pernah gue kenal, tau gak," ucap Melo yang membuat Gama terkekeh.
Gama mengajak Melo untuk jalan-jalan didekat rumah Melo karena disana ada sebuah taman yang tidak begitu besar namun cukup tenang untuk dijadikan tempat mengobrol.
Melo bertanya pada Gama kemana saja pria itu menghilang selama ini. Gama bilang dia sedang sibuk latihan untuk pertandingan tekwondo yang akan dia ikuti minggu depan. Gama juga bercerita setelah dia menelpon Melo malam itu dia juga kembali menghubungi Jasmin walau gadis itu kembali tidak membalasnya. Hingga beberapa hari kemarin Gama melihat di akun sosial media Jasmin dia memposting fotonya bersama seorang pria. Gama mencari tahu siapa pria itu sampai akhirnya dia menemukan foto Jasmin di akun sosial media pria itu, dari sana Gama yakin bahwa pria itu adalah pacar Jasmin. Gama tidak mengerti, kenapa Jasmin memberinya harapan ketika dia sudah memiliki kekasih. Gama menyadari kebodohannya, dia mendiami Melo hanya untuk Jasmin dan itu benar-benar bodoh.
"Sad boy," ucap Melo sambil menepuk pipi Gama pelan.
Gama hanya tersenyum kecil. "At least, gue udah pernah nyoba memenangkan dia kan," ucap Gama.
Melo tertawa kecil sambil menganggukkan kepalanya. "Love make us blind," ucap Melo yang disetujui oleh Gama.
Lalu setetes air jatuh mengenai hidung Melo. Wajahnya terangkat menghadap langit yang tanpa Melo sadari sudah berubah menjadi mendung. Dari satu tetesan bertambah menjadi dua tetes, dari dua tetes bertambah menjadi tiga tetes, kemudian disusul oleh tetesan yang lainnya.
Hujan turun saat mereka masih berada di taman itu. Tanpa ada niat untuk lari mencari tempat berteduh, Melo terus mendengak sambil memejamkan matanya. Bibir Melo terangkat memebentuk sebuah senyuman saat tetesan hujan itu terasa semakin banyak mengenai wajahnya.
"Kapan terakhir kita hujan-hujanan Gam?" tanya Melo sedikit berteriak.
Gama hanya mengedikkan bahunya lalu menarik tangan Melo menuju tengah taman. Melo tertawa melihat Gama yang sudah basah kuyup sama seperti dirinya.
"Gue gak peduli kalau orang-orang bilang gue kayak anak kecil," ucap Melo pada Gama.
"So do i," ucap Gama sambil ikut tertawa.
Melo berlari seakan mengejar hujan, tangannya terangkat mencoba menggapai langit yanga bahkan mustahil untuk dia gapai. Berlari mengelilingi taman seperti anak kecil yang kegirangan karena bermain hujan. "Gamaaaa gue gak pernah merasa sebebas ini sebelumnyaa," ucap Melo berteriak.
Gama hanya memperhatikan Melo dari tengah taman sambil tersenyum. Kemudian dia melihat Melo berlari menghampirinya dan menarik dirinya untuk ikut berlari bersama Melo. Gama menurutinya, mengikuti langkah Melo kemanapun gadis itu membawanya.
Melo berhenti berlari lalu menatap Gama dan bertanya. "Kalau hujan bisa denger ucapan lo, lo bakal ngomong apa?"
Gama tampak berfikir lalu berkata. "HUJAN! GUE KEHILANGAN ORANG YANG SELAMA INI GUE TUNGGU TAPI ITU BUAT GUE SADAR KALAU GUE MASIH PUNYA MELO YANG GAK PERNAH NINGGALIN GUE," ucap Gama sambil berteriak.
Melo menatap Gama sambil tertawa kecil. "HUJAN! MELO KEHILANGAN ORANG YANG PERNAH MELO SAYANG TAPI ITU BUAT MELO SADAR KALAU MELO MASIH PUNYA GAMA YANG SELALU ADA BUAT MELO," ucap Melo yang juga membuat Gama tertawa kecil.
Gama merangkul pundak Melo sepanjang jalan menuju rumah Melo. Hingga setibanya dirumah Melo Gama dan Melo langsung diberi handuk oleh Mama Melo untuk mengeringkan tubuh mereka.
"Mama kira ada apa-apa sama kamu dijalan, taunya malah main hujan-hujanan," ucap Mama Melo sambil memberikan susu coklat panas untuk Melo dan juga Gama yang duduk di depan ruang tv dengan baju basahnya.
Melo tertawa. "Gama yang ngajak hujan-hujanan," ucap Melo dengan wajah tanpa dosa.
Gama membulatkan matanya menatap Melo. "Atas keputusan bersama ya," ucap Gama tak mau kalah.
"Kalian berdua tuh sama aja, kayak anak kecil," ucap Mama Melo yang membuat Melo tertawa kecil.
"Gama pakai baju Om dulu ya? Tante gak punya anak cowok nih dirumah jadi tante bingung," ucap Mama Melo menawari Gama untuk mengganti bajunya.
Melo tertawa membayangkan Gama menggunakan baju Papanya.
"Gak usah deh Tan, Gama pulang aja udah terlanjur basah gini," ucap Gama.
"Nanti kamu sakit loh," ucap Mama Melo dengan tatapan khawatir.
"Gakpapa deh Tan, udah sore juga nanti Bunda nyariin," ucap Gama.
"Iya deh anak Bunda, hati-hati ya. Salam sama Bunda cantik tapi tetep cantikan Mama gue," ucap Melo sambil mengantar Gama kedepan.
Gama hanya terkekeh mendengar ucapan Melo. Dia benar-benar pulang saat itu, dalam keadaan yang sudah basah dan hujan yang belum juga menunjukkan tanda bahwa dia akan segera berhenti.
***