02

61 16 3
                                    

"Vin, Adit ganteng yah."

Vinda yang sedang menyalin tugas menoleh kearah teman sebangkunya.
"Lo suka?"

"Iya sih, tapi Adit kan miliknya Vinda." kata Dela teman sebangku Vinda sambil mengerling ke arahnya.

"Dia itu 'sahabat' gue!" balas Vinda dengan menekankan kata sahabat.
"Lagian kalo lo mau, gue bisa bantuin." Sambungnya sambil melanjutkan acara menyalinnya yang sempat tertunda.

"Ogah, gue ga mau nikung temen."

Baru Vinda mau membalas perkataan Dela, bu Laras sudah masuk ke dalam kelas.
"Silahkan kumpul tugas kalian!" Perintah bu Laras sambil membuka buku cetak.

"Mati gue!" Umpat Vinda, ia segera mempercepat gerakan tangannya.

"Vin, cepetan!!"

"Iya!! Sabar Del!"

"Vinda yang lain udah ngumpul semua!!"

Vinda melihat sekeliling, semua murid telah kembali duduk. Di depan bu Laras sedang menghitung buku yang terkumpul. Vinda langsung menambah kecepatan tangannya.

"Vin!!"

"Tunggu  Adela!!"

"Gue gak mau di hukum Vin!!"

"Emangnya siapa sih yang mau dihukum?!"

"Vindaa!!!"

"Sabar DEL!!" Teriak Vinda tanpa sadar membuat seisi kelas menatap kearah mereka termasuk bu Laras.

"Kalian berdua maju kedepan!" gertak bu Laras. Ia telah berdiri bersedekap dada. Vinda dan Dela sempat berpandangan dan langsung maju kedepan.

"Kalian tidak mengerjakan tugas?!" tanya bu Laras dengan wajah galak membuat Vinda maupun Dela menundukkan kepala.

"Jawab!!"

Bu Laras menatap wajah Dela dan Vinda yang membuat kedua orang tersebut kembali mengangkat kepala.

"Kerja kok bu, Vinda tuh yang gak kerja. Dia tadi nyontek saya." Lapor Dela membuat Vinda menatapnya horor.

"Sory." bisik Dela tersenyum canggung, ia terpaksa jujur karena takut dengan tatapan bu Laras.  

"Kamu kumpul tugasmu sekarang. Dan kamu" bu Laras menoleh kearah Dela dan Vinda bergantian. Dela segera kembali untuk mengumpul bukunya.

"Aleta Vinda Sifabella. Berdiri di lapangan sampai pelajaran selesai!" Perintah bu Laras sambil menunjuk kearah luar.
Dengan wajah yang dibuat semenyedihkan mungkin Vinda keluar dari kelas.

Vinda berjalan kearah lapangan, ia menghembuskan nafas perlahan setelah tiba di lapangan lalu membelokkan kakinya kearah kantin. Senyuman tercetak di wajahnya. Mau hukum gue? Huh, dasar sok galak! Batin Vinda dengan wajah menyebalkan.

"Mbak, bakso satu sama tehnya." Teriak Vinda setelah berada di kantin, ia segera menuju tempat di sudut agar tidak ketahuan oleh guru.

"Bolos?"

Kaget, Vinda menoleh keasal suara dan mendapati Adit yang tengah duduk di salah satu kursi kantin. Sambil mengelus dada Vinda duduk tepat di depan Adit.

"Kamu sendiri?" tanya Vinda balik.

"Aku pintar, bolos sekali gak bakal ngaruh, nah kamu?" ucap Adit dengan santai sambil memainkan ponselnya.

"Iya deh yang pintar, sombong boleh, ngehina jangan!" balas Vinda sinis. Adit tersenyum menanggapi omongan Vinda.

"Kamu tuh manis, tambah manis kalo senyum." komentar Adit.

"Emangnya aku manisan?!"

"mmm, iya. Bisa di bilang begitu, karna kamu itu kayak gula dan aku kayak teh. Teh tanpa gula kan pahit, Jadi bisa dibilang kamu itu pemanis aku." jawab Adit sambil tersenyum membuat wajah Vinda merona tapi dengan cepat mengontrolnya.

"Apa sih! Gajelas! Lagian aku bukan makanan!  Udah deh, jauh-jauh sana!" Vinda mengalihkan tatapannya dari Adit, ia berpura pura memainkan ponselnya.

"Vin, kita sahabat?" tanya Adit, ia menatap Vinda serius.

"Iya." jawab Vinda tanpa menatap wajah Adit.

"Sampai kapan?" Vinda menoleh menatap Adit.

"Selamanya."

🌈
.
.
.
.
.

PELANGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang