Berjam-jam mendekap gitar, tak satu pun lagu Ayek nyanyikan sampai selesai. Meskipun jari-jarinya lincah memainkan senar, suaranya juga sesuai nada, tapi tak ada penjiwaan sama sekali. Raganya di sini, tapi pikirannya terbang tak tentu arah. Hatinya resah, senada dengan awan tebal yang menggantung pasrah.
Hujan tinggal menunggu waktu saja untuk turun. Seperti seseorang yang katanya siang ini akan datang. Orang itulah yang membuat Ayek gelisah. Ia tak menginginkan 'calon tamu' itu, tapi ia ingin segera bertemu agar urusannya cepat selesai, agar kegelisahannya segera hilang.
Sejak pindah ke rumah ini, hanya ada tiga macam orang yang bertamu ke rumah Ayek. Pertama, orang meminta uang. Kedua, orang berwajah galak. Ketiga, orang meminta uang dengan wajah galak. Mereka adalah orang yang sama, yaitu Debt Collector.
Jika diharuskan memilih antara: bisa makan tapi punya hutang atau susah makan tapi hati tenang, maka Ayek akan membuat pilihan ketiga, yaitu bisa makan dengan hidup tenang. Tetapi hidup tidak selalu seperti yang diharapkannya. Sejak kecil ia terbiasa senang. Orang tuanya kaya. Hampir semua yang ia inginkan tercapai. Sampai akhirnya semua berubah drastis ketika ayahnya jatuh sakit selama belasan tahun. Satu per satu harta keluarganya dijual untuk biaya pengobatan. Bahkan ketika meninggal, ayahnya mewariskan hutang yang cukup besar.
Beruntung, Ayek bukan tipe anak manja. Meskipun menjadi anak tunggal, ia terdidik untuk selalu hidup sederhana, terlatih mengerjakan segala sesuatu secara mandiri, dan terbiasa bersyukur dalam segala situasi.
Rumah mewah, satu-satunya harta peninggalan ayah yang tersisa sudah disita bank karena tidak mampu membayar pinjaman. Terpaksa Ayek dan Zaenab, ibunya, mencari rumah kontrakan agar tetap bisa berteduh. Di sinilah ia sekarang, menempati rumah mungil di Slawi, sebuah kota kecil di bagian barat Jawa Tengah.
Pindah alamat, membuat Debt Collector marah. Ayek dituding menghindari tanggung jawab. Jika dulu cara menagihnya secara halus, sekarang galak. Bahkan kadang tidak segan mengancam akan menggunakan kekerasan. Semua dihadapi Ayek dengan sabar.
Dulu, ketika rumah disita bank, Ayek mengira semua urusan hutang telah selesai. Ternyata pinjaman pada sebuah koperasi simpan pinjam masih cukup besar jumlahnya. Yang membuat ia tak habis pikir adalah kenapa bank sekecil itu memiliki Debt Collector yang cukup galak?
Hari ini jatuh tempo, sehingga ketika ada seorang perempuan muda sedang berdiri di ambang teras rumahnya, Ayek menduga, seandainya orang itu bukan sedang mencari alamat, kemungkinan adalah istri si Debt Collector. Tetapi ia buru-buru meralat dugaannya demi melihat sang tamu menenteng tas kresek.
"Ummi ada?" tanya perempuan muda itu kepada Ayek.
Pandangan Ayek menyisir tubuh si penanya, dari rambut sampai sandal jepit. Dari penampilannya, ia yakin perempuan itu bukan penagih hutang. Namun, untuk memastikan, ia bertanya balik. "Kamu bukan Debt Collector 'kan?"
Sepasang alis perempuan muda itu terangkat bersamaan, sampai terbentuk guratan-guratan halus di dahinya. Seketika merinding bulu kuduk Ayek. Kalau biasanya ia merinding karena takut, sekarang merinding karena darahnya berdesir.
Ayek tak mengerti, bagaimana bisa hanya dengan mengangkat sepasang alis saja perempuan di hadapannya tampak menarik?
"Jadi, Ummi ada ndak?" Perempuan muda itu mengulangi pertanyaan dengan sedikit menaikkan intonasi.
Ayek terkesiap. "Oh, Ummi, ya? A-ada. Silakan masuk!"
Perempuan muda berusia dua puluh dua tahun itu mendesah, menahan sabar. Bagaimana ia akan masuk kalau jalannya masih terhalang?
Ayek terkekeh, menyadari kekonyolannya. Ia segera menggeser badan, memberi jalan tamunya untuk masuk teras.
Ayek memencet bel yang berada di dekat pintu. Assalamu alaikum, begitu bunyinya. Ia geli sendiri, memasang bel di rumah sekecil itu, tak berfaedah. Padahal suara ketukan pintu bisa terdengar ke seluruh sudut rumah. Namun, bel itu adalah satu-satunya benda kenangan yang ia punya. Sebelum rumah disita, ia terlebih dulu menyimpannya untuk dipasang di tempat tinggal yang baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nada-Nada Asmara
Romantizm#Daily Update #Cover design by Dee14007 Ayek terkesan atas perkenalannya dengan Mei Hwa. Ia bersemangat mengenal gadis itu lebih dalam. Karena sama-sama menggemari musik, ia mengajak gadis itu untuk kolaborasi agar terus berhubungan. Gadis keturunan...