02. New Neighbor

15.6K 1.4K 315
                                    

Kindly vote and comment!!!

***

Sang baskara sudah mulai menampakkan sandya-nya, pancaran sinar terang itu menembus lewat sela-sela kecil di jendela kamar Natya.

Natya saat ini masih setia bergelung dengan selimut tebalnya di atas kasur, tidak ada kelas pagi membuat Natya semakin bermalas-malasan. Padahal kini sudah pukul enam pagi, akan tetapi perempuan itu masih setia di atas kasurnya, padahal biasanya anak itu sudah sangat aktif, seperti lari pagi dan menyapa orang-orang komplek, menyapu halaman atau siap-siap untuk berangkat kuliah. Tapi entah mengapa hari ini rasa malasnya meningkat berkali-kali lipat dari biasanya. Semalam Natya begadang karena menonton drama korea dan dia maraton sampai jam tiga pagi, ya begini lah jadinya, Perempuan itu masih mengantuk. "Aduh, mata gue nggak bisa di buat melek..." gumam Natya dengan mata yang mengerjap berulang kali karena merasa silau dengan Cahaya yang masuk kedalam kamarnya dan juga matanya terasa sangat berat ketika dibuka. Perempuan itu menatap jam yang ada di atas meja nakas sebelah kasurnya dengan mata yang menyipit, "masih jam enem mending gue tidur lagi..." gumamnya.

Hari ini Natya ada bimbingan kelas bersama dosen jam sebelas siang, jadi Natya memutuskan untuk tidur lagi saja dari pada nanti saat bimbingan dia mengantuk, lumayan kan masih ada beberapa jam untuk tidur, namun saat baru saja hendak memejamkan matanya kembali tiba-tiba Natya dikejutkan dengan nada suara ponselnya yang berbunyi dengan keras. Ternyata bapaknya alias pak Sulthan yang meneleponnya.

Natya menghela napasnya pelan, dengan malas perempuan itu menerima panggilan dari bapaknya. "Hal—"

"Pasti baru bangun tidur ya Tut kamu??" sambar bapak dengan cepat.

"Hmm, ada apa pak? Kenapa telfon?? Ini masih pagi." Kata Natya dengan mata setengah memejam. Perempuan itu menempelkan ponselnya di atas telinganya lalu dia kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai leher.

"Tut??"panggil bapak lagi.

"Apa pak?? Manggilnya jangan Tat Tut Tat Tut gitu dong pak, Natya aja! Aku kan udah besar." Kata Natya protes, bapaknya itu suka sekali memanggil Namanya dengan panggilannya saat kecil.

Terdengar suara bapak yang sedang tertawa, "dimata bapak itu kamu masih putri kecil bapak Tut, nggak akan besar." Katanya membuat Natya mendengus dengan mata terpejamnya.

"Putri kecil bapak, kaya Ivan Gunawan aja. Tut tat tut tuh aneh tau pak, kaya suara kereta, mending juga Natya aja" sahut Natya dengan malas, "kenapa pak??" tanyanya.

"Bapak udah transfer buat kamu Tut, cek dulu coba masuk apa enggak," kata bapak yang langsung membuat Natya membuka matanya lebar-lebar.

Tumben sekali, ada apa ini....

"Ih, pak kok tumben bapak transfer ke Natya tanpa di minta dulu??" ucap Natya merasa heran, "bapak mau ngapain hayo?? Mau jodohin aku sama anaknya siapa lagi??" tuding Natya curiga. Natya merasa ada maksud tersembunyi dari ini semua, karena bulan lalu juga seperti ini.

"Pikiran kamu jelek banget Tut, ya bapak kan mau ngasih uang jajan buat anak bapak..." sahut bapak.

Natya menghela napasnya pelan, "dua hari yang lalu kan uang bulanan Natya baru bapak kirimin, terus ini buat apa??? Pasti bapak ada maunya ya??" tanya Natya, Perempuan itu bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar kamar, tenggorokannya terasa sangat kering sekarang.

"Ya itu buat kamu jajan sama temen-temen kamu Tut, panggil bapak dedi dong, kan baru aja di transfer. Biar keren manggilnya dedi..." pinta bapak. Bapak ini memang banyak maunya!

Natya terkekeh mendengarnya, "makasih ya ded..." jawab Natya menurut.

Akhirnya bapak tertawa, "sama-sama cintaku, manisku kabupatenku..." sahut bapak yang lagi-lagi membuat Natya tersenyum. "Kenapa kamu nggak nanyain kabar dedi Tut?? Dedi, ikan sama kambing-kambing kangen loh Tut sama kamu." Titah bapak.

New NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang