|5|

83 14 28
                                    

~~~

Sebelum aku menghancurkan benda-benda di sekitar ku. Aku ingin menghancurkan diriku terlebih dahulu hingga menjadi debu.
-Zeey Xioxin



~'|°~

Author Pov's

"Perempuan yang baik tidak akan mengumpat. Dan perempuan yang hemat tidak akan merusak hpnya"

Zeey membeku ditempat dengan tangan yang terangkat di udara, hp yang masih digenggamannya, dan laki-laki aneh yang mencengkram tangannya cukup erat. Zeey menoleh kebelakang dan dihadiahi senyuman manis dari Ell.

"Hai! Zeey"

Zeey masih diam sambil mencerna didalam otak. Seketika ia menyentak tangannya hingga terlepas dari genggaman Ell.

"Jangan menyentuhku" ujar Zeey dingin. Kemudian berjalan menuju lift untuk kembali ke apartnya. Ell melihat punggung milik Zeey yang terlihat rapuh, berbanding terbalik dengan perlakuannya beberapa saat yang lalu.

"Huft... Apa yang kau harapkan, Ell? Berteman dengannya? Haha yang benar saja. Dia bahkan terlihat tidak tertarik dengan wajah tampanmu" ucap Ell menghibur diri. Lalu dia berjalan kearah meja resepsionis hanya untuk menyapa Gerri.

~'|°~

Bruk!

Zeey menghempaskan tubuhnya di tempat penuh kapuk itu. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan nanar. Ada banyak tekanan dalam dadanya, yang rasanya begitu sesak dan berusaha untuk keluar. Ia harus segera memberi batas dalam berhubungan dengan Ell.

Zeey mengangkat tangan kanannya dan menatap pergelangan yang sedikit memerah. Bekas cengkraman Ell. Seketika ia merutuk diri karena kulitnya yang terlampau pucat.

"Haah... Lemah sekali dirimu Zeey. Padahal cengkramannya tidak terlalu kuat"

Zeey menjatuhkan tangan untuk menutupi kedua matanya. Lengan bagian bawah itu mampu menutup kedua mata dan sebagian tulang hidungnya.

Zeey mulai merasakan air yang menyentuh lengannya. Ia menggigit bibir bagian bawah dan berusaha mengatur napasnya yang tiba-tiba tersendat.

Ya. Perempuan itu menangis.

~'|°~

Tahun 2032

Zeey Pov's

Aku meletakkan sisir diatas meja rias dan kembali melihat penampilanku yang rapi dengan seragam putih hitam.

Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di tempat formal. Liberia : Junior High School.

Ya... sekarang aku resmi menjadi anak SMP dengan umurku 12 tahun lebih beberapa bulan. Mengapa aku mengatakan 'hari pertama di sekolah formal'? Karena sebelumnya saat menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar aku mengambil home schooling.

Lebih tepatnya, kakekku yang menyuruhku untuk home schooling. Entah apa alasannya. Namun saat kutanya, kakek akan menjawab :

"Kau harus membiasakan diri untuk tidak mengenal orang luar, terutama lawan jenis. Agar tidak tumbuh rasa cin--"

"Kakek!" sela Kak Vyie.

Dan akan selalu berakhir begitu saja tanpa penjelasan lanjut dari kakek.

Waktu itu aku masih dalam masa kanak-kanak hingga tidak terlalu memikirkannya. Namun saat ini aku mulai memikirkannya. Mengapa aku begitu ditekan agar tidak memiliki rasa sayang dan cinta kepada siapapun, termasuk keluargaku sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Nona Zeey saatnya sarapan di ruang makan"

Aku menatap kayu jati yang terlihat megah itu, menerka seseorang yang berada dibaliknya. Bibi Emy, pelayan paling setia yang dimiliki kakek.

Aku mengambil tas di atas kasur king sizeku lalu melangkah ke pintu kamar. Membukanya dan menemukan Bibi Emy sedang tersenyum ramah. Bibi Emy membiarkan diriku mendahuluinya.

Aku menuruni tangga dan melirik ruang makan. Disana sudah ada kakek dan kak Vyie yang sedang tertawa entah membicarakan apa.

"Selamat pagi" salamku singkat. Kemudian meletakkan tas hitam disisi kananku. Disisi kiri ada kak Vyie yang tersenyum hangat kearahku.

"Selamat pagi juga, Zeey" balasnya ramah.

"Jaga dirimu di sekolah nanti" ujar kakek.

Ngomong-ngomong, aku sejak lahir tinggal di rumah kakek bersama kak Vyie dan ibu. Kemudian, Ibu meninggal saat umurku 4 tahun dan sejak saat itu aku mulai dikekang untuk berhubungan dengan siapapun.

Ayahku? Berada dipenjara sebelum aku lahir, itu yang dikatakan ibu dulu. Aku beberapa kali menjenguknya bersama kak Vyie. Setiap kali kami datang untuk menjenguk, ayah hanya terus menangis dan meminta maaf. Aku jadi heran, apa salah ayah hingga harus dipenjara?

Saat aku bertanya,

"apa salah ayah? Kenapa harus dipenjara?"

Orang di rumah hanya akan bungkam dan tidak tertarik untuk menjawab pertanyaanku.

Rasanya... Terlalu banyak rahasia dalam keluarga ini.

"Ayo Zeey! Ke mobil. Pak Zen sudah menunggu kita" kak Vyie mencium pipi kakek cepat dan berlari ke pintu utama.

Aku yang baru selesai makan, langsung buru-buru menenteng tas dan membungkuk hormat kearah kakek. Aku segera berbalik dan berjalan kearah pintu utama.

"Zeey..." aku berhenti setelah dua kali menggerakkan kaki. Aku kembali berbalik untuk menatap kakek. Iris mataku menangkap aura mencengkam disekitarnya.

"... Ingat! Jangan terbawa suasana. Jangan terlalu bahagi- ah! Jangan bahagia! Dan jangan sampai tertarik pada siapapun. Kakek mohon..."

Aku itu... Manusia, kan?
Ah?! Aku rasa bukan.

~'|°~



Hai hai, Swego bek!!!

Maap lama up, tidak punya semangat hanya untuk sekedar mengetikkan ide yang sudah penuh didalam pikiran

Heheheh

Kondisi bumi saat ini memang berantakan, tapi Swego harap kalian semua tetap baik-baik saja
Dan jangan lupa menetap dalam rumah
#StayHome

Cerita kali ini cukup panjang yaa.. Sekedar melepas rindu.
Kenapa Swego jadi Mellow gini sih 😂😂

🔥Jan lupa Vote dan Komen yaa🔥

Terimakasih❄~
By Sweetghost

The Curse of DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang