"oke. i think that's enough for today, see you on next week, thank you"
"thank you sir"
Akhirnya kelas selesai, aku merenggangkan otot otot leherku yang terasa kaku. Aku pun segera membereskan alat tulisku dan bergegas pergi dari kelas meninggalkan Rey yang masih duduk ditempatnya. Masa bodoh dengan dirinya.
Aku terus berjalan sampai akhirnya pergelangan tanganku tiba-tiba dicekal oleh seseorang yang tak lain adalah Rey.
Aku berdecak kesal dan hanya bisa pasrah saat Rey terus memegang pergelangan tanganku seakan tidak ingin aku kabur darinya. Mau tak mau aku pun pulang diantar nya.
*****
"Rinda mana?" tanyaku saat kami sudah sampai diparkiran. Sudah 3 hari aku tidak melihat Rinda."udah pulang"
Rey membukakan pintu mobilnya "masuk"
Aku langsung masuk kedalam mobilnya.
Selama perjalanan kami hanya diam, aku pun tak berniat untuk memulai pembicaraan. Aneh rasanya karena biasanya kami tidak pernah seperti ini, rasanya canggung dan sungguh tidak nyaman, entah sampai kapan aku dan Rey akan terus seperti ini atau apa mungkin kami bsia seperti dulu lagi?
Kami pun sampai dirumahku tepatnya dikontrakan tempatku tinggal. Saat aku akan keluar dari mobil, Rey menahan tanganku.
Aku menatapnya dan matanya seakan mengatakan bahwa kami harus menyelesaikan masalah ini sekarang membuatku menghela napas berat.
"ini bukan salahmu" sanggahku sebelum dia meminta maaf.
Ya, ini memang bukan kesalahan Rey, melainkam kesalahanku sendiri yang tidak bisa menjaga diriku waktu itu. Saat aku berkata akan minum, seharusnya aku bisa.membatasi diriku.
"Tapi tetep aja ca, aku cowok brengsek, harusnya aku bisa jaga kamu bukannya ngerusak kamu kayak gini" Rey mengacak rambutnya frustasi, aku tau dia pasti sangat menyesal sekarang.
"Maafin aku ca.."
Aku hanya bisa menunduk, malu. Entah sejak kapan air mataku mulai tumpah. Perasaan yang aku pendam selama ini meluap seketika.
"a..aku takut rey.." cicitku sesegukkan. Demi tuhan aku takut dengam segala kemungkinan yang akan terjadi kedepannya.
*******
Rey terdiam menatap Raisha yang kini tengah menangis, perasaan bersalah semakin menyelimuti dirinya. seandainya saja dia tidak datang kerumah Raisha, seandainya dia tidak mengajak Raishanuntuk minum bersamanya, Seandainya saja dia bisa memutar waktu.
Dia sudah merusak sahabat nya yang paling berharga, wanita yang harusnya ia jaga justru dia lah yang merusaknya.
Rey membawa Raisha kedalam pelukannya mencoba menenangkan gadis itu.
"everything will gonna be okay"
"aku takut.."
Raisha mengeratkan pelukannya mencoba seakan ingin membagi beban dalam hatinya. Air matanya pun mengalir semakin deras membuat kemeja yang dipakai Rey sedikit basah.
Hanya kata maaf yang bisa dilontarkan Rey berharap itu bisa menebus apa yang dilakukannya, tapi tidak bisa.
Perlahan Rey melepas pelukannya, tangannya bergerak membelai lembut pipi Raisha dan menghapus air mata yang masih mengalir dipipinya.
"semuanya akan baik-baik aja, aku janji" ucap rey dengan sungguh-sungguh. Dia siap jika harus mempertanggung jawabkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi kedepannya.
"Arinda gimana?" tanya Raisha
Deg
Rey sontak terdiam. Inilah yang paling dia takutkan, Arinda. Dia tidak siap jika wanita yang dicintainya itu mengetahui hal ini. Hatinya pasti akan hancur.
"Dia akan baik-baik saja" Rey mencoba membuat Raisha percaya agar dia tidak perlu menghawatirkan Arinda meski sebenarnya Rey sendiri tidak yakin bahwa Arinda akan baik-baik saja.
Raisha hanya membalasnya dengan mengangguk pelan. Setidaknya sekarang dia tidak harus menghadapi ini sendirian, Rey akan selalu ada disinya meski dia sadar bahwa Rey hanya sebatas sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temanku Suamiku
Romance17+ Aku tahu ini salah... Tapi ini bukan kemauan kami, Hanya karena seteguk air, hidupku dan sahabatku menjadi berubah. dia yang semula hanyalah sahabatku Kini harus menjalani kehidupan menjadi suamiku. Entah apa yang akan terjadi padaku selanjutn...