Tempat Baru

186 21 1
                                    

Suasana di sekitaran Pondok Pesantren Ar-Rahman sangatlah ramai, mengingat ini merupakan tahun ajaran baru bagi dunia pendidikan.

Sama halnya Aisyah yang memutuskan untuk melanjutkan studinya di sini, di tempat yang menjadi tujuannya saat ini.

Ada banyak mobil terpakir di halaman parkiran ponpes tersebut, ada santriwan atau santriwati yang menggeret koper untuk memasuki lingkungan baru, ada juga ibu-ibu yang sekedar menelpon kerabatnya bahwa anak mereka telah memasuki pondo pesantren tersebut.

Namun, tidah seperti Aisyah. Ia ke sini hanya ditemani oleh seorang Kakak perempuan yang sangat menyayanginya, baginya tidak masalah jika bunda tidak sempat untuk mengantarnya ke sini. Cukup Kak Nay saja itupun ia bahagia.

"Kamu ingin ya kayak mereka? dianter sekeluarga besar?" Nayla membuka percakapan yang sedari tadi bungkam.

"Iya kak, tapi Fatimah juga bersyukur kok kakak mau luangin waktunya buat nganter Fatimah ke sini"

Ada rasa haru tak terbendung di ruang kalbu Nayla, bercampur rasa sesak mengingat ibunda tercintanya.

Ia bersyukur, memiliki adik yang mempunyai hati sekuat baja, setegar pohon yang jika di hembus oleh semilir angin tidak akan tumbang.

Setelah mereka bercakap-cakap dan pastinya menghabiskan waktu yang sebentar lagi akan memisahkann mereka lewat jarak, Namun tidak untuk doa

Pengumuman untuk mengambil undian kamar pondok menggema di seluruh penjuru antero pondok pesantren Ar-Rahman.

Baik Nayla ataupun Aisyah, mereka bergegas ke pusat suara untuk mengambil nomor undian itu, berharap Aisyah mendapat teman sekamar yang baik lagi seru, karena seingat yang ia baca di laman blog seseorang, katanya kita akan menemukan teman sekamar yang tidak sefrekuensi dengan kita, tapi itu kan katanya.

Setelah mengambil kertas berwarna merah muda dan membukanya, ternyata ia mendapat kamar A7. Ia pun langsung ke kamarnya untuk membereskan barang bawaanya

Setelah memasuki kamarnya, akward, satu kata untuk kondisinya sekarang. Ia menjadi pusat perhatian teman sekamarnya. Jujur, ia risih jika harus di pandang dari ujung mata sampai ujung kaki. Namun kejadian itu tak berlangsung lama seperti di sinetron pada umumya.

"Assalamualaikum ukhti, Kamar sini?" Tanya salah satu perempuan yang terlihat ramah dengan menggunakan gamis dan khimar berwarna maroon

"Eh iya maaf, Waalaikumussalam. Iya saya kamar sini, Nama saya Aisyah" Ucapnya dengan gelapan sambil memperkenalkan diri

"Aku Syifa, Ini Naura, masih ada satu tempat lagi yang belum ditempati" sambil menunujuk ranjang bawahnya

"Hai, Aku Naura! salam kenal ya!" ucapnya bersemangat sambil tersenyum ria

"Ah ya, mari masuk" Ucap Syifa mempersilahkan Aisyah masuk

Ternyata Situasi yang akan Aisyah bayangkan tidak terjadi untuk hari ini, semua teman kamarnya baik dan ramah tamah, ia pun menyusun baju yang ia bawa ke lemari yang sudah di sediakan. Sedangkan Nayla, Ia membelikan Aisyah makanan ringan untuk bekalnya beberapa hari kedepan

***

Semburat cahaya jingga sudah menampakan sinarnya tanpa malu, menandakan sang mentari akan kembali beristirahat ke peraduanya dan akan di gantikan oleh sang rembulan.

Begitu juga Nayla ia harus kembali pulang ke rumahnya setelah mengantarkan Aisyah, adiknya masuk Ponpes

Ada rasa haru tak terbendung dan memupuk di pelupuk mata Nayla, Bulir bening jatuh begitu saja tanpa izin membentuk sungai di wajah cantinknya melepas kepergian sang adik untuk sementara

Mereka berpelukan lama, sangat lama. Seakan dari keduanya tak ingin lepas, tak ingin berpisah. Berharap sang waktu memaklumi mereka dan berhenti sejenak saja

"Jaga diri baik-baik yah!" ucapnya, sambil mencium puncak kepala Aisyah dan berusaha melepaskan pelukannya. Namun yang Aisyah tetap diam dengan masih memeluk Nayla.

"Kakak ikut aja, sama aku" Nayla pun tertawa mendengar permintaan sang adiknya

"Bagaimana dengan kuliah kakak?" Namun yang ditanya memilih bungkam dan menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan sang kakak.

"Para wali diharapka meninggalkan asrama putri 5 menit lagi, dikarenakan persiapan untuk sholat maghrib"

Aisyah semakin mengeratkan pelukannya kepada sang kakak, begitupun juga sebaliknya.

"Kita bertemu 3 bulan lagi?"

Aisyah tersenyum dan mengangguk, berharap 3 bulan akan datang secepatnya.

Nayla melepaskan pelukannya, mencium adik semata wayangnya itu, memandangnya sebentar lalu berpelukan lagi, Huft... Rasanya ia tidak sanggup meninggalkan Aisyah disini, namun mau bagaimana lagi? Ini pilihan adiknya.

Aisyah menunggui Nayla sampai menghilang dari gerbang asrama putri, dan berdoa untuk keselamatan kakaknya kepada sang semesta, dan tentunya berdoa semoga 3 bulan kedepan bisa ia lewati dengan mudah tanpa hambatan.

"Ayo, siap-siap nanti kena marah ustazdahnya" Syifa, yang mencoba menghibur Aisyah, menyadari bahwa hati teman sekamarnya itu sedang tidak baik

Mereka bergegas ke kamar dan bersiap-siap untuk ke masjid menjelang waktu maghrib

***

Assalamualaikum readers 😊
Alhamdulillah banget bisa update :')
Sebelumnya aku mau bilang banyak terimakasih untuk yang mau baca, vote dan juga komen, makasih juga yang udah setia nungguin ini gak tau sampai kapan akan tamat :')

Tanpa kalian aku gak akan semangat melanjutkan ini cerita, luv deh untuk readers kuh hehe

Oh ya, Cerita ini akan ganti judul dan juga mengalami beberapa revisi ataupun perombakan alur

Doakan aku semoga konsisten untuk melanjutkan cerita ini ya :)

Satu lagi, Marhaban yaa ramadhan
Mohon maaf karena aku banyak salah ketika menulis ataupun update cerita dan apapun itu :)

Sekian,

Shafadila
Palembang, 22 April 2020

Hijrah : [Fatimah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang