2. Mr. 312

153 35 5
                                    

Though I walk through this crazy world's path
I still want to live longer
I want to find it, my faith
Aim I Wrong - BTS
***

Wendy POV
Wendy terkesiap saat tau dirinya terbangun di tempat asing.
Ini dimana? Ya ampun! Harusnya aku di rumah.
"Jadi kau sudah bangun?"
Wendy segera menutup selimutnya lagi.
"K-kau siapa?", suaranya bergetar.

Pria itu berada tidur disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu berada tidur disampingnya.
"Aku? Sepertinya kau lupa kejadian tadi malam."
Matanya mengintip mata coklat pria itu.
Memangnya tadi malam ada apa?! Tidak mungkin..
Wanita itu mengecek pakaiannya masih terpakai rapi.
Ah untunglah..
"Apa kau lupa? Ah punggungku sakit semua karena kau. Kau harusnya bertanggung jawab."
Pria itu berpura-pura memegang punggungnya kesakitan.
"Maaf... Tapi aku benar-benar lupa."
"Sulit berurusan dengan orang yang bangun dari pingsan. Fiuh.. apa kau punya uang?"
"Apa?? Apa kau mau merampokku?! Ah mana tasku!"
Wanita itu segera mengambil tasnya.
"Akan kujelaskan nanti. Sebaiknya kau menemaniku makan."

***

Pria itu makan dengan sangat lahap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu makan dengan sangat lahap.
"Ckckck.. sepertinya kau tidak makan 3 hari."
Pria itu hanya melotot sinis.
"Sebenarnya... kau ini siapa?"
"Aku? Sebaiknya kau jangan mengenalku."
"Kenapa? Toh aku tidak akan menjadi temanmu."
Pria itu mendengus.
"Baiklah kalau kau memaksa. Panggil aku 312."
"Hah? Apa kau bercanda?? Apa kau dilahirkan di antrian tiket?"
"Benar saja kau tidak mempercayaiku. Terimakasih makanannya. Kalau begitu aku harus pergi. Anggap percakapan ini tidak pernah ada."
*blitz*
"Kenapa aku disini? Aduh kepalaku-"
Wanita itu hanya sendirian dan bingung.

***

Mr. 312 POV
"Sial. Kenapa harus tinggal dengan orang ini? Presiden sungguh ingin membunuhku."
*ding dong*
"Siapa?"
"312"
"Apa?? Sudah lama aku tidak mendengar angka ini."
*ceklek*
Pria di balik pintu tersenyum menyeringai.
"Wah wah. Si kecil sekarang sudah besar."
Tangannya mengacak rambutku.
Dengan kesal dia melepaskan tangannya.
"Jangan sok ramah denganku. Aku hanya akan tinggal disini sementara."
Pria itu menatap balik dengan dingin.
"Tinggallah di kamar lantai 2. Kau sungguh akan mengabaikanku? Okey. Jangan panggil aku kalau kau kesulitan. Kau mungkin akan menyesalinya."

Aku mendengus dan berjalan ke lantai 2.
Ketika aku mencapai kamar, aku merogoh kantungku.
Ah sial! Kemana perginya consoleku.
Apa di wanita itu?!
Tidak, aku tidak bisa menemuinya lagi.

***

Untung saja ada universitas yang mau menerimaku.
Setidaknya aku tidak bosan di rumah.
*tap tap tap*
Wah sudah lama aku tidak merasakan suasana ini. Ah tidak itu hanya dua tahun.
Wanita dan pria muda berkeliaran dimana-mana.
Penampilanku sangat outdate daripada mereka.

"Wendy! Ini benar kamu!! Wahh tidak kusangka kita akan bertemu lagi seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wendy! Ini benar kamu!! Wahh tidak kusangka kita akan bertemu lagi seperti ini."
Pria itu mendekatiku.
"Ohh.. Kim Seokjin! Kau juga kuliah disini?"
Kenapa dia disini juga..
"Iya hahah. Tapi mungkin kita berbeda jurusan. Kau sama saja tidak berubah..."
Tolong jangan tersenyum. Hatiku tidak cukup kuat.
"Hahah.. aku memang seperti ini. Kalau begitu mungkin.. aku bisa menghubungimu saat kesulitan."
Aku pun tersenyum dengan paksa.
"Nomormu sama kan? Kau bisa mengandalkanku."
"Okay. Sampai jumpa!!"
Dunia memang sempit.
Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu seseorang dari masa lalu?
Sudah. Wendy. Mungkin dia tidak peduli dengan perasaanmu.

***

Pria itu berlari menuju daerah kafe terakhir dimana wanita itu ia temui.
"Permisi.. apa kau melihat seorang wanita berkulit sangat putih, berwajah oval dan tidak terlalu tinggi?"
Pria itu kesulitan berusaha menjelaskan kepada seorang pelayan kafe itu.
"Maaf Tuan.. banyak sekali pelanggan yang datang saya tidak bisa mengingatnya."
"Ah sial! Aku harus kemana??"

Seorang wanita bermata monolid tiba-tiba mendekati mereka.
"Apa yang kau maksud Wendy? Aku pikir dia di kampusnya sekarang."
"Ohh iya. Apa kau mengenalnya??"
"Iya aku temannya. Kenapa kau mencarinya?"
"Ada barangku yang tertinggal padanya dan harus segera kuambil. Kalau tidak-"
"Barang apa?? Kalau tidak kenapa?!"
"Sesuatu akan membuatnya dalam bahaya."
"

Apa?! Sudah dua hari ini dia tidak menjawab teleponku."

***

Pria itu tersenyum setelah menerima telepon.
Wajah seorang wanita muncul di layar tabletnya.
"Ternyata dia targetnya. Mengapa ini begitu mudah? Hahaha."
Pria itu tertawa dan tersenyum sinis.

***

Hai!! How r u guys?
Di musim pancaroba tetap jaga kesehatan!!😆
Sorry for late update 😔
Jadi apa yang terjadi selanjutnya?? rahasia~
Minggu depan "Dimensi" tidak bisa update karena author sedang ujian tengah semester 😥
Semoga author dilancarkan hahah😂
See u later!

-Author A

[COMPLETED] DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang