BIIL 5

3K 466 150
                                    

🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
🦋

Marly kehilangan bayinya.
Janin itu hanya berusia 4 minggu, dan akibat kecelakaan itu pula, Marly terbaring koma. Bingyan berada di ruang rawat Marly, menemaninya sepanjang waktu.
Beberapa bodyguard berjaga di dalam dan luar ruangan.

Kepala Bingyan seperti ditanam alarm yang berbunyi setiap kali mendengar suara di dalam ruangan itu, takut sesuatu yang lebih buruk terjadi. Ia berusaha untuk tetap terjaga meski tubuhnya luar biasa lelah.

"Aku tidak bisa membantumu mencari Sean Gege lagi, maafkan aku," Bingyan berbicara dengan Yibo lewat sambungan telpon.

Yibo, "Jangan pikirkan aku, tetap lah di samping Marly. Aku turut bersedih atas kehilanganmu, berhati-hatilah."

Bingyan, "Apa Lu Thong sudah menghubungimu?"

"Belum," Yibo menjawab sambil menatap sofa yang biasa diduduki Sean.

Setiap sudut tempat ini membuatnya tak bisa berhenti memikirkan Sean.
Sean, Sean, Sean, Sean, … Semua yang terlihat membisikan nama Sean di telinganya.
"Bingyan, apa mungkin Sean akan kembali?"

Bingyan memandang ke arah jendela.
Awan hitam bergerak menutupi matahari, langit menggelap lebih cepat sebelum malam tiba.
Dengan suara rendah, Bingyan menjawab, "Dia akan kembali, percayalah padaku."

---

Seminggu telah berlalu sejak ia menginjakan kaki di rumah Fan Xing.
Mengisolasi diri dan termenung siang malam. Namun bukannya merasa lebih tenang, Sean malah dihinggapi kegelisahan. Cincin pernikahan di jari manisnya terkadang memberinya tanda tanya besar, "Apakah kita memang ditakdirkan untuk bersama?" ia meragu.

Karena jika iya, kenapa harus sesulit ini? Kenapa harus serumit ini? Seolah kita berusaha mematahkan pagar pelindung untuk berbelok ke lembah hitam.
Jika tidak, apa lebih baik kita berpisah? Perasaan ini mungkin akan menghilang jika kita berhenti menemui satu sama lain.
Wang Yibo, apa yang sedang kau pikirkan saat ini, sama sepertiku?
…. Apa yang sedang kau lakukan di sana?

Air dari shower jatuh menerpa tubuh Sean, membasuhnya di pagi hari yang dingin. Karena mesin pemanas airnya rusak, ia terpaksa membiarkan kulitnya menahan suhu rendah yang lumayan menyiksa.

"Ha? Apa ini!" Setelah memperhatikan perutnya, Sean menyadari sesuatu.

"LEMAK?! Aku gemuk," Sean meraba permukaan perutnya yang dirasa tidak sedatar sebelumnya, pinggangnya yang mungil juga terlihat agak melebar.

"Gege!" Fan Xing masuk sambil menggondol seember air panas untuk Sean mandi.

Sean mematikan shower dan membiarkan Fan Xing menuangkan air itu ke dalam bathtub untuk menciptakan suhu air mandi yang pas.

𝑩𝑬𝑪𝑨𝑼𝑺𝑬 𝑰'𝑴 𝑰𝑵 𝑳𝑶𝑽𝑬 [𝑺2|𝑪𝒐𝒎𝒑𝒍𝒆𝒕𝒆✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang