03

54 14 5
                                    

Langit sore terlihat mendung menandakan akan turun hujan sebentar lagi. Dari dalam cafe Vinda memperhatikan langit yang semakin menggelap.

"Dit, kayaknya bentar lagi hujan." Ujar Vinda sambil terus menatap langit. Adit melihat keluar lalu menatap Vinda. "Biarin aja." Kata Adit dan kembali menyantap kue brownies yang dia pesan.

"Ih Adit! Aku gak bawa payung. Rumah kita juga jauh!!" Kesal Vinda, ia menatap Adit yang terlihat santai memakan brownies di hadapannya.
"Gak jauh." Adit menunjuk sebuah kompleks perumahan yang berada tak jauh dari cafe.

"Tetap aja Adit!! Itu kalo jalan kaki dari sini ke sana makan waktu lama! Kamu kenapa gak bawa motor sih!!" Cerocos Vinda sambil menatap Adit galak.

"Masa cafe depan kompleks harus bawa motor segala, kayak mau kemana aja. Kita itu harus jalan sekali-sekali biar kaki kuat." Balas Adit yang kini menyesap capucinonya.

"Ih nyebelin! Aku mau pulang sekarang!" Vinda segera berdiri dan berjalan menuju keluar cafe.  Baru Vinda melangkah keluar, hujan deras meluncur membasahi apa saja di bawahnya. Sambil menggerutu Vinda berjalan kembali kearah Adit.

"Katanya mau pulang." Goda Adit saat Vinda duduk di hadapannya. Vinda melipat kedua tangannya.
"Berisik!"

Adit terkekeh menatap Vinda. "Kalau hujan reda, kamu mau ke taman?" Tanya Adit. Vinda diam sebentar kemudian tersenyum.
"Boleh." Jawabnya sambil terkekeh.

🌈

Vinda dan Adit berjalan menuju taman kompleks perumahan mereka setelah hujan reda. Taman itu terlihat sepi, hanya mereka berdua yang berada disana. Vinda berlari menuju ayunan favoritnya dan segera duduk disana, disusul Adit yang duduk di sebelahnya.

Vinda mulai mendorong ayunannya menikmati langit sore sehabis hujan. Bau tanah basah setelah hujan yang terasa familier memenuhi indra penciumannya.

"Vin, pelangi!" Ucap Adit membuat Vinda otomatis mendongak keatas. Tercetak senyum cerah di wajahnya. "Indahnya.. " gumam Vinda sambil terus menatap pelangi.

"Kamu ingat kali pertama kita ketemu?" Tanya Adit yang membuat Vinda menoleh.
"Ingat."

Flashback  on

Vinda kecil sedang berjalan menyusuri daerah kompleks rumahnya. Ia dengan semangat berjalan menuju kearah taman yang sudah di cap menjadi tempat favoritnya.

Walaupun tadi ia sempat bertengkar kecil dengan mamahnya yang tidak mengizinkan dia keluar, karena alasan tadi hujan dan membuat jalanan menjadi licin. Tentu saja tidak akan menghalangi keinginannya untuk pergi ke taman. Vinda terus merengek membuat mamahnya pusing dan terpaksa mengizinkan dia keluar dengan syarat pulang cepat. Vinda langsung menyetujui syarat itu. Toh dia hanya pergi ketaman untuk beain ayunan sambil melihat pelangi. Itu tidak akan lama.

Tak jauh darinya ia melihat seorang anak laki laki yang duduk jongkok di depan sebuah rumah. Mata anak itu sembab dengan wajah dan rambut yang kusut.

"Hai!" Sapa Vinda sambil ikut jongkok didepan anak itu. Anak yang disapa hanya menoleh sebentar lalu kembali menatap kebawah.

"Kamu ngapain di sini?" Tak menyerah, Vinda kembali mengajak anak itu bicara. Anak itu tetap diam membuat Vinda mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kamu bisu yah!" Kata Vinda jutek.

"Gak!" Balas anak itu tak kalah jutek.

"Makanya, kalo ditanya itu jawab! Lagian ngapain sih duduk di depan rumah orang! Kayak gak ada kerjaan aja!" Oceh Vinda dengan wajah kesal.

"Aku yang harusnya nanya! Kamu ngapain di sini, ini rumahku!" Kata anak itu membuat Vinda semakin kesal.

"Seharusnya aku gak usah peduliin kamu!  Padah aku niat ngehibur kamu, eh kamu malah nyolot! Dasar!" Omel Vinda sambil berdiri berniat kembali menuju taman.

"Mamahku masuk rumah sakit." Ucap anak itu membuat gerakan Vinda terhenti. "Sudah dua hari. Aku rindu mamah." Lanjut anak itu menahan tangis.

"Mau ikut aku?" Tanya Vinda sambil mengulurkan tangannya ke anak itu.
"Kemana?"

"Lihat pelangi." Jawab Vinda sambil tersenyum cerah, membuat anak itu ikut tersenyum. Ia segera meraih tangan Vinda.

"Kenapa tidak liat dari sini saja?" Tanya anak itu bingung.
"Sudah diam. Ikut saja." Kata Vinda yang menarik tangan anak itu menuju taman.

"Kamu sering kesini?" Tanya anak itu lagi setelah sampai di taman. Vinda mengangguk sambil duduk di ayunan . Anak itu mengikuti Vinda.

"Kalau liat pelangi sedihku langsung hilang." Ucap Vinda seraya mendongak ke langit. Anak itu tersenyum.

"Nama kamu siapa?" Tanya Vinda.
"Caisar. Aditya caisar fidelyo. Kamu?"
"Aleta vinda sifabella. Panggil saja Vinda."

Flashback off

"Kamu tau, kamu tuh udah nyebelin dari kecil." Vinda tertawa mengejek Adit. Yang di tertawai hanya menggelengkan kepala. Sudah terbiasa dengan sikap Vinda yang menjengkelkan.

"Astaga! Dit kayaknya aku harus pulang sekarang." Adit menoleh memperhatikan Vinda yang melihat jam tangannya.

"Aku janji bakal pulang jam 5 sama mamah!" Vinda menatap Adit. Wajahnya tegang.
"Sekarang udah jam 5:30"

Kini Adit tersenyum mengejek ke arah Vinda.  Ia tau kalau Vinda telat pulang apalagi sudah janji sama mamahnya, dia pasti akan di ceramahi semalaman.
"Ini kerjaan kamu kan?! Sengaja mau aku di marahi!" Vinda berdiri menatap wajah Adit galak.

"Enak aja, sudah sana pulang." Vinda cemberut mendengar perkataan Adit.

"Adit.." Vinda memelas. Tak peduli, Adit melihat kearah lain.

"Dit.. " menghela napas perlahan, Adit menoleh menatap wajah Vinda yang sedang memelas sambil mengedip ngedipkan matanya.

Adit tersenyum, tak tahan melihat wajah memelas Vinda.

"Iya, nanti aku yang bilang ke tante." Vinda bersorak senang. Ia segera memeluk lengan Adit dan menuntunya berjalan beriringan menuju rumahnya.

"Caisarku memang yang terbaik." Celoteh Vinda tak henti henti sepanjang perjalanan membuat Adit kembali menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir mengapa ekspresi gadis itu sangat mudah berubah ubah.

🌈
.
.
.
.
.

Selamat membaca!!
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote and comen.
Salam QueenQL ^^

PELANGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang