Ruang Rindu

33 9 0
                                    

Selamat membaca jangan lupa tandai kalo ada typo ya ya kawan🤗

Acara yang Tasya tangani berjalan Lanjar begitu juga di hari penutupan di memeriahkan dengan panggung yang diisi biduan sekolah,buat apa menyewa artis luar jika banyak anak sekolahnya yang pitantar menyanyi,jadi bisa di katakan acaranya sangat meriah walau sederhana semua anak berkumpul di tengah acara sambil menggoyangkan anggota tubuhnya dengan lues,emang iya ya dangdut bisa menyatukan perbedaan hingga mereka lupa akan diri mereka. Lihat saja dibagian paling belakang ada pak guru yang diam-diam ikut bergoyang, setelah dangdutan pembagian kado kado acara selesai pukul lima sore.

Mereka semua membereskan barang-barang yang telah mereka gunakan seperti meja kursi dan lain-lainnya,pembubaran panitia kegiatan setelah itu pulang. "Sya Lo pulang sama siapa?" Tanya Afrizal selepas sholat Maghrib.

Tasya sedang mengikat sepatunya melihat ke Afrizal yang tiba-tiba duduk di sampingnya, "Biasa kak sama Resti," Ucap Tasya.

"Hah Redti,Redti siapa?" Tanya Afrizal bingung masalahnya anak OSIS tidak ada yang namanya Redti.

"Itu montor gue yang ada di parkiran dia namanya Redti," Tasya nyengir lebar. Afrizal manggut-manggut, " Kalo gitu gue anter ya nanti gue ngikutin Lo dari belakang,"

"Gak usah kak,takut ngrepotin lagian ini belum malem banget," Tasya tidak mau Afrizal mengantarnya,rumahnya cukup jauh takutnya Afrizal ke lelahan, "Udah nanti gue anterin gak ada penolakan,titik pake tanda seru!" Seru Afrizal.

"Guys udah selesai semua kan? Kalo udah selesai kalian boleh pulang," Afrizal mengumumkan anak-anak yang ada diruang OSIS bahwa mereka sudah boleh pulang. Afrizal melihat ke anak cowok yang ada di sisi pojok, "Lo keris jangan game melulu,nanti ruang OSIS jangan lupa di kunci." Titah Afrizal.

"Siap paduka!,disini ketosnya siapa sebenernya dia kok nyuruh-nyuruh ketos," Ketos bertanya ke anak yang ada di ruangan,namun mereka hanya tertawa. Masalahnya ketosnya kurang tanggap jadi Afrizal gemes aja ketosnya itu terlalu bertele-tele membuang waktunya yang sangat berharga. Lihat saja tadi dia asik game tidak mempedulikan anak lain yang sudah ingin pulang.

****

Afrizal sampe di depan rumah Tasya, "Rumah Lo ternyata jauh juga ya apalagi ngelewatin kebon jeruk yang lumayan panjang," Afrizal melihat ke jalan yang sudah dia lewati.

"Hehehehe...maaf ya kak udah ngrepotin," Tasya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tasya kamu baru pulang?" Bunda Tasya tiba-tiba sudah ada di halaman,Maryam menghampiri putrinya, "Eh ini siapa?" Maryam bertanya ke Tasya.

"Ini kakak kelas aku Bun,kenalin namanya Kak Afrizal," Afrizal tersenyum ramah lalu Salim ke Maryam, "Saya Afrizal Tan salam kenal." Ucap Afrizal.

"Saya Maryam bundanya Tasya. Sini masuk dulu pasti capekan,sekalian makan malam," Maryam mengajak Afrizal masuk.

"Terimakasih Tan,tapi saya harus pulang," Tolak Afrizal gak enak. "Ayo cepetan masuk,kamu pasti capek ayahnya Tasya udah nunggu di dalem itu." Maryam tetap memaksa Afrizal untuk makan malam.

"Udah ayo kak masuk,bunda aku balakan maksa kakak kalo kakak gak mampir,iya gak Bun?" Ajak Tasya.

"Betul sekali ayo masuk," Dengan terpaksa Afrizal masuk ke rumah Tasya sebenarnya dia tidak enak tapi bunda Tasya memaksanya terus menerus akhirnya dia mengiyakan.

Rumah Tasya masuk ke kalangan menengah,jika di lihat dari luar bergaya modern tapi setelah Afrizal masuk di dalamnya bergaya klasik berbanding terbalik dingan yang ada di luar,setelah masih Afrizal seperti memasuki rumah yang berbeda.

Mereka berempat makan dengan tenang sesekali tertawa,sesekali bertanya tentang Afrizal dan Tasya baru tahu jika bunda Afrizal baru meninggal beberapa bulan yang lalu,Tasya jadi prihatin dengan Afrizal. Setelah makan Tasya dan Afrizal duduk di teras rumah, "Sya gue kayaknya udah harus pulang deh," Afrizal melihat ke benda yang melingkar di pergelangan kanannya menunjukkan pukul delapan malam.

"Owh iya kak," Tasya berdiri, "Orang tua Lo ada dimana?" Tanya Afrizal. "Biasa mereka ada di ruang tamu palingan lagi rebutan remot TV," Tasya terkekeh membayangkan kebiasaan kedua orang tuanya itu.

"Mau pamitan? Ayo aku anterin kak," Afrizal masuk ke dalam rumah untum pamitan ke kedua orang tua Tasya.

Kedua orang tua sedang duduk mersa,Maryam bersandar di tubuh Tofan dan benar mereka sedang berebut remot ketika film kesukaan Maryam iklan maka akan diganti Chanel lain oleh Tofan,manis sekali pikir Afrizal dia jadi rindu lagi dengan bundanya, "Bunda ayah kak Afrizal mau pulang," Ucap Afrizal.

Tofan Maryam melihat ke arah suara lalu menghampiri Afrizal, "Makasih ya nak udah nganterin putri saya ke rumah lain kali main ke sini," Ucap Tofan sambil menepuk bahu Afrizal.

"Iya Om sama-sama,saya pulang dulu ya Om Tante makasih udah di suruh mampir sampe numpang makan jadi gak enak saya," Afrizal tak enak dengan kedua orang tua Tasya baru sekali main tapi udah numpang makan.

"Gak papa nak,udah biasa kalo temen Tasya main jadi jangan sungkan-sungkan,kalo bisa main lagi biar Tasya banyak temannya." Keluarga kecil Tasya mengantar Afrizal ke depan,Tofan dan Maryam disebelah kanan kiri Tofan sedangkan Tasya di sebelah kiri Maryam. Afrizal merasa nyaman disini dia merasa memiliki keluarga baru yang membuatnya selalu nyaman dan tenang jika ada di rumah ini padahal baru kali ini Afrizal datang ke rumah ini. Mungkin karena kebaikan dan keterbukaan Tofan dan Maryam hingga membuatnya nyaman.

"Saya pulang dulu ya Tante Om, Assalamualaikum," Sebelum benar-benar pergi Maryam memeluk Afrizal dia merasa kasihan dengan Afrizal.

Afrizal tertegun dengan tindakan Maryam dia sangat kaget kenapa tiba-tiba Maryam memeluknya,rasanya seperti pelukan Bunda Afrizal hangat,damai dan tenang, "Hati-hati ya nak," Maryam melepas pelukan,Afrizal tersenyum, "Iya Tan,"

Afrizal duduk di atas montirnya,untuk terakhir kalinya dia melihat ke belakang disana Tofan sedang memeluk Maryam dan Maryam memeluk Tasya, "Hati-hati kak Afrizal sampai jumpa besok," Tasya melampaikan kayangan ke Afrizal.

Jangan lupa tinggalkan jejak🌚

FISIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang