04

29 5 0
                                    

Vinda kembali ke kamarnya setelah makan malam dan langsung menjatuhkan dirinya ke atas ranjang.

Drtt... Drtt...

Bunyi ponsel berdering membuat Vinda menoleh keasal suara yang berasal dari atas nakas. Ia segera mengambil ponselnya yang berada diatas nakas, tertulis nama 'Adela jelek' disana.

"Halo Del." Sapa Vinda, sambil menelfon ia kembali selonjoran diatas ranjang.

"Lo kemana aja tadi?" Tanya Dela di sebrang telfon.

"Gue pergi ke cafe depan kompleks, napa emang?"

"Sama Adit?"

"Iya."

"Tadi sore gue nelfon-nelfon lo tapi gak di angkat. Eh, lo ternyata lagi berduaan sama Adit."

Vinda memutar mata malas mendengar perkataan Dela.
"Gue gak bawa hp. Emangnya lo nelfon kenapa?"

"Gue mau ajak lo shopping sama teman yang lain, tapi lo gak angkat telfon gue. Jadi nya gue pergi sama yang lain."

"Yahh,, mau nya lo bilang dari di sekolah. Gue juga mau ikut, pasti tadi rame.."

"Banget! Makanya kalau kemana mana tuh bawa hp!"

"Gue kira bakal cepat tadi sama Adit. Eh, malah kehalang hujan."

"Huh! dasar, eh eh udah dulu yah. Nyokap gue manggil tuh. Bye!"

"Dasar! Langsung di matiin. Gak bener nih." Vinda berdecak kesal dan langsung menyimpan hp nya kembali di atas nakas. Ia menoleh melihat laptopnya yang menganggur, tanpa berpikir dua kali ia lalu mengambil laptopnya dan mulai ngedrakor menghilangkan rasa kesalnya.

🌈

"Eh, Adit. Hai!" Sapa Dela sambil melambaikan tangan yang di balas dengan senyum oleh Adit.

"Cari Vinda yah?" Tebak nya yang diangguki Adit. Vinda yang mendengar namanya disebut langsung menoleh kearah Adit dan Dela.

"Nih." Kata Adit sambil menyodorkan 2 batang coklat dan susu kotak kearah Vinda."

"Wah.. Coklat! Buat aku?" Tanya Vinda di balas anggukan oleh Adit.

"Wih, lo sweet banget sih Dit.." Komentar Dela sambil menyenggol lengan Adit.

"Sweet apanya?" Tanya Vinda.

"Tuh lo di kasih coklat sama Adit, emangnya itu gak sweet?"

"Gak!" Dela melongo mendengar jawaban Vinda. Ia benar benar tidak mengerti dengan pola pikir gadis itu.

"Rotinya mana?" Tanya Vinda setelah mengambil coklat dan susu kotak dari tangan Adit.

"Roti apaan?" Bingung Adit.

"Yah roti. Masa pagi pagi udah makan coklat, harus nya kamu ngasih roti dong. Gimana sihh!" Cecar Vinda membuat Adit memasang wajah datar.

"Kamu pikir itu aku yang beli? Itu tuh dari penggemar aku! Kalau aku yang beli, gak mungkin aku beli begituan."

"Ih! Kayak artis aja punya penggemar. Geli tau dengernya." Cibir Vinda lalu meminum susu kotak pemberian Adit.

"Kamu kok ngeselin sih!"

"Masa, perasaan gak." Vinda menatap Adit menantang.

"Kamu-"

Teng! Teng! Teng!

"Tuh bel masuk! Sana pergi!" Usir Vinda, ia mulai menaikkan buku pelajaran.

"Dasar ngeselin!" Kata Adit lalu pergi menuju kelasnya.

"Ih Vinda! Lo kok gitu sama Adit!" Sosor Dela setelah Adit pergi.

"Biarin, dia gak marah kok. Udah biasa kali gue gituin." Ucap Vinda santai membuat Dela gemas ingin mengubur anak itu hidup hidup.

Bu Dewi masuk ke kelas membuat kelas menjadi hening.

"Pagi anak anak!" Sapa bu Dewi sambil tersenyum.

"Pagi bu." Balas seluruh siswa di kelas.

"Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk!"

"Semoga cewek."

"Gak! semoga cowok."

Desas desus murid lainnya membuat kelas menjadi rusuh. Seorang siswi masuk kedalam kelas membuat kelas yang tadi rusuh menjadi hening kembali.

"Ayo perkenalkan diri!" Perintah bu Dewi yang di angguki sisiwi itu.

"Halo semua!" Sapa siswi itu dengan melebarkan senyuman manisnya.

"Halo cantik!!" Balas murid murid cowok semangat.

"Masih cantik lo" bisik Dela pada Vinda. Vinda tak menyahut, matanya masih memperhatikan siswi itu.

"Nama gue Nadin Zeline Kirania, biasa di panggil Nadin. Semoga kita bisa berteman." Kata sisiwi itu sambil tersenyum manis.

"Pacar boleh?" Tanya Ikbal salah satu siswa jail di kelas membuat siswa lain menyorakinya.

"Karna lo udah suka murid baru, Vinda buat gue yah!" Sahut Gibran yang langsung mendapat lemparan pulpen di kepalanya.

"Woii!! Siapa yang ngelempar?!" Gibran memukul meja lalu berdiri sambil memegang pulpen yang mengenai kepalanya.

"Gue! Napa! Gak suka?!" Vinda berdiri dan tak lupa memukul meja juga.

"Eh ayang Vinda, pulpen nya buat gue yah, bakal gue jaga baik baik kok." Ucap Gibran sambil memberikan senyum genit pada Vinda.

"Eww!" Jijik Vinda.

"Heh, lo jangan ganggu ayang Vinda gue!!" Sahut Ikbal yang juga ikut berdiri.

"Sudah!! Kenapa pada ribut sih! Gibran! Vinda! Ikbal! Duduk!!" Perintah bu Dewi tegas membuat mereka yang disebut namanya segera duduk. "Dan kamu murid baru duduk di samping Lily. Lily angkat tangan." Kata bu Dewi lagi. Nadin mengangguk sambil tersenyum pada bu Dewi lalu segera duduk di kursi belakang samping murid bernama Lily.

"Hai." Sapa Nadin pada Lily, di balas senyuman oleh nya.

"Buka buku halaman 127." Perintah bu Dewi memulai pelajaran.

"Pss, heh murid baru." Merasa di panggil, Nadin menoleh ke samping kanannya. Disana terdapat dua orang gadis yang duduk di bangku sebelahnya.

Gadis di samping kanannya memiliki rambut lurus sebahu.  Di samping gadis itu ada gadis lain dengan rambut yang sedikit bergelombang dan diikat satu, dia juga memiliki poni yang membuatnya terlihat imut.

"Nama gue Dela, dan dia Vinda. Salam kenal." Kata gadis berambut sebahu itu sambil menunjuk dirinya dan gadis di sampingnya. Nadin tersenyum lalu mengangguk. "Salam kenal." Balas nya riang.

🌈
.
.
.
.
.

Hai semua,,,

Maaf sudah lama gak up T T
Dan baru bisa up lagi sekarang >.<

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote and comen yahh^^ thanks,,,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELANGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang