puisi untuk tuan

68 4 0
                                    

Mentari yang kehilangan sinarnya
Angin yang sudah kelelahan
Jejak yang semakin hari, semakin tak terlihat
Raga yang mati, jiwa yang terus menangisi

Entah apa?
Entah siapa?
Entah kapan?
Entah bagaimana?
Entah dimana?
Entah mengapa?

Sosok manusia yg terus tergelayut dalam lamunan itu kian menyusut
Mata yang setiap saat kutatap, kini berubah menjadi maut
Senyuman saat kali terakhir kulihat, itu adalah senyuman terbohong dalam hidupnya

Suara yang terus menyambar dalam gendang telinga
Meneriaki palung nurani terdalam
Dengan mendayu-dayu, memanggil nama sang pemilik kalbu

Puisi tentang KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang