♧ '𝟬𝟰

209 103 17
                                    

[𝚋𝚞𝚍𝚊𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚊𝚗𝚍 𝚌𝚘𝚖𝚖𝚎𝚗𝚝]

✨🌙

Hadirku tak dianggap, seolah hanya angin berlalu bagimu. Tak apa nantinya kamu akan tahu bahwa ada aku yang selalu setia dibelakangmu.

-Reyna Calissta-

🌕🌕🌕

Fanya menggerutu kesal, saat melihat jalanan padat kota Jakarta pagi ini. Ia merutuki dirinya sendiri saat mengetahui ia bangun pada pukul 06.45, ia berulang kali menghentakan tangannya di dashboard mobil.

Fanya takut jika ia akan terlambat, sehingga akan berakhir di ruang BK kembali dan pastinya berakhir dengan dimarahi kedua orangtuanya. Pak Banu supir Fanya, yang melihat nona mudanya tengah gelisah mencoba sebisa mungkin  menenangkannya.

"Sabar non, ini bentar lagi sampai kok" ujar Pak Banu.

"Fanya takut terlambat Pak, apa Fanya jalan kaki aja ya biar cepet, daripada Fanya telat" usul Fanya, saat sudah tidak mendapat jalan keluar.

Gadis tersebut bergegas mengambil tasnya yang berada di kursi belakang, lalu berpamitan kepada supirnya. Ia keluar dari mobil dan berlari sekuat tenaga, menembus jalanan padat kota Jakarta.

Langkah gadis tersebut berhenti, saat dirasa napasnya mulai habis. Dengan napas yang terengah-engah, ia memandang lurus kedepan, dimana beberapa meter lagi ia sampai di depan  pintu gerbang SMA Mutiara.

Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa, gadis mungil tersebut berlari. Tinggal beberapa centimeter lagi gerbang sekolahnya akan ditutup, gadis tersebut berlari sambil berteriak agar pak Sapto selaku satpam, tidak menutup pintu gerbangnya.

Dengan perjuangannya, Fanya berhasil masuk tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih terus-menerus keluar dari mulut Fanya, ia berterimakasih karena Pak Sapto sudah mau menunggunya. 

"Makasih ya pak udah mau nungguin Fanya" ucap Fanya yang masih mencoba mengatur napasnya.

"Iya neng Fanya, sama-sama. Lagian bapak heran baru aja kemarin datang pagi, sampai saya ngucek-ngucek mata lagi buat mastiin itu neng Fanya atau bukan. Eh sekarang neng Fanya udah maunya telat aja" sahut Pak Sapto sembari mengunci gerbang sekolah.

"Hehehehe maaf pak, saya kemarin itu nggak tau deh kesambet demit mana bisa berangkat pagi. Kalau ini, saya telatnya gara-gara keasikan mimpi" jawab Fanya sambil memamerkan senyum dengan deretan gigi bewarna putih. 

"Yasudah neng Fanya cepetan masuk, nanti gurunya keburu datang" ingat Pak Sapto pada Fanya.

Dengan pandangan was-was, Fanya mengintip melalui jendela kelas yang sedikit terbuka, dan ternyata tidak ada guru yang mengajar sehingga kelasnya juga masih sangat ramai. Fanya melangkahkan kaki mantap, memasuki kelasnya, ia menghela napas lega karena benar, belum ada guru dikelasnya.

"Ci ilih Putri solo baru datang nih, macan lupa lo karungin sampai telat begini" sindir Nissa, saat Fanya sudah duduk di bangkunya.

"Si macan gue karungin mati ogeb, lagian baru kali ini gue telat"

"Lo bilang baru kali ini maemunah? Wah ngadi-ngadi sangat lo"

"Suka-suka gue!. Btw ni kelas kenapa nggak ada gurunya? 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

T R O U B L E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang