Mianhae

127 9 2
                                    

Aku terbangun saat tengah malam setelah aktifitasku tadi sore dengan Taehyung. Dia masih tertidur pulas disampingku. Aku ingin keluar sebentar menikmati udara sejuk di puncak ini karena aku belum sempat kemana-mana saat tiba disini. Aku merapikan rambutku dan berjalan keluar dari kamar ini tidak bermaksud membangunkan Taehyung.

Aku meneguk minuman kaleng soda dingin di lereng puncak sambil menikmati pemandangan lampu-lampu dari rumah penduduk yang ada di bawah sana. Aku bersandar dipagar pembatas benar-benar menikmati pemandangan alami yang Tuhan ciptakan untuk kita agar bisa dinikmati.

"Hey, kau disini ?" Aku menoleh dengan seseorang yang sekarang berada disebelahku. Ia tersenyum kepadaku sambil membawa minuman soda sepertiku.

"Kau tidak tidur, Jung ?"

"Kau sendiri tidak tidur heum ?" Dia malah balik bertanya kepadaku sambil menatap kearah depan. Aku sedikit meliriknya, matanya terlihat teduh, hidung mancungnya menggemaskan dan bibirnya sangat... ia sambil meneguk minuman yang ia bawa.

"Aku tidak bisa tidur, makanya aku kesini. Kau sendiri ?"

"Aku juga tidak bisa tidur karena kalian sangat berisik tadi." Astaga Jungkook, aku ingin sekali menampar mulutnya, tapi tidak berniat sama sekali. Aku hanya memutarkan bola mataku malas. "Pasti Taehyung hyung kehabisan tenaga. Makanya dia tidur." Dasar anak ini.

"Jung, bisakah kita membahas hal yang lain ?" Entah kenapa aku benar-benar malas sekali membahas ini. Malu juga dengan Jungkook.

"Kenapa ?" Tanyanya tanpa menoleh kearahku.

"Memangnya kenapa ?" Aku balik bertanya dengannya.

"Kau ingin aku membahas apa ?" Jungkook menoleh kearahku dengan ekspresi yang sulit aku artikan. Ada apa dengan anak ini.

"Sudahlah Jung, aku benar-benar tidak mood saat ini." Aku membuang kaleng sodaku yang sudah kosong, berniat meninggalkan Jungkook disini.

"Kalau aku menyukaimu bagaimana ?" Saat itu juga langkahku terhenti, aku balik badan menghadap Jungkook yang masih setia bersandar di pagar pembatas.

"A-apa ?" Kemudian aku tertawa dengan leluconnya yang menarik perhatianku.

"Aku sama sekali tidak bercanda, Yoona." Dia menatapku dengan tatapan tajam.

"Tapi aku merasa kau sedang bermain-main denganku, Jung." Aku tertawa keras. "Aku sedang tidak mood meladeni leluconmu itu." Aku balik menatapnya tajam.

"Apa yang kau anggap lucu itu, Yoona. Apa kau tidak bisa membedakan mana yang serius mana yang tidak ?"

"Apa yang membuatmu menyukaiku ?"

"Apa kau butuh alasan ?"

"Tentu." Aku benar kan, kalau aku memang butuh sebuah alasan agar aku tau bagaimana bisa dia menyukaiku.

"Sudahlah, kembalilah ini sudah malam." Dia berbalik badan menghadap pagar pembatas memandang pemandangan dibawah sana. Aku yakin ia kesal dengan jawabanku.

Aku menarik nafas kemudian membuangnya. Aku berjalan mendekat kearah Jungkook yang sedang bergelut dengan pikirannya. Aku mencoba meraih tangannya yang dingin akibat udara malam di puncak ini, ia menoleh kearahku dengan herannya. Aku menunduk menatap tangannya yang aku genggam.

"Maafkan aku, Jung. Aku membuatmu kesal." Aku memberanikan diri untuk mengecup punggung tangannya.

Tangan kanannya ia lepas dari genggamanku, beralih memegang wajahku, aku reflek mendongakkan wajahku untuk menatapnya. Aku lihat ia tersenyum manis denganku sebelum akhirnya ia menciumku dengan sangat lembut. Kita sama-sama tersenyum diantara ciuman manis ini. Aku eratkan pelukanku dengan Jungkook, benar-benar menikmati waktu ini. Aku berharap Taehyung masih tidur di kamar. Jika tau, habislah aku. Jungkook melepaskan pautan bibir kami, ia menyelipkan rambutku yang berantakan akibat angin malam.

"Saranghae." Dia tersenyum dan mengecup bibirku sekilas. Aku memilih memeluknya lagi, entah kenapa aku benar-benar senang saat ini. Mood burukku hancur bersama waktu manis ini. "Kita kembali kekamar, ini sudah malam." Aku mengangguk menuruti kalimatnya.

Aku membuka pintu kamarku, menemukan Taehyung yang sedang bermain game diponselnya. Aku khawatir ia tau apa yang sudah aku lakukan diluar sana. Taehyung meletakkan ponselnya di nakas sebelah ranjang, ia mengerucutkan bibirnya sambil memandangku sebal.

"Kau dari mana ?"

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku keluar sebentar." Entah kenapa moodku sekarang mulai tidak enak lagi.

"Aku kedinginan dari tadi." Aigoo, apa ini masalah besar Taehyung.

"Kau bisa pakai selimut kan Tae."

"Tidak bisa. Aku ingin kau saja, bukan selimut." Aku mengerti dari kalimat yang ia maksud.

"Aku tidak mau, sekarang pergi tidur lagi dan pakai selimut ini." Aku menepuk jidatnya keras setelah itu aku memilih menarik selimut ingin segera tidur. Tidak peduli dengan Taehyung yang saat ini sedang menggerutu dan mengomel pelan. Dasar !!!

Aku masih belum tertidur, tapi mataku aku pejamkan. Aku sedikit tersenyum mengingat beberapa waktu yang lalu bersama Jungkook. Aku memutar rekaman didalam otakku bagaimana awal pertemuan kita sampai saat ini. Jungkook adalah laki-laki yang bisa membuatku benar-benar nyaman meskipun kita terbilang baru kenal. Hatiku meringis sakit saat kenyataan mengingatkanku dengan laki-laki yang saat ini berada disampingku, satu ranjang dan satu selimut denganku. Iya, Taehyung. Entah, dia masih kekasihku atau tidak, saat ini aku tidak mengerti status kami. Jika memang aku masih kekasihnya, perasaanku saat ini tidak sama dengan perasaanku yang dulu saat kali pertama kita bertemu. Jangan salahkan aku atau siapapun, Taehyung lah yang pantas aku salahkan. Taehyung lah yang membuat perasaanku memudar kepadanya. Taehyung juga yang sudah membuat hatiku patah dan sakit selama ini. Hubungan kita sangat manis hanya diawal saja. Menurut Taehyung mungkin hubungan kita sangat manis sampai saat ini, bahkan melebihi manis saat aku berada dibawahnya. Aku tidak tau, benar-benar bingung.

TBC

Singkat aja ya ceritanya, lagi kalut nih ehek..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHICH ONE (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang