Shilla dan Vano kini tengah makan disebuah warung sate dekat dengan sekolahan. Mereka tampak menikmati sate itu dengan nikmat, diantara mereka tidak ada yang membuka suara. Vano menghela nafas gusar, ia tak suka suasana seperti ini saat bersama sahabatnya itu.
"Shil, ngomong dong" tegur Vano
"Apaan sih, Van. Gue lagi makan, makan itu gak boleh sambil ngomong mending lo segera abisin tuh sate terus kita pulang" ketus Shilla
"Dari tadiblo nyuekin gue mulu"
"Ya gimana gak nyuekin lo kita lagi makan gak boleh sambil ngomong, lo mau gue kesedak" Vano menghela nafas kesal memandang gadis di depannya itu. Vano lalu memakan makanannya dengan cepat berharap makanannya cepat habis dan dapat berbicara dengan sahabatnya itu. Setelah habis Vano terus memandang Shilla dengan gemas, pasalnya gadis itu makan tidak ada anggun-anggunya dan bayangkan sudah 2 porsi yang gadis itu makan. Ckck...Dasar porsi kuli.
"Ngapain lo ngeliatin gue kek gitu? mau sate lagi? tuh tinggal pesan lagi jangan minta punya gue" ucap Shilla sambil menghentikan makannya, ia merasa risih diperhatikan pemuda di depannya itu.
" Gak, terimakasih. Udah kenyang gue, gak kayak lo rakus. Lagian punya lo tuh pedes bisa masuk rumah sakit gue"
"Bagus deh, btw kenapa sih lo malah ngajak gue kesini? harusnya tinggal pulang aja trus gue rebahan deh di rumah dan lo dari pada keluyuran mending di rumah main sama adik-adik lo"
"Pengen aja sih, males ah dirumah ntar di recoin adik mulu"
"Ye,, Lo mah. Harusnya lo bersyukur punya adik-adik gak kayak gue anak tunggal"
"Iya-iya sayang"
"Van, gue mau tanya penting" ucap Shilla
"Bukanya dari tadi lo udah tanya ya Shil?" ucap Vano
"Hehe...Iya sih. Tapi ini penting"
"Emang tadi gak penting?" goda Vano
"Ihh, gak gitu juga" cemberut Shilla
"Bercanda sayang, lo mau tanya apa hm?"
"Kenapa sih lo di sekolah gak temenan sama cowok, lo mah kalau gak nempel sama gue ya ngegodain tuh cewek-cewek di sekolah. Padahal ya banyak murid cowo?"
"Em itu ya? Ya karena males aja. Cowok-cowoknya pada sombong sih sok berkuasa sok ganteng. Lagian gue kan punya teman cowok , lo aja yang gak tau"
"Ya habis lo mah ngapelin cewek mulu dan gue sepet liatnya kayak gak ada kerjaan"
"Heheh, hari minggu jalan yuk ke pantai. Lo kan suka tuh pantai"
"Beneran?" ucap Shilla berbinar, Vano mengangguk antusias.
"Pengen sih, tapi gue gak bisa" ucap Shilla lesu
"Kenapa? lo mau jalan sama cowok? gak boleh" tegas Vano berang, matanya udah melotot seperti mau keluar dari tempatnya
"Gak ih, lo mau nething mulu. Gue mau nyambut abang gue, dia mau main rumah heheh"
"Abang siapa sih? lo kan anak tunggal? kakak-kakakan maksud lo?"
"Kepo" ucap Shilla sambil menjulurkan lidahnya, Vano hanya mendengus kesal memandang gadis di depannya. Sedangkan gadis itu kini malah asik menghabiskan satenya.
Hari ini adalah hari sabtu dam sekolah libur yang membuat Shilla hanya berbaring di kasurnya yang nyaman sambil memandang sebuah foto ditangannya, ia tersenyum sendiri mengingat kenangannya bersama sosok di dalam foto itu. Tapi sesaat kemudian shilla segera bangkit dari tidurnya, ia teringat sesuatu. Ia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil tasnya. Setelah itu Shilla segera keluar dan berpamitan kepada ibunya, setelah sang ibu mengizinkan ia segera pergi ke tempat tujuannya. Di sinilah ia sekarang di sebuah supermarket, Shilla segera membeli barang yang ia inginkan dan segera pulang kerumahnya. Setelah sampai diramahmya ia melihat aneh pemuda yang tengah duduk di teras rumahnya.
" Ngapain lo disini?" tanya Shilla
"Suka-suka gue dong yang, lo dari mana ?"
"Gak liat lo gue bawa plastik segini banyaknya ? ya jelas gue dari belanja lah" ketus Shilla
"Iya yang iya, sini gue bantuin bawa. Gak tega gue liat sahabat terbaik gue ini kesusahan" Shilla langsung menyerahkan belanjaannya dan berjalan memasuki rumahnya meninggalkan Vano di depan rumahnya. Vano segera menyusul Shilla sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Di taruh di mana ini yang?" tanya Vano sedikit berteriak
"Taruh aja di dapur, sekalian bawain gue cemilan. Gue naruhnya du lemari atas" teriak Shilla dari ruang keluarga. Vano tak menggubris perkataan sahabatnya itu ia lebih memilih segera menaruh belanjaan dan mengambil pesanan sahabatnya yang super cerewet. Dikira gue pembantu apa? untung sayang, batin Vino menggerutu. Vano kemudian berjalan kearah sahabatnya dan langsung mendudukkan pantatnya di samping Shilla. Ia memakan makanan yang ia bawa tanpa meminta izin kepasa si empunya makanan. Shilla memandang Vano tajam melihat sang sahabat dengan tak sopannya memakan cemilan yang ia pesan, ia menggerutu pelan menyesal telah menyuruh Vano mengambilnya tadi. Shilla berdehem keras agar Vano segera menyadari kesalahannya, tapi apa daya pemuda itu malah tak merespos dan tetap asik memakan cemilan miliknya. Melihat sahabatnya tak merespon gadis itu memukul tangan jahil vano dengan keras berharap si empunya tangan akan berhenti.
"Eh, itu makanan gue. Enak banget lo makan makanan gue tanpa permisi" ketus Shilla sambil merebut makanan miliknya dan melahapnya tanpa melihat Vano yang tengah menggerutu kesal.
" Pelit banget sih lo, Shil." ketus Vano berusaha merebut makanan di toples yang tengah didekap Shilla dan jadilah adegan saling rebut-merebut. Saking asiknya berebut membuat mereka tak menyadari sendari tadi ibu Shilla melihat kelakuan anak dan sahabat anaknya itu. Ibu Shilla menggeleng pelan melihat kelakuan dua sojoli itu,ia lalu berjalan ke arah mereka.
"Sudah-sudah berhenti, kalian ini seperti anak kecil" ucap ibu Shilla yang membuat kedua sejoli itu nyengir tak berdosa. Dan lihatlah penampilan kedua anak manusi itu sungguh miris, Shilla dengan rambut yang acak-acakan dan vano dengan kancing baju sudah hilang entah kemana yang menampakkan kaos putih.
"Shilla nih, Tan. Pelit banget, masa Vano gak boleh minta makanannya lagian Vano tamu dan tamu adalah raja" Shilla memandang pemuda itu sinis, pasalnya ucapan pemuda itu tidak sesuai realita yang ada, apa-apaan pemuda itu di depan ibunya sok merana. Ia ingin menjelaskan kejadian yang sebenarnya tetapi saat ingin menjelaskan, ibunya keburu menyela.
"Shilla Gak boleh gitu sama Vano, lagian Vano tamu gak baik kamu perlakuin kayak gitu"tegir Ibu Shilla atau sering dipanggil Bunda Sri.
" Iya, Ma" Shilla lebih baik mengiyakan perkataan ibunya dari pada masalah tambah runyam. Tau sendirikan gimana kalau ibu udah ngomel seharian gak bakal berhenti.
" Tuhkam Shil, apa gue bilang lo janhan pelit. Apalagi gue calon suami lo" ucap Vano pede
"Pede banget lo, lagian kalau lo gak mulai duluan gak bakal gini" ketus Shilla
"Tuhkan, Tan. Shilla mulai lagi" adu Vano memelas, atau sok memelas itu lah yang di tangkap oleh indra penglihat Shilla.
"Shilla" tegur Bunda Sri Lagi
"Iya, Bun"
"Ya sudah bunda mau siap-siap pergi. Kalian jangan berantem lagi" ucap bunda Sri lalu meninggalkan kedua sejoli yang tengah tatap-tatapan dengan tajam.
TBC
3 April 2020
Yeyyyy part 3 udah update lagi nih, aku berharap ada yang mau baca cerita ku ini. Kalau ada typo atau salah dalam penulisan harap komen ya. Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah..SEE YOU NEXT CAPTER😘😘😘😘😘😘😘
Btw terimakasih buat kak Yara udah dibikinin kover...Thanks you very much😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart That Talks (Hati Yang Bicara) [Hiatus]
Подростковая литератураIni bukan cerita seperti Farel, Rahel dan Luna. Tapi ini cerita tentang Nashilla Ananda Franklin , Ayana Deliana Sanandra, dan Aldiondra Stavano . "Awalnya aku mengira kamu adalah sosok yang dikirim Tuhan untuk mengobati lukaku. Akan tetapi ma...