Chapter 3 | Berbeda

65 3 0
                                    

Don't forget to vote and comment :)

°•°•°•°

🍦 Happy Reading 🍦

•°•°•°•

Shilla masih kaget dan terus berteriak di tempatnya.

Shilla tidak menyangka di dalam bilik toilet tersebut ada tiga cowok yang sedang asik merokok sambil bermain game entah apa namanya di hp masing-masing. Bayangkan di saat mereka sedang diciduk Shilla seperti ini, tetapi ketiganya tetap tenang saja. Seolah itu merupakan hal yang sudah biasa.

Rasanya ia ingin pingsan saja saat ini. Masalahnya, yang Shilla ciduk saat ini adalah Reyfan beserta kedua sahabatnya, Leo dan Bagas.

"Woi udahan teriaknya anjir, " ujar Leo pada Shilla sambil menghampiri gadis itu dan menutup mulutnya.

Bukan apa-apa, tapi bisa gawat jika ada guru yang kebetulan lewat lalu mendengar teriakan Shilla yang super toa itu dan berujung memberikan hukuman kepada mereka bertiga.

"K-kalian ngapain di sini?" Tanya Shilla takut setelah Leo melepaskan bekapan tangannya.

Yang jadi pertanyaan Shilla saat ini, kenapa mereka bertiga membolos di sini? Apakah tidak ada tempat lain yang lebih lumrah? Oke, sepertinya satu fakta lagi berhasil Shilla dapatkan dari ketiga cowok itu. Aneh.

Reyfan melihat Shilla dalam keheningan. Tunggu, sepertinya ia pernah melihat gadis itu. Tetapi Reyfan lupa kapan dan di mana. Ah entahlah, yang terpenting untuk saat ini Ia harus memberi pelajaran kepada gadis itu karena sudah berani menganggu acara bolos mereka bertiga.

"Ck, Jadi kalah kan" Rutuk Reyfan yang sebenarnya tinggal beberapa langkah lagi untuk memenangkan game itu, tetapi harus diganggu oleh gadis asing yang menyebalkan.

"Bukan urusan Lo," Setelah mengatakan itu, Reyfan mendekat ke arah Shilla secara perlahan, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil memandangi Shilla dari atas ke bawah.

"A-aku minta maaf" Shilla mengatakan itu sambil menunduk. Gugup sekali rasanya dipandang seperti itu oleh Reyfan.

Kini tubuh Reyfan sudah berada sangat dekat dengan Shilla. Reyfan mengurung tubuh Shilla dengan tangan kanannya bertumpu pada tembok, seolah tidak membiarkan gadis itu untuk kabur. Hembusan nafas mereka terasa satu sama lain. Reyfan memandangi Shilla yang hanya bisa menunduk ketakutan.

"Yang seharusnya nanya itu gue. Ngapain Lo di sini? Mau ngintip?" Tanya Reyfan seenaknya.

Karena tidak mendapatkan jawaban dari gadis itu membuat Reyfan kesal.

"Muka doang yang polos tapi kelakuan barbar" Reyfan mengatakan kata barbar sambil membisikkan ke telinga Shilla.

Kini nafas Reyfan terasa sangat dekat di telinga Shilla. Shilla gugup. Rasanya ia ingin menghilang juga dari sana. Ia tidak siap.

"Enggak k-kak, a-aku nggak ngintip kalian. Aku ke sini karena dihukum bersihin toilet cowok." Jawab Shilla lirih sambil memperlihatkan pel yang masih di tangannya. Setidaknya hanya itu senjata yang ia punya saat ini jika mereka mau macam-macam.

Ia sebenarnya sakit hati sudah dikatai barbar oleh cowok yang selama ini sukainya. Tidak tahu saja jika Shilla gadis yang pemalu, kalau barbar pasti sudah dari dulu ia gebet Reyfan seperti kebanyakan cewek di sekolah ini.

"Dihukum ya? Itu udah ngebuktiin kalo Lo troublemaker" kata Reyfan sarkas.

Shilla langsung mendongakkan wajahnya. Menatap berani mata coklat Reyfan. Sejenak Shilla merasa terpesona dengan cowok yang ada di depannya, tetapi dia segera sadar.

Sudah cukup ia dikatai barbar, dan Sekarang? Troublemaker.

"Aku bukan seperti yang kakak bilang." Jawab Shilla dengan lantangnya.

"Oh iya?" Tanya Reyfan dengan menaikkan sebelah alisnya, seakan tidak percaya dengan jawaban gadis itu.

Ada apa dengan cowok itu, kenapa sifatnya sangat berbeda dengan pertama kali mereka bertemu. Kalau dulu Shilla menganggap Reyfan sangat manis dan baik. Tetapi untuk sekarang, ia menganggap Reyfan sangat menyebalkan dan menyeramkan.

"Woi udahlah Rey, lepasin aja kasian tuh cewek anjir" Bagas yang sedari tadi hanya menonton kini ikut menimbrung.

"Iya Rey, daripada ketahuan sama guru kita buat ulah lagi." Ujar Leo menyetujui perkataan Bagas.

"Nggak. kalo kita lepasin nih cewek pasti nanti dia ngadu ke guru." Reyfan menunjuk Shilla.

"Aku janji nggak akan bilang ke guru, tapi tolong biarin aku pergi, kak" mohon Shilla dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Gadis itu kini hanya bisa pasrah.

Melihat Reyfan yang hanya diam saja dan malah memandang bagian depan seragam Shilla, tepatnya di saku seragamnya yang sontak membuat Shilla menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

"Ck, gr amat Lo. Gue ga napsu"

"Sekarang Lo boleh pergi, cepet" ujar Leo pada Shilla karena ia tidak tega dengan gadis itu yang kini terlihat pasrah.

"Ma-makasih, kak" setelah mengatakan itu ia segera pergi dari tempat yang mengerikan ini.

"Gila Lo Rey, anak orang Lo buat kayak gitu" kata Bagas dengan menggelengkan kepalanya.

Tidak menghiraukan ucapan Bagas, ia lantas berkata sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Shillavelyn Cevaya, kelas 11 IPA 5" ujar Reyfan dengan smirk andalannya.

*****

Bel tanda pulang berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar hari ini sudah selesai. Murid siswa kelas 11 IPA 5 banyak yang sudah meninggalkan kelas. Terbukti di kelas tersebut hanya tersisa Shilla yang termenung sambil menelungkupkan kepalanya di meja, sementara Elsa yang masih mengemasi barangnya.

"Shill, lo masih mikirin yang tadi di toilet?" Tanya Elsa .

Elsa sudah mengetahui peristiwa yang tidak terduga bagi shilla di toilet tadi, tentu saja Shilla yang menceritakan. Elsa juga sudah tahu bahwa Shilla sudah lama menyukai kakak kelasnya itu. Reyfan.

"Gimana gue ga mikirin? Tadi kak Reyfan serem banget. Ganteng juga sih"

Elsa memutar bola matanya dan menyilangkan kedua tangannya di dada. Apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu? Di saat dia takut dengan kejadian tadi, masih sempat-sempatnya ia memuji Reyfan? Mungkin sudah bucin akut. Elsa sudah biasa.

"Nih ya Shill, ga usah takut palingan kak Reyfan sama temennya udah lupa sama lo. Udah deh ga usah dipikirin"

"T-tapi gimana nanti kalo gue ga sengaja ketemu mereka? Terus kalo mereka inget? Terus kalo gue di--"

"Kebiasaan Lo ah, nethink mulu. Udah ayo pulang. Daripada Lo dikunci di kelas" potong Elsa sambil menarik tangan Shilla.

"Iya, deh"

Shilla dengan lesu mulai mengemasi barangnya, lalu dengan langkah gontai mulai menuju keluar kelas bersama Elsa. Mereka selalu pulang bersama dengan menaiki bus karena rumah mereka juga searah dan kebetulan satu kompleks.

*****

TBC

Holla, maaf ya up nya lama.

Vote dan komennya kak😚 (pake nada keju mozzarella)

California, 3 April 2020

VANILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang